Senin, Juni 09, 2008

Indeks tertekan oleh aksi jual saham BUMI

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks harga saham gabungan ditutup melemah dalam sepekan kemarin turun 42,11 poin (1,72%) dibandingkan dengan level penutupan 30 Mei yang lalu. Penurunan IHSG lebih disebabkan aksi jual investor asing pada saham-saham unggulan seperti BUMI dalam tiga hari pertama perdagangan yang disebabkan kekhawatiran pelemahan rupiah karena tekanan inflasi domestik akibat kenaikan harga BBM. IHSG kembali rebound di perdagangan kamis setelah Bank Indonesia menetapkan kenaikan BI rate sebesar 25bps ke level 8,5% memberikan kepastian dan keyakinan di kalangan pelaku pasar atas sikap BI menghadapi inflasi. Suku bunga yang bergerak naik juga memberikan harapan arus dana asing akan masuk ke Indonesia dan mendongkrak rupiah. Di pasar saham, pada penutupan Jumat kemarin tercatat net buy investor asing sebesar Rp1,058 triliun.

Di awal pekan, IHSG ditutup turun sebesar 16,58 poin (0,68%) terimbas oleh koreksi atas saham perbankan merespon data inflasi Mei dari BPS. Data inflasi BPS mencatat laju inflasi untuk bulan Mei sebesar 10,38% (y-o-y) naik 142bps dari level inflasi April sebesar 8,96% (y-o-y) dengan penyebab utama adalah kenaikan BBM. Saham Bank Mandiri ditutup turun Rp50 (1,72%) dan saham Bank Danamon turun Rp200 (3,51%). Pasar mengkhawatirkan pendapatan bunga bersih yang berpotensi menurun di tengah daya beli masyarakat yang melemah dan berupaya menahan pengajuan kredit pada perbankan, namun di sisi lain suku bunga kredit bergerak naik menyesuaikan naiknya biaya dana pihak ketiga bila BI rate dinaikkan.

Di perdagangan hari kedua, bursa masih melanjutkan koreksinya ditutup turun 23,95 poin (0,99%) ke level 2.403,81. Investor asing mencatat net sell sebesar Rp429 miliar karena mengkhawatirkan asset mereka yang berdenominasi rupiah. Rupiah ditutup melemah di posisi Rp9.322/US$ dari posisi Rp9.280/US$ akhir pekan kemarin.

Memasuki hari ketiga, IHSG melanjutkan tren bearish hingga ke level 2.362,58 turun 41,23 poin (1,72%) dan masih tertekan oleh aksi jual investor asing yang mencatat net sell sebesar Rp84 miliar. BUMI ditutup turun Rp300 (3,97%). IHSG juga tertekan oleh koreksi saham TLKM yang secara teknis dengan indikator MACD, masih berada di areal negatif dan belum memberikan rekomendasi beli pada pelaku pasar. TLKM masih bergerak di sepanjang lowerband Bollinger yang berpotensi memberikan signal bearish.

Pada penutupan kamis, bursa saham akhirnya ditutup rebound sebesar 37,09 poin (1,57%) ke level 2.399,68 setelah tiga hari berturut-turut terkoreksi. Harga minyak dunia yang bergerak turun ke level $122 per barel dan keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan BI rate menjadi sentimen positif yang menggerakkan indeks. Keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan BI rate sebesar 25bps ke level 8,5% direspon positif oleh pasar sebagai bentuk kepedulian BI dalam menyikapi tekanan inflasi akibat naiknya biaya produksi (cost push inflation), yang diharapkan dapat mengimbangi pelemahan rupiah karena tekanan inflasi dengan aliran dana asing jangka pendek yang masuk ke Indonesia karena mencari return lebih besar di negara berkembang. Kenaikan BI rate tersebut menjadi sentimen positif bagi investor asing untuk membeli saham-saham unggulan teutama yang telah oversold. Saham Telkom naik Rp300 (3,82%) bergerak dari level rendahnya sejak awal tahun ini di posisi Rp7.850 pada penutupan Rabu (4/6). Indikator RSI pada 4 Juni telah memberikan signal oversold bagi TLKM di level 29,65. Secara teknis, Indikator MACD saham TLKM juga telah bergerak melemah di areal negatif menuju areal positif yang memberikan signal beli bagi pasar. RUPS Telkom yang direncanakan pada 20 Juni mendatang dengan salah satu agendanya yaitu buyback saham ikut mendongkrak harga TLKM. Investor asing mencatat net buy saham TLKM sebanyak 5.252.500 lembar saham. Sentimen positif dukungan Pemerintah RI kepada Telkom untuk membeli 35% saham Telkomsel dari SingTel ikut mendongkrak harga saham TLKM.

Senada dengan TLKM, investor asing juga masuk kembali ke bursa dengan membeli saham BUMI serta mencatat net buy sebanyak 3.404.500 lembar saham. Secara teknis, saham BUMI tampaknya berupaya untuk kembali membentuk double bottom menuju level tertinggi di tahun ini yang telah dibentuk 19 Mei lalu yaitu Rp8.550. Aksi beli investor asing ikut mendukung terbentuknya double bottom tersebut. Indikator MACD untuk BUMI pun melemah di areal negatif menuju positif yang membentuk signal beli.

Di penutupan akhir pekan, IHSG naik tipis 2,56 poin (0,11%) ke level 2.402,24 karena pergerakan teknikal saham BUMI yang ditutup naik Rp200 (2,6%) ke level Rp7.900 dan juga harga minyak dunia yang kembali naik ke level $127 per barel atau 5% dalam sehari, memberikan sentimen positif bagi emiten produsen bahan bakar alternatif minyak seperti BUMI. Sebaliknya, IHSG juga mendapat tekanan dari koreksi saham Astra Internasional yang turun Rp400 (1,98%). Pasar mengkhawatirkan realisasi pelunasan kredit kendaraan bermotor oleh masyarakat di tengah daya beli masyarakat yang melemah dan suku bunga kredit yang meningkat karena menyesuaikan BI rate.

Tidak ada komentar: