Rabu, Juni 04, 2008

Ulasan Pasar 3 Juni 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Di perdagangan hari kedua pekan ini, bursa saham Indonesia masih melanjutkan koreksinya atas sentimen negatif laporan inflasi Mei yang menembus level 2 digit sejak Oktober 2005. level inflasi Mei sebesar 10,38% (yoy) bahkan belum mencerminkan dampak kenaikan BBM yang baru diumumkan pada pertengahan Mei lalu. Pasar memprediksikan bahwa laju inflasi untuk bulan Juni ini akan lebih tinggi daripada Mei dan mereka juga semakin yakin bahwa Bank Indonesia akan segera merespon kecenderungan naiknya laju inflasi ini dengan menaikkan level BI rate dari posisi sekarang 8,25%.

Aksi jual investor asing terhadap saham-saham unggulan seperti BUMI, BBCA, dan BMRI, telah menekan IHSG hingga ditutup turun 23,95 poin (0,99%) ke level 2.403,81. Laju inflasi dalam negeri yang menguat 1,41% (mtm) dan 10,38% (yoy) membuat investor asing mengkhawatirkan asset mereka yang berdenominasi rupiah seiring rupiah yang melemah dalam dua hari perdagangan pekan ini. Rupiah ditutup melemah di posisi Rp9.322/US$ dari posisi Rp9.280/US$ akhir pekan kemarin. Saham BUMI ditutup turun 6,6% sejak penutupan akhir pekan lalu. Pada penutupan kemarin, investor asing mencatat net sell sebesar Rp429 miliar.

Level BI rate yang cenderung naik dan kondisi daya beli masyarakat yang melemah akibat kenaikan BBM telah mengkoreksi saham-saham perbankan sejak awal pekan hingga penutupan kemarin. Saham BBCA kemarin ditutup terkoreksi Rp75 (2,68%), BBNI turun Rp20 (1,61%), BDMN turun Rp150 (2,73%), dan BMRI turun Rp (0,88%). Secara teknikal, saham Bank Mandiri memberikan posisi beli pada pelaku pasar seiring indikator MACD berusaha memasuki areal positif karena sentimen positif pembagian dividen 90% dari laba bersih 2007, namun mendapat tekanan dari aksi jual investor karena panik oleh laju inflasi. Sedangkan saham BBCA melalui indikator RSI telah masuk dalam posisi oversold dengan level 30 dan sudah masuk ke dalam areal beli pada penutupan kemarin.

Kepanikan investor terhadap laju inflasi dan pergerakan BI rate juga memberikan koreksi atas saham Indocement Tunggal Perkasa seiring naiknya suku bunga berpotensi menekan permintaan properti dan tentunya akan mengurangi belanja semen. Saham INTP bergerak turun Rp250 (3,91%) ke posisi Rp6.150.

Tidak ada komentar: