Selasa, Juni 10, 2008

Ulasan Pasar 9 Juni 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Bursa saham melanjutkan rebound akhir pekan lalu dengan ditutup naik tipis 7,84 poin (0,33%) ke level 2.410,08. Harga minyak yang melonjak naik 13,3% sejak 4 Juni lalu ke level $138,54 per barel menjaga ekspektasi pasar terhadap permintaan batu bara dunia dan harga batu bara di Newcastle Port berdasarkan globalCOAL indeks telah naik menyentuh level $158,53 per metrik ton. Selain itu rencana aksi korporasi Bumi Resources yang akan meningkatkan volume buy back sahamnya dari 1% menjadi 3% atau 582,12 juta lembar saham memberikan sentimen positif bagi pelaku pasar untuk mengkoleksi saham BUMI. Penemuan cadangan batu bara baru oleh Bumi Resources di Kalimantan sebesar 442juta ton akan meningkatkan cadangan batu bara Bumi Resources sebesar 32%. Penemuan tersebut melengkapi kenaikan harga saham BUMI sebesar hampir 7% kemarin.

Secara teknis, bursa tertopang oleh pergerakan saham BUMI yang berupaya menyempurnakan double bottom sejak 19 Mei dengan mencapai Rp8.550 per lembar saham dan indikator MACD semakin melemah di areal negatif yang membentuk signal beli. Signal beli juga dikuatkan oleh indikator Bollinger di mana harga close BUMI hingga kemarin semakin bergerak ke arah upperband dan memperkuat signal bullish. Saham BUMI, ditutup naik Rp550 (6,96%) ke posisi Rp8.450 per lembar saham.

Kenaikan harga minyak juga mendongkrak harga saham perkebunan CPO Astra Agro Lestari yang ditutup naik Rp1.150 (4,7%) ke level Rp25.600 setelah harga CPO di bursa Malaysia merespon kenaikan harga minyak dunia hingga ditutup naik 6,4% dalam dua hari perdagangan ke level 3.660 Ringgit pada perdagangan kemarin.

Sekalipun terdongkrak oleh saham BUMI dan AALI, IHSG nampaknya tidak dapat bergerak lebh tinggi karena tekanan aksi jual investor asing melanda hampir sebagian besar saham perbankan. Investor asing mengkhawatirkan laju inflasi Indonesia untuk bulan Juni masih akan meningkat dan berpotensi akan kembali mendorong Bank Indonesia untuk menaikkan BI rate, setelah awal Juni kemarin telah menaikkan suku bunga patokan tersebut sebesar 25bps ke level 8,5%. Tekanan aksi jual investor asing itu juga diperkuat dengan lonjakan harga minyak dunia yang telah menyentuh level penutupan tertingginya dalam sejarah yaitu $138,54 atau naik 13,3% dalam dua hari perdagangan yang memperbesar terjadinya tren kenaikan laju inflasi. Saham BBRI turun Rp150 (2,73%), BBCA turun Rp50 (1,83%), dan BMRI turun Rp50 (1,77%)

Saham Telekomunikasi Indonesia juga tertekan oleh aksi jual invstor asing serta ancaman inflasi yang masih berpotensi meningkat dalam satu atau dua bulan ke depan yang akan memberikan dampak negatif bagi pendapatan usaha Telekomunikasi Indonesia terutama dari usaha selulernya, di samping harus menghadapi persaingan tarif yang makin ketat antar operator seluler. Di sisi lain, kinerja Telkom di tahun 2007 tercatat melemah dibandingkan dengan kinerja 2006 menambah sentimen negatif bagi pelaku pasar. Saham TLKM ditutup turun tipis Rp50 (0,63%) ke level Rp7.900 per lembar saham.

Tidak ada komentar: