Senin, Oktober 05, 2009

Indeks BISNIS-27 Sepekan

Indeks BISNIS-27 berhasil bergerak menguat pada pekan kemarin ke level 225,14 atau naik 2,5% dari penutupan Jumat (28/9) pekan sebelumnya di level 219,64. Inflasi September yang cukup terkendali dan rupiah yang berada dalam tren apresiasi terhadap dolar AS menjadi faktor utama penguatan indeks BISNIS-27 selama sepekan kemarin.

Di awal pekan, indeks sempat terkoreksi cukup dalam akibat minimnya sentimen positif dalam negeri dan koreksi harga minyak dunia yang mencapai 8,3% dalam sepekan sebelumnya. Investor memilih untuk melepas saham-saham mereka baik di sektor komoditas pertambangan maupun di luar sektor tersebut dengan motif ambil untung maupun cut loss, serta memilih posisi wait and see terhadap pergerakan harga minyak dunia. Beberapa indeks regional Asia Pasifik ikut memberikan sentimen negatif yang dipicu oleh koreksi indeks Nikkei-225 akibat nilai tukar yen yang mengalami apresiasi terhadap dolar AS, berdampak negatif bagi pendapatan eksportir Jepang ke AS. Nilai tukar yen Jepang mencapai level 87,1 yen/US$ atau posisi tertinggi yen dalam 13 tahun terakhir.

Indeks BISNIS-27 bergerak rebound pada perdagangan Selasa dengan kenaikan sebesar 2,14% ke level 219,22 ditopang oleh aksi korporasi emiten AS di sektor farmasi dan teknologi yang kembali mendongkrak ekspektasi perbaikan ekonomi di negara tersebut. Harga minyak bergerak positif dengan kembali naik tipis ke level US$67 per barel, setelah dalam sepekan sebelumnya tertekan cukup kuat sebesar 8,33%. Sentimen positif juga berasal dari rebound indeks Nikkei-225 setelah yen berhasil kembali ke level 90 yen/US$ mendekati asumsi yen untuk eksportir Jepang ke AS yaitu 95 yen/US$.

Volume transaksi indeks BISNIS-27 sejak Selasa hingga Jumat berada dalam tren naik seiring dengan kenaikan indeks. Sejak Selasa hingga Jumat, volume transaksi melonjak 96,52% dan nilai transaksi naik 71,64%. Investor mulai percaya diri dengan laju inflasi September yang cukup terkendali, dan memicu kembali aliran dana masuk ke bursa saham.

Selain itu, ekspektasi penguatan inflasi di AS memperkuat aliran dolar AS untuk semakin masuk ke emerging market, seperti Indonesia, yang akan memperkuat mata uang lokal. Rupiah tetap berada dalam tren apresiasi terhadap dolar AS di level Rp9.600/US$ dan diharapkan akan berlanjut hingga akhir tahun. Penguatan rupiah akan berdampak positif bagi harga jual produk impor terutama produk otomotif dan juga mengurangi biaya dana pihak ketiga perbankan dan hutang emiten yang berdenominasi dolar AS.

Tidak ada komentar: