Senin, Juni 30, 2008

Inflasi dan aturan tender offer tekan indeks

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham selama sepekan terkoreksi 39,67 poin (-1,7%) ke level 2.332,11 tertekan oleh koreksi akhir pekan yang dibayangi krisis listrik dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dalam negeri oleh pemerintah (domestic market obligation/DMO) untuk komoditas batu bara yang bertujuan mengamankan kebutuhan batu bara dalam negeri terutama untuk pasokan listrik PT Perusahaan Listrik Negara. Beberapa pembangkit listrik PLN mengalami gangguan pasokan bahan bakar batu bara yang berdampak pemadaman listrik di Jawa-Bali dan mengganggu kegiatan industri. Harga batubara yang bergerak naik 2,6% ke level $162 pada 20 Juni dan harga minyak yang semakin naik menyentuh $141 per barel di akhir pekan kemarin semakin memberatkan ongkos PLN dan juga meningkatkan laju inflasi hingga akhir tahun ini.

Inflasi Juni berdasarkan prediksi Bank Indonesia yang akan lebih tinggi dari sebelumnya ikut menekan bursa di akhir pekan kemarin, meski sebelumnya pada hari kamis bursa sedikit terdongkrak oleh tertahannya The Fed di level 2% yang berpeluang menahan BI rate. Namun, laju inflasi Juni yang akan mencerminkan dampak penuh dari kenaikan harga BBM pertengahan Mei lalu kembali meningkatkan peluang naiknya BI rate setelah awal bulan Juni ini dinaikkan 25 bps ke level 8,5%. Harga saham perbankan langsung terimbas dengan rata-rata penurunan sebesar 2,4%. Saham Bank Niaga turun -1,01%, saham Bank BNI turun -1,63%, saham Bank BRI turun -1,94%, saham Bank Danamon turun -3,11%, dan saham Bank Mandiri turun -3,7% di akhir pekan kemarin.
Sejak awal pekan, IHSG telah tertekan 9,03 poin (-0,38%) ke level 2.362,74 akibat polemik aturan tender offer BAPEPAM-LK yang mewajibkan pengendali baru meninggalkan minimal 20% saham milik publik. Aturan tersebut berpotensi kurang memprioritaskan pemegang saham minoritas untuk ikut serta dalam proses tender. Saham Indosat (ISAT) menekan bursa dengan koreksi sebesar Rp300 (4,7%).

IHSG sedikit tertopang di perdagangan hari kedua naik 2,63 poin (0,11%) ke level 2.365,38 oleh pengkajian kembali aturan tender offer oleh BAPEPAM-LK dengan kemungkinan adanya ketentuan mekanisme penawaran umum kedua (secondary offering) dalam setahun atau dua tahun untuk menjaga likuiditas perdagangan di bursa. Ketentuan itu juga memungkinkan penawaran tender yang tanpa batas, sehingga pengendali baru bisa menyerap seluruh saham emiten milik publik. Selain itu, bursa juga mendapat sentimen positif dari rencana pemerintah dan DPR yang akan menurunkan tarif pajak dividen dari 20% menjadi 15% mulai tahun 2009.

Sentimen positif rencana akuisisi saham Bank Bukopin oleh tiga investor asing yaitu Rabobank Group, Actis Internasional dan satu perusahaan investasi dari Eropa, memberikan kepercayaan diri bagi investor untuk mengkoleksi saham perbankan yang telah oversold pada penutupan senin.

Di penutupan hari ketiga, bursa ditutup terkoreksi 24,02 poin (-1%) ke level 2.341,36. Investor mencermati pergerakan bursa Dow Jones yang terkoreksi akibat melemahnya Consumer Confidence Index AS ke level 50,4 untuk bulan Juni, dari posisi bulan Mei yang sebesar 58,1.

Di perdagangan kamis, bursa tertekan penurunan harga saham Bumi Resources (BUMI) yang terkoreksi sebesar Rp100 (-1,19%) dipengaruhi kebijakan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik (domestic market obligation/DMO) kepada pengusaha batubara sehubungan meningkatnya permintaan batubara dalam negeri yang naik menjadi 52,57 juta ton pada tahun ini dari level 50,05 juta ton tahun 2007 serta kebutuhan di tahun 2009 yang sebesar 75,4 juta ton.

Di akhir pekan, meskipun tertekan oleh krisis listrik dan inflasi Juni, bursa mendapat topangan dari kenaikan harga saham Astra Agro Lestari (AALI) dan London Sumatera (LSIP) setelah bursa mendapat sentimen positif dari potensi kenaikan harga CPO di pasaran internasional karena makin terbatasnya pasokan CPO dari Indonesia dan Malaysia menjelang bulan puasa di awal September dan hari raya Idul Fitri. Indonesia sebagai produsen terbesar CPO dunia akan menaikkan pajak ekspor CPO menjadi 20% mulai Juli untuk mengamankan kebutuhan pasokan dalam negeri. Saham AALI naik Rp600 (-2,13%) ke level Rp28.800 dan saham LSIP naik Rp50 (-0,48%) ke level Rp10.400. Harga CPO di bursa Malaysia naik 2,1% ke level 3,610 Ringgit.

Jumat, Juni 27, 2008

Ulasan Pasar 26 Juni 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks harga saham gabungan kemarin ditutup naik 9,53 (0,4%) ke level 2.350,89. IHSG sempat ditutup naik 17,76 poin (0,8%) pada sesi pertama perdagangan kemarin. Bursa bergerak naik setelah ditopang oleh sentimen The Fed yang memutuskan menahan tingkat suku bunganya di level 2% yang juga mencerminkan ancaman inflasi di AS masih dapat diterima oleh pasar AS. Tertahannya suku bunga The Fed mengurangi kekhawatiran pelaku pasar dalam negeri terhadap naiknya level BI rate yang akan diumumkan pekan depan. Saham perbankan seperti saham Bank BRI (BBRI) naik Rp325 (6,74%), Bank Danamon (BDMN) naik Rp150 (3,21%), bank BCA (BBCA) naik Rp50 (2,11%), dan Bank Mandiri (BMRI) naik Rp25 (0,93%).

Sentimen positif juga didapat dari harga minyak yang bergerak turun 1,8% ke level $134,55 per barel dan rencana Bank BRI yang menargetkan pertumbuhan kreditnya menjadi 24% tahun ini dari level 20% di tahun 2007. Selain itu, aksi emiten perbankan lainnya seperti Bank BNI yang meminjamkan dana sebesar US$288,5 juta kepada Perusahaan Listrik Negara untuk pembangunan pembangkit listrik ikut memberikan sentimen positif bagi saham perbankan.

Dari sektor perkebunan, bursa ikut terkerek oleh aksi beli atas saham emiten kelapa sawit seperti Astra Agro Lestari (AALI) dan London Sumatera (LSIP) setelah harga CPO di bursa Malaysia naik 1% ke level 3,538 Ringgit. Pelaku pasar tetap memburu saham CPO meskipun sehari sebelumnya mendapat sentimen negatif dari langkah pemerintah yang menaikkan pajak ekspor CPO. Saham AALI naik Rp300 (1,08%) dan LSIP naik Rp100 (0,98%).

Saham Duta Pertiwi Nusantara (DPNS) ditutup naik Rp140 (35%) dan merupakan saham yang memberikan gain terbaik pada perdagangan kemarin seiring rencana perusahaan yang akan menginvestasikan dana sebesar US$100 juta untuk membangun pertambangan batubara di Muara Berlian, Jambi, Sumatera. PT Duta Pertiwi Nusantara tercatat di Bursa Efek Indonesia sebagai emiten yang bergerak di bidang industri dasar kimia.

Bursa tertekan oleh penurunan harga saham Bumi Resources (BUMI) yang terkoreksi sebesar Rp100 (-1,19%) dipengaruhi kebijakan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik (domestic market obligation/DMO) kepada pengusaha batubara sehubungan meningkatnya permintaan batubara dalam negeri yang naik menjadi 52,57 juta ton pada tahun ini dari level 50,05 juta ton tahun 2007 serta kebutuhan di tahun 2009 yang sebesar 75,4 juta ton.

Kamis, Juni 26, 2008

Profit taking saham Telkom dan Astra Agro tekan indeks

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham kemarin ditutup terkoreksi 24,02 poin (-1%) ke level 2.341,36 tertekan aksi profit taking saham Telekomunikasi Indonesia dan Astra Agro Lestari. Menjelang akhir pekan di bulan Juni ini, pelaku pasar cenderung untuk berkonsolidasi dan melakukan short-term trading terhadap portofolio saham mereka menghadapi koreksi lanjutan dari pengumuman inflasi Juni yang akan diumumkan pekan depan.

Investor juga mencermati pergerakan bursa Dow Jones yang terkoreksi akibat melemahnya Consumer Confidence Index AS ke level 50,4 untuk bulan Juni, dari posisi bulan Mei yang sebesar 58,1. Selain itu, rapat dewan Gubernur AS yang akan menentukan tingkat suku bunga The Fed pada hari kemarin mendorong pelaku bursa untuk mengamankan likuiditas mereka mengantisipasi kenaikan The Fed akibat tekanan inflasi AS yang tentunya akan ikut mempengaruhi tingkat BI rate. Bila BI rate dinaikkan, bursa akan semakin tertekan terutama oleh saham-saham perbankan dan semen. Saham Semen Gresik ditutup turun Rp100 (-2,44%) dan saham Bank Mandiri ditutup turun Rp25(-0,93%).

Setelah naik 5,4% menjelang RUPS Telekomunikasi Indonesia (TLKM) pada 20 Juni yang lalu, saham TLKM kembali menekan bursa dengan koreksi oleh aksi profit taking pelaku pasar sebesar Rp200 (-2,6%) ke level Rp7.500. Pelaku pasar cenderung merealisasikan capital gain yang didapat dalam sepekan lalu disebabkan melemahnya daya beli masyarakat dalam negeri yang membuat pelaku pasar tidak menaruh ekspektasi tinggi terhadap kinerja emiten telekomunikasi pada tahun ini. Selain itu, persaingan tarif di antara operator juga akan semakin memberatkan EBITDA perusahaan. Saham Indosat (ISAT) juga ditutup turun Rp100 (-1,59%) ke level Rp6.200 setelah sehari sebelumnya mencetak capital gain Rp300 dari sentimen positif kemungkinan dilakukannya tender offer oleh Qatar Telecom terhadap seluruh saham publik ISAT.

Saham perkebunan kelapa sawit seperti Astra Agro Lestari (AALI) dan London Sumatera (LSIP) ditutup turun masing-masing Rp1.850 (-6,2%) dan Rp400 (-3,8%). Koreksi saham CPO dipengaruhi oleh langkah pemerintah untuk meningkatkan pajak ekspor CPO yang bertujuan mengamankan kebutuhan domestik.

Rabu, Juni 25, 2008

Indeks naik tipis

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Di penutupan perdagangan kemarin, bursa saham ditutup naik tipis dengan kenaikan sebesar 2,63 poin (0,11%) ke level 2.365,38 dengan sentimen positif aturan tender offer yang akan dikaji kembali oleh BAPEPAM-LK dengan kemungkinan adanya ketentuan mekanisme penawaran umum kedua (secondary offering) dalam setahun atau dua tahun untuk menjaga likuiditas perdagangan di bursa. Ketentuan itu juga memungkinkan penawaran tender yang tanpa batas, sehingga pengendali baru bisa menyerap seluruh saham emiten milik publik.

Dari perkembangan kajian BAPEPAM-LK tersebut, investor kembali memburu saham Indosat yang sempat terkoreksi dalam dua hari perdagangan sebelumnya akibat kekhawatiran investor terutama investor minoritas untuk diikutkan dalam proses tender. Saham ISAT kemarin ditutup naik Rp300 (5%) ke posisi Rp6.300. Qatar Telecom sebelumnya berencana akan menggelar tender offer atas sisa saham milik publik di bursa dengan harga Rp7.388 per lembar saham.

Bursa juga mendapat sentimen positif dari rencana pemerintah dan DPR yang akan menurunkan tarif pajak dividen dari 20% menjadi 15% mulai tahun 2009.

Saham Bank Bukopin kemarin bergerak naik terkerek oleh rencana tiga investor asing yang akan membeli sebanyak 25% saham Bank Bukopin. Rabobank Group, Actis Internasional dan satu perusahaan investasi dari Eropa diketahui akan melakukan akuisisi tersebut. saham BBKP kemarin ditutup naik 12% atau Rp45 ke posisi Rp420.

Sentimen positif rencana akuisisi saham Bank Bukopin oleh tiga investor asing tersebut memberikan kepercayaan diri bagi investor untuk mengkoleksi kembali saham perbankan yang telah oversold pada penutupan sehari sebelumnya. Saham Bank Mandiri naik Rp75 (2,86%) ke posisi Rp2.700, saham Bank BNI naik Rp20 (1,65%) ke posisi Rp1.230, saham Bank BRI naik Rp50 (1,06%) ke posisi Rp4.775, dan saham Bank Danamon naik Rp25 (0,53%) ke posisi Rp4.725.

Selasa, Juni 24, 2008

Regional dan sentimen inflasi tekan indeks

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Di perdagangan awal pekan ini, bursa saham ditutup melemah 9,03 poin (-0,38%) ke level 2.362,74. Pelemahan ini disebabkan sentimen negatif pergerakan indeks regional yang juga terkoreksi seperti Hangseng -0,13%, STI -0,75%, Nikkei 225 –0,61%, KOSPI -0,89%. Indeks DJIA pada akhir pekan ditutup turun 220,4 poin (-1,83%). Harga minyak dunia di bursa New York yang terus menanjak hingga ke level $136,78 per barel naik $1,42 per barel dari posisi akhir pekan sebelumnya.

IHSG juga tertekan oleh aksi jual investor terhadap saham perbankan sepekan menjelang pengumuman inflasi Juni yang diprediksi mencerminkan tingkat kenaikan harga sebenarnya setelah kenaikan BBM pertengahan Mei lalu. Investor pemegang saham bank cenderung mengantisipasi kerugian lebih besar dengan menjual saham-saham nya saat ini (cut loss). Di penutupan kemarin, saham BMRI turun Rp50 (-1,8%), BDMN turun Rp150 (-3,1%), BBRI turun Rp175 (-3,6%), dan BBCA Rp125 (-5%). Sentimen negatif inflasi juga menerpa saham semen seperti INTP dan SMGR yang masing-masing turun Rp150 (-2,65%) dan Rp25 (-0,6%).

Polemik usulan BAPEPAM-LK mengenai aturan tender offer yang mewajibkan pemegang saham baru yang menguasai saham minimal 50% untuk menyisakan minimal 20% saham publik agar tidak terjadi go private sebuah emiten, memberikan sentimen negatif bagi pemegang saham seperti ISAT yang sebelumnya mengkoleksi saham ISAT untuk bisa diikutkan tender offer dari Qatar Telecom dengan harga premium. Investor pemegang saham ISAT kemarin melanjutkan aksi lepas saham ISAT dan merealisasikan capital gain yang dibentuk sejak transaksi pembelian saham Indosat oleh Qatar Telecom dari STT awal Juni lalu sebesar 17,7%. Saham ISAT kemarin ditutup pada posisi Rp6.000.

Di sisi lain, IHSG juga mendapat topangan dari kenaikan harga saham pertambangan batu bara seperti BUMI dan PTBA setelah harga batu bara di Newcastle Port naik 1,5% ke level $162,66 per metrik ton. Saham BUMI naik Rp50 (0,6%) ke posisi Rp8.500 dan PTBA naik Rp200 (1,2%) ke posisi Rp16.700. Tren kenaikan harga minyak dunia terus mendongkrak harga batu bara internasional. Harga batu bara di Newcastle Australia sejak akhir pekan pertama Juni telah naik 2,6% atau $4,13 per metrik ton.

Senin, Juni 23, 2008

Pasar panik karena aturan tender offer

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Selama sepekan, bursa saham bergerak melemah dengan koreksi IHSG sebesar 26,64 poin (1,1%) ke level 2.371,78 dari level 2.398,42 di akhir pekan sebelumnya (13/6). Pada akhir pekan, bursa saham terkoreksi akibat kepanikan para investor menghadapi rencana BAPEPAM-LK yang akan mengeluarkan aturan baru yang mewajibkan pelaku tender offer meninggalkan 20% saham perusahaan yang dibeli pada publik.

Peraturan tersebut dinilai pasar akan merugikan pemegang saham minoritas yang berpotensi kurang diprioritaskan untuk diikutkan dalam tender offer. Sehubungan munculnya rencana tersebut, bursa saham tertekan oleh koreksi beberapa saham yang sebelumnya direncanakan akan dilakukan tender offer terkait akuisisi oleh pemegang saham mayoritasnya yang baru, seperti saham APEX oleh Mitra Rajasa, saham TPIA oleh Barito Pacific, saham ISAT oleh Qatar Telecom, saham ADES oleh Sofos Pte Ltd, saham BBIA oleh United Overseas Bank Ltd, dan saham TSPC oleh Bogamulia Nagadi. Saham APEX ditutup turun Rp175 (8,64%), saham TPIA ditutup turun Rp100 (3,23%), saham ISAT ditutup turun Rp200 (3,17%), dan saham TSPC ditutup turun Rp10 (1,49%) pada akhir pekan kemarin. Saham BBIA ditutup tidak berubah pada posisi Rp1.200 dan saham ADES masih berstatus suspended.

Bursa juga tertekan oleh koreksi pelaku pasar terhadap saham perbankan yang dipengaruhi gejolak inflasi dan fluktuasi harga minyak dunia. Laba bersih perbankan berpotensi tergerus seiring NPL perbankan yang berpotensi meningkat, akan memaksa perbankan mengalokasikan dana cadangan yang lebih besar untuk menutup kredit macet. Di samping itu, net interest margin juga akan menipis karena naiknya biaya dana pihak ketiga yang disebabkan naiknya BI rate ke level 8,5% yang dapat kembali dinaikkan di awal bulan Juli mendatang bila inflasi Juni lebih tinggi dari Mei yang sebesar 10,38% (yoy). Namun di sisi lain perbankan juga berusaha menahan suku bunga kredit agar tidak memberatkan nasabah dan meningkatkan rasio NPL. Permintaan kredit pun cenderung sulit meningkat karena para pengusaha mengambil sikap menunggu dan menghentikan ekspansinya untuk sementara waktu karena daya beli masyarakat yang melemah. Harga saham Bank Internasional turun 16,5%, saham Bank Mandiri turun 6,5%, dan saham Bank BCA turun 4,8% dalam sepekan.

IHSG juga tertekan aksi profit taking saham BUMI setelah mencapai gain sebesar 17,9% pada 18 Juni. BUMI secara teknis memasuki masa kondolidasi setelah menyentuh level Rp8.550 pada 12 Juni seiring pelaku pasar mengambil posisi short-term trading dalam kondisi bursa yang berfluktuasi oleh gejolak inflasi dan harga minyak dunia.

Namun, IHSG juga mendapat topangan dari kebijakan dividen Perusahaan Gas Negara yang akan membagikan dividen sebesar 50% dari laba bersih 2007 dan rencana stock split sebesar 1:5 yang akan efektif pada Agustus mendatang serta cum dividen saham PTBA yang jatuh pada 18 Juni. PT Tambang Batu Bara Bukit Asam berencana membagikan dividen sebesar Rp164,97 per saham dari laba bersih tahun 2007.

Pada perdagangan rabu (18/6) pelaku pasar juga mulai memburu saham TLKM yang telah berada di posisi oversold dengan indikator RSI berada di level 26 pada 17 Juni. Aksi beli TLKM dipicu oleh rencana buyback sebanyak 339,4 juta lembar di harga Rp8.838. Di samping itu, Telekomunikasi Indonesia dalam RUPS 20 Juni menyetujui pembagian dividen sebesar 55% dari laba bersih 2007. Dalam tiga hari perdagangan hingga akhir pekan kemarin, saham TLKM berhasil mencetak gain sebesar Rp400 (5,4%) ke posisi Rp7.750.

Jumat, Juni 20, 2008

Ulasan Pasar 19 Juni 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Pada penutupan kamis kemarin, IHSG bergerak naik sebesar 8,48 poin (0,36%) ke level 2.373,06 sebagai respon dari oversold yang menekan bursa sejak awal pekan. Kemarin, bursa bergerak rebound oleh pergerakan teknikal saham Bumi Resources dan saham Telekomunikasi Indonesia serta saham Darma Henwa dan Astra Agro Lestari. Bursa membukukan net buy investor asing sebesar Rp745 miliar. Di sisi lain, bursa masih tertekan oleh aksi jual investor atas saham perbankan seperti BMRI, BNII, dan BDMN.

Saham Darma Henwa bergerak naik setelah pasar mendapat sentimen positif dari tambahan pendapatan Darma Henwa dari operasional tambang batu bara milik Arutmin di wilayah Asam-Asam, Kalimantan Selatan pada Agustus mendatang senilai US$38juta atau Rp350 miliar dan target pendapatan dari pengoperasian tambang Bengalon milik Kaltim Prima Coal yang diproyeksikan sebesar US$266juta dalam tahun ini. Saham Darma Henwa kemarin ditutup naik Rp5 (1,19%) ke level Rp425 per lembar saham.

Saham BUMI bergerak naik Rp350 (4,35%) ke posisi Rp8.400 setelah tertekan aksi profit taking sejak akhir pekan lalu sebesar -5,8% ke posisi Rp8.050 pada penutupan rabu. Pelaku pasar masih melakukan selective buying dengan mencermati saham-saham pertambangan dan perkebunan kelapa sawit di tengah fluktuasi harga minyak dunia yang berada dalam tren naik dan memicu permintaan batu bara untuk bahan bakar industri khususnya pembangkit listrik dan CPO untuk penggunaan biofuel. Harga Batu bara pada akhir pekan lalu berada di level $160,23 per metrik ton naik dari level $158,53 per metrik ton sepekan sebelumnya. Permintaan CPO juga menunjukkan penguatan yang cukup besar seperti ditunjukkan dengan meningkatnya impor China yang melonjak 23.4% menjadi 2,07juta ton dalam lima bulan pertama tahun ini. Dalam dua bulan ini, harga CPO di bursa Malaysia telah naik 11,06% dari senilai 3.300 Ringgit naik menjadi 3.665 Ringgit. Setelah tertekan aksi profit taking pada dua hari sebelumnya sebesar -4% atau Rp1.100, saham Astra Agro Lestari melonjak naik Rp1.700 (6,45%) kemarin ke posisi Rp28.050 yang juga merupakan posisi tertinggi dalam tiga bulan terakhir.

Hingga kemarin, pelaku pasar masih melanjutkan aksi jual terhadap saham perbankan seperti saham Bank Danamon yang kembali tertekan Rp50 (-1,02%) ditutup pada level Rp4.850 per saham. Saham Bank Mandiri juga ditutup terkoreksi -0,88% ke level Rp2.825. Berdasarkan data Bank Indonesia, dana pihak ketiga yang dihimpun Bank Mandiri dari Desember 2007 hingga April 2008 mengalami penurunan sebesar 9,97% atau Rp23,52 triliun menjadi Rp212,28 triliun. Bank Rakyat Indonesia juga mengalami penurunan sebesar Rp3,22 triliun. Hal ini disebabkan karena beralihnya dana deposan ke instrumen investasi yang memberikan return lebih tinggi semisal saham dan reksadana ditengah ancaman inflasi yang masih berpotensi menguat karena pergerakan harga minyak dunia. Saham BBRI kemarin ditutup turun Rp200 (-3,92%) ke posisi Rp4.900

Kamis, Juni 19, 2008

Ulasan Pasar 18 Juni 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham kembali bergerak melemah dengan koreksi 13,40 poin (0,6%) ditutup pada level 2.364,58 tertekan saham BUMI yang bergerak fluktuatif tertekan aksi profit taking investor asing ke posisi Rp8.050 atau turun Rp50 (0,62%) dan juga saham-saham perbankan yang masih bergerak melemah.

Di tengah ancaman inflasi dan fluktuasi harga minyak dunia, laba bersih perbankan terancam turun. NPL bank yang berpotensi melemah memaksa perbankan mengalokasikan dana cadangan lebih besar untuk menutup kredit macet yang disebabkan oleh kesulitan yang dihadapi pengusaha akibat naiknya ongkos produksi dan memburuknya perekonomian yang menekan belanja masyarakat. Laba bersih yang menurun juga disebabkan oleh net interest margin yang semakin menipis karena naiknya biaya dana pihak ketiga seiring kenaikan BI rate ke level 8,5% dan berpotensi kembali dinaikkan awal bulan Juli mendatang bila The Fed menaikkan suku bunganya, tetapi di sisi lain suku bunga kredit tetap ditahan atau sulit dinaikkan agar tidak memberatkan nasabah dan menaikkan rasio NPL. Permintaan kredit pun cenderung tetap atau sulit meningkat karena para pengusaha mengambil sikap menunggu dan menghentikan ekspansinya untuk sementara waktu karena kondisi perekonomian yang tidak mendukung. Daya beli masyarakat yang melemah oleh inflasi juga menyebabkan turunnya permintaan kredit konsumsi. Saham perbankan seperti BBNI turun 3,17%, BCIC turun 1,25%, dan BDMN turun 0,51%.

IHSG juga tertekan oleh koreksi saham AALI setelah pasar mendapat sentimen negatif dari koreksi harga CPO di bursa Malaysia yang turun 2,3% ke level 3.640 Ringgit dalam dua hari perdagangan. Saham AALI turun Rp250 (0,94%) ke level Rp26.350.

Saham PTBA bergerak mendongkrak IHSG ditopang sentimen positif batas akhir kepemilikan hak dividen (cum dividen) yang jatuh pada 18 Juni kemarin. PTBA berencana membagikan dividen sebesar Rp164,97 per saham dari laba bersih tahun 2007.

Pelaku pasar mulai memburu saham TLKM yang telah berada di posisi oversold dengan indikator RSI berada di level 26 pada 17 Juni. Aksi beli TLKM dipicu oleh semakin dekatnya RUPS yang akan digelar pada 20 Juni mendatang dengan salah satu agendanya adalah buy back saham. Telekomunikasi Indonesia berencana melakukan buyback sebanyak 339,4 juta lembar dengan harga Rp8.838 per lembar saham. Saham TLKM ditutup naik Rp150 (2%). Rencana buy back saham juga mendongkrak pergerakan harga saham Tunas Baru Lampung (TBLA) yang ditutup naik sebesar Rp20 (2,8%) ke posisi Rp740. Tunas Baru Lampung akan menganggarkan dana sekitar Rp300 miliar untuk membeli 10% saham beredarnya.

Aksi korporasi juga mewarnai perdagangan saham Tri Polyta Indonsia (TPIA) yang berencana untuk mengkonversi saham di American Depository Receipts menjadi saham beredar di Bursa Efek Indonesia yang tentunya akan meningkatkan likuiditas saham TPIA di BEI Sentimen positif juga datang dari kinerja Tri Polyta di kuartal I/2008 yang mencatat kenaikan 54% laba bersih dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp57 miliar. Saham TPIA ditutup naik Rp100 (3,3%) ke level Rp3.100 per lembar saham.

Rabu, Juni 18, 2008

Ulasan Pasar 17 Juni 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham kembali terkoreksi pada perdagangan kemarin tertekan oleh aksi profit taking pelaku pasar terhadap saham Bumi Resources dan juga aksi jual saham Telekomunikasi Indonesia. Saham BUMI mencatat net loss oleh investor asing sebesar 23,9 juta lembar saham dan TLKM mencatat net loss 7,4 juta lembar saham. IHSG ditutup turun 20,07 poin (0,84%) ke posisi 2.377,98.

Pelaku pasar mengkhawatirkan inflasi yang masih mengancam dari pergerakan fluktuatif harga minyak dunia yang diprediksi akan mencapai level $150 dan bahkan $200 per barel. Pasar melakukan pola trading jangka pendek dengan melakukan selective buying tetap pada saham pertambangan dan alternatif minyak lainnya seperti perkebunan CPO. Harga komoditas internasional batu bara dan CPO berada dalam kondisi bullish. Harga batu bara di Newcastle sebesar $160,23 per ton dan CPO telah naik 5,3% di awal pekan ini. Harga saham BUMI bergerak turun disebabkan secara teknis BUMI mengalami kondolidasi setelah menyentuh level Rp8.550, setelah posisi ini pelaku pasar cenderung merealisasikan gain yang dibentuk sejak 4 Juni.

Realisasi keuntungan tersebut juga didorong oleh aksi jual investor asing terhadap saham BUMI yang cenderung mengurangi portofolio rupiahnya untuk mengantisipasi pelemahan rupiah terhadap dolar AS karena harga minyak yang berada dalam tren naik. Saham BUMI kemarin ditutup turun Rp50 (0,61%) ke level Rp8.100 per lembar saham. Saham AALI kemarin terkoreksi Rp850 (3,1%) setelah sehari sebelumnya mencatat gain sebesar Rp2.100 (8,3%) dalam tiga hari perdagangan hingga awal pekan ini.

IHSG masih tertekan oleh saham Telekomunikasi Indonesia hingga perdagangan kemarin disebabkan sentimen negatif inflasi yang akan menggerus daya beli masyarakat dan pendapatan usaha Telekomunikasi Indonesia. Selain itu, rupiah yang melemah terhadap dolar akan meningkatkan belanja modal perusahaan dan memperbesar nilai hutang. Sedangkan di sisi lain, perusahaan telekomunikasi menghadapi persaingan tarif yang makin ketat dan berpotensi menggerus EBITDA perusahaan telekomunikasi. Saham TLKM ditutup turun Rp150 (2%) dan ISAT ditutup turun Rp100 (1,6%). Saham ISAT juga tertekan oleh aksi profit taking jangka pendek pelaku pasar setelah naik Rp1.000 (17,7%) pada 10 Juni.

Selain tekanan, IHSG juga mendapat topangan dari pergerakan saham United Tractors yang kemarin ditutup naik Rp550 (4,5%) ke posisi Rp12.750 setelah perusahaan mengumumkan kenaikan penjualan untuk lima bulan pertama tahun ini sebesar 42% atau sebesar 1.987 unit dari level 1.402 unit dalam periode yang sama tahun sebelumnya. Anak usaha United Tractors yang bergerak dalam usaha kontrak pertambangan yaitu PT Pamapersada Nusantara mencatat kenaikan produksi dari kontrak pertambangan batu bara menjadi sebesar 24,3 juta ton dalam lima bulan pertama 2008 dari level 19,3 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. Sedangkan anak usaha United Tractors lainnya yang memiliki pertambangan batu bara sendiri yaitu PT Dasa Eka Jasatama mencatat penjualan sebesar 1,72 juta ton dalam lima bulan pertama tahun ini.

Selasa, Juni 17, 2008

Ulasan Pasar 16 Juni 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Pasar saham mengalami koreksi tipis ke level 2.398,04 turun 0,38 poin (0,02%) tertekan oleh koreksi harga saham sektor pertambangan batu bara setelah pelaku pasar melakukan profit taking atas saham BUMI dan juga ITMG. Selain itu, koreksi saham TLKM sebesar Rp50 (0,6%) ikut menekan IHSG di penutupan kemarin. Saham BUMI turun Rp50 (0,6%) dan ITMG turun Rp900 (2,66%)

IHSG mendapat tekanan dari koreksi saham ISAT setelah pemerintah memberikan kelonggaran bagi Qatar Telecom yang telah membeli 40,8% saham ISAT untuk tidak melakukan tender offer terhadap saham yang dimiliki publik hingga tersisa saham di publik sebesar 10%-20% untuk menjaga likuiditas saham ISAT di pasar. Saham ISAT kemarin ditutup turun tipis Rp50 (0,77%) ke level Rp6.450 setelah dalam lima hari perdagangan sebelumnya naik 20,4%

Harga CPO di bursa Malaysia yang dalam kondisi tren naik (bullish) memberikan sentimen positif bagi kenaikan harga saham AALI . Saham Astra Agro Lestari ditutup naik Rp150 (0,55%) setelah harga CPO di bursa Malaysia naik 5,3% ke posisi 3.716 Ringgit dari posisi 3.530 Ringgit pada 10 Juni. Harga minyak dunia sejak 10 Juni naik 2,95% dari posisi $131,31 per barel naik menjadi $135,19 per barel.

Saham Astra Internasional ditutup naik Rp350 (1,8%) setelah bergerak fluktuatif dalam rentang waktu tujuh minggu di posisi support Rp18.900 dan resistance Rp22.000 kemarin ASII bergerak naik ke posisi Rp20.050 ditopang tren bullish harga CPO di bursa malaysia. Astra Agro lestari memberikan kontribusi 22% pada laba bersih Astra Internasional tahun 2007. Saham Astra Internasional kemarin bergerak naik di tengah munculnya berita negatif laporan Gaikindo untuk penjualan otomotif bulan Mei dan pangsa pasar Astra Internasional yang menjadi 50% dari posisi 53% di bulan April. Total penjualan Astra pun menurun menjadi 25.555 unit dari level 27.221 unit di bulan April sedangkan penjualan non-Astra naik menjadi 25.144 unit dari level 24.418 unit di bulan April.

Harga batubara yang juga bergerak naik ke level $160,23 per metrik ton pada 13 Juni dari posisi $158,53 pada 6 Juni memberikan sentimen positif bagi saham United Tractors yang memiliki anak usaha pertambangan batu bara lewat PT Pamapersada Nusantara. Sentimen positif tersebut juga memberikan pengaruh bagi saham Astra Internasional sebagai perusahaan induk United Tractors

IHSG juga terdongkrak oleh kebijakan dividen Prusahaan Gas Negara yang akan membagikan dividen sebesar 50% dari laba bersih 2007 dan rencana stock split sbesar 1:5 yang akan efektif pada Agustus mendatang. Saham PGAS ditutup naik Rp300(2,1%) ke level Rp14.600 per lembar saham.

Senin, Juni 16, 2008

Koreksi saham Bumi dan emiten bank tekan indeks

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Pada perdagangan akhir pekan kemarin, IHSG ditutup melemah 10,59 poin (0,44%) ke level 2.398,42 tertekan oleh koreksi saham BUMI, BMRI, BBCA, dan BBRI. Dalam sepekan, IHSG tercatat melemah tipis 3,82 poin (0,16%) karena pola perdagangan jangka pendek para pelaku pasar terhadap saham pertambangan batu bara.

Di awal pekan, bursa saham melanjutkan rebound naik 7,84 poin (0,33%) oleh sentimen kenaikan harga minyak 13,3% ke level $138,54 per barel dari posisi 4 Juni yang berdampak terjaganya ekspektasi pasar terhadap permintaan batu bara dunia dan naiknya harga batu bara di Newcastle Port ke level $158,53 per metrik ton. Rencana Bumi Resources yang akan meningkatkan volume buy back sahamnya dari 1% menjadi 3% atau 582,12 juta lembar saham dan penemuan cadangan batu bara di Kalimantan dalam areal penambangan PT Kaltim Prima Coal sebesar 442juta ton yang meningkatkan cadangan batu bara Bumi Resources sebesar 32% ikut memberikan sentimen positif saham BUMI hampir 7% ke level Rp8.450. Secara teknis, saham BUMI berupaya menyempurnakan double bottom sejak posisi 19 Mei Rp8.550 dan indikator MACD yang semakin melemah di areal negatif yang ikut membentuk signal beli. IHSG juga terdongkrak saham AALI yang ditutup naik Rp1.150 (4,7%) ke level Rp25.600 setelah harga CPO di bursa Malaysia merespon kenaikan harga minyak dunia dan ditutup naik 6,4% dalam dua hari perdagangan ke level RM3.660. Perdagangan awal pekan juga diwarnai penghentian sementara perdagangan saham Indosat menanggapi pembelian 40,8% saham Indosat oleh Qatar Telecom.

IHSG terkoreksi 36,26 poin (1,5%) ke 2.373,82 di perdagangan hari kedua oleh aksi profit taking dan aksi jual investor asing atas beberapa saham unggulan seperti saham BUMI, ASII, dan saham perbankan karena beralihnya sebagian dana investor asing untuk membeli saham Indosat yang dibuka kembali setelah sebelumnya di-suspend terkait rencana akuisisi Qatar Telecom atas 40,8% saham Indosat dengan harga premium Rp7.388. Investor asing mencatat kenaikan volume buy saham ISAT sebanyak 258% ke posisi 46 juta lembar saham dari 12 juta lembar saham dalam sehari perdagangan. Saham Indosat ditutup naik Rp1.000 (17,7%) ke posisi Rp6.650 dari penutupan Jumat (6/6). Sentimen negatif harga minyak yang turun 3,11% dalam dua hari perdagangan dari level penutupan tertingginya $138,54 per barel ikut mendorong aksi profit taking saham BUMI. Saham ASII melanjutkan koreksinya ke posisi Rp19.250 seiring posisi ASII yang secara teknis memasuki areal negatif MACD yang makin kuat sejak 4 Juni lalu dan memperkuat signal jual ASII bagi pasar.

IHSG naik tipis 0,97 poin (0,04%) ke level 2.374,78 di penutupan rabu tertopang oleh pergerakan teknikal saham perbankan yang telah menyentuh level oversold sejak pengumuman inflasi dan kenaikan BI rate 25bps awal bulan ini. Indeks sektoral perbankan ditutup naik 0,8% tertopang oleh saham Bank Mandiri dan Bank BRI. Tetapi di sisi lain, sektor pertambangan tercatat turun 0,6% tertekan oleh koreksi saham Bumi Resources ke level Rp8.050. BUMI bergerak ke masa konsolidasi membentuk bearish flag seiring harga minyak yang terkoreksi 4% di NYMEX ke level $132,97. Wacana pengenaan pajak ekspor batu bara untuk mengamankan kebutuhan domestik terutama PLN ikut memberikan sentimen negatif saham BUMI, meskipun di sisi lain beredar kabar Bumi Resources menaikkan penawarannya atas saham Herald Resources sebesar 9% atau menjadi A$2,8 per lembar saham.

IHSG melanjutkan rebound di hari keempat dengan kenaikan 34,22 poin (1,4%) ke level 2.409,01. Aksi beli investor asing terhadap saham BUMI yang telah turun Rp400 sejak senin, berhasil membawa BUMI berada ke posisi penutupan tertingginya pada 19 Mei yaitu Rp8.550. Rencana Bumi Resources untuk menaikkan harga jual rata-rata batu bara tahun ini sebesar 10% menjadi $77 per ton ikut memberikan sentimen positif selain harga minyak yang kembali bergerak naik ke level $136,38 (3,9%). Sentimen harga minyak tersebut juga mendongkrak saham PTBA sebesar Rp200 (1,4%) ke level Rp15.000. IHSG juga tertopang oleh gain saham UNTR sebesar Rp650 (5,5%) setelah perusahaan merencanakan right issue untuk menambah dana akuisisi dua perusahaan tambang batu bara dan pembiayaan modal kerja anak perusahaan. Selain UNTR, saham TINS juga menopang IHSG dengan kenaikan Rp550 (1,6%) seiring rencana PT Timah Tbk untuk membagikan 50% laba bersih tahun 2007 sebagai dividen dan juga rencana stock split TINS sebesar 1:10.

Di akhir pekan, saham BUMI terkoreksi 4,09% meskipun telah beredar hasil RUPS Bumi Resources yang menyetujui rencana buyback saham sebanyak 3% dan pembagian dividen Rp111 per saham atau 29% dari laba bersih 2007. Koreksi ini lebih disebabkan oleh aksi profit taking dalam masa kondolidasi saham BUMI seiring bearish flag sejak rabu yang kemudian akan bergerak naik menuju level Rp11.600 sesuai harga premium 35% dari harga tertinggi pekan kemarin Rp8.550 seiring rencana buyback saham. Di sisi lain, TINS terus menguat Rp450 (1,3%) menahan koreksi IHSG setelah RUPS pada kamis menyetujui pembagian dividen sebesar 50% dari laba bersih 2007 dan stock split 1:10 yang akan efektif pada Juli mendatang. Saham BMRI turun 0,88%, BBCA turun 0,95%, dan BBRI turun 0,96%. Saham PTBA turun 2,3% dan ASII naik 1,5%. Saham Indosat ditutup pada posisi Rp6.500 per lembar saham pada akhir pekan kemarin.

Jumat, Juni 13, 2008

Ulasan Pasar 12 Juni 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham melanjutkan rebound pada penutupan kemarin dengan kenaikan 34,22 poin (1,4%) ke level 2.409,01. Saham pertambangan seperti PTBA, BUMI, dan TINS bergerak menopang indeks. Aksi beli investor asing terhadap saham BUMI yang sehari sebelumnya terkoreksi Rp400 sejak senin, berhasil membawa BUMI kembali berada posisi penutupan tertingginya sejak 19 Mei.

Investor masih menaruh harapan besar pada saham BUMI. Hal ini terlihat dari pergerakan BUMI yang sangat singkat dalam tiga hari perdagangan. Pada rabu, BUMI ditutup terkoreksi Rp400 sejak senin dan pada penutupan kamis kemarin saham BUMI bergerak naik Rp500 (6,2%) ke level Rp8.550. Rencana Bumi Resources untuk menaikkan harga jual rata-rata batu bara tahun ini sebesar 10% ke level $77per ton memberikan sentimen positif bagi kenaikan harga BUMI. Harga minyak yang bergerak naik ke level $136,38 (3,9%) ikut memberikan sentimen positif bagi saham batu bara sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak. Sentimen tersebut mendogkrak harga saham PTBA sebesar Rp200 (1,4%) ke level Rp15.000.

Harga saham TINS bergerk naik Rp550 (1,6%) seiring rencana PT Timah Tbk untuk membagikan 50% laba bersih tahun 2007 sebagai dividen dan juga rencana stock split TINS sebesar 1:10.

IHSG juga tertopang oleh pergerakan saham UNTR yang kemarin tercatat naik Rp650 (5,5%) setelah perusahaan merencanakan right issue untuk menambah dana untuk keperluan akuisisi atau membeli dua perusahaan tambang batu bara dan pembiayaan modal kerja anak perusahaan.

Saham Indika Energy pada perdagangan hari keduanya kemarin kembali mencatat gain setelah pasar mendapat sentimen positif dari proses negosiasi kredit antara unit usaha patungan Indika yaitu Cirebon Electric Power dengan lima bank asing senilai Rp5,09 triliun untuk pendanaan proyek PLTU Cirebon seiring dengan telah ditandatanganinya perjanjian pembelian listrik dengan PT PLN pada Agustus 2007 lalu.

IHSG tertekan oleh koreksi saham TLKM kemarin yang turun Rp200 (2,58%) ke level Rp7.550. Di posisi ini, indikator RSI untuk saham TLKM sebesar 30 dan telah berada pada kondisi oversold. Seiring rencana RUPS TLKM pada 20 Juni dan rencana buyback saham TLKM, diharapkan saham TLKM akan terdongkrak memasuki perdagangan pekan depan.

Kamis, Juni 12, 2008

Ulasan Pasar 11 Juni 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks harga saham gabungan bergerak naik tipis 0,97 poin (0,04%) ke level 2.374,78 tertopang oleh kenaikan teknikal harga saham sektor perbankan yang telah menyentuh level overbought sejak pengumuman inflasi dan kenaikan BI rate awal bulan ini. Indeks sektor perbankan kemarin ditutup naik 0,8% tertopang oleh saham Bank Mandiri dan Bank BRI. Di sisi lain, sektor pertambangan tercatat turun 0,6% tertekan oleh koreksi teknikal saham Bumi Resources yang melemah Rp100 (1,23%).

Saham BUMI bergerak turun secara teknikal setelah mencapai posisi puncak double bottom nya pada perdagangan selasa Rp8.750 dan ditutup pada hari yang sama di level Rp8.150. Harga penutupan senin, saham BUMI ditutup pada posisi Rp8.450 sesuai dengan harga tertinggi yang pernah dicapai pada 19 Mei. Sejak perdagangan selasa, BUMI bergerak ke masa konsolidasi untuk membentuk bearish flag menunggu sentimen positif dari perusahaan seperti realisasi rencana buyback saham BUMI sebanyak 3%. Harga minyak yang terkoreksi turun pada perdagangan kemarin juga memberikan tekanan pada harga BUMI. Harga minyak di NYMEX turun 4% ke level $132,97 sejak akhir pekan lalu yang mencapai level $138,54. Aksi profit taking investor asing juga berperan dalam menekan saham BUMI kemarin. Wacana pengenaan pajak ekspor batu bara untuk mengamankan kebutuhan domestik terutama PLN ikut memberikan sentimen negatif bagi harga saham BUMI kemarin, meskipun di sisi lain beredar kabar Bumi Resources menaikkan penawarannya atas saham Herald Resources sebesar 9% atau menjadi A$2,8 per lembar saham.

IHSG bergerak naik bersama dengan saham BBRI dan BMRI yang masing-masing naik Rp50 (0,98%) dan Rp Rp100 (3,7%) seiring kedua saham tersebut telah masuk ke dalam masa beli bagi pelaku pasar. Indikator RSI saham BBRI pada 10 Juni di level 30 dan BMRI di level 37 yang mengindikasikan kondisi jenuh jual.

IHSG juga tertopang sektor industri dasar dengan kenaikan harga saham SMCB yang naik Rp60 (5,7%) setelah perusahaan diketahui menaikkan harga jual semen sebesar 12% sejak akhir Mei lalu.

Rabu, Juni 11, 2008

Ulasan Pasar 10 Juni 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Indeks harga saham gabungan kemarin ditutup turun 36,26 poin (1,5%) ke posisi 2.373,82 terkoreksi oleh aksi profit taking pada saham BUMI dan juga aksi jual investor asing atas beberapa saham unggulan seperti Astra Internasional dan juga saham perbankan. Koreksi IHSG tersebut juga disebabkan oleh beralihnya dana investor asing untuk membeli saham Indosat semenjak dibuka kembali saham tersebut kemarin setelah di perdagangan hari senin di-suspend terkait rencana akuisisi oleh Qatar Telecom sebanyak 40,8% saham ISAT yang dimiliki anak usaha SingTel yaitu Asia Mobile Holding dengan harga premium Rp7.388.

Di penutupan kemarin, investor asing mencatat kenaikan volume buy saham ISAT sebanyak 258% ke posisi 46 juta lembar saham dari 12 juta lembar saham di penutupan akhir pekan lalu. Saham Indosat kemarin ditutup naik Rp1.000 (17,7%) ke posisi Rp6.650 dari penutupan Jumat (6/6) di posisi Rp5.650 per lembar saham.

Saham Astra Internasional masih melanjutkan koreksinya seiring ekspektasi pasar terhadap inflasi yang masih tinggi hingga satu atau dua bulan mendatang seiring harga minyak dunia yang masih fluktuatif bergerak di atas $130 per barel. Selain itu, BI rate yang masih berpotensi naik di awal Juli ikut memberikan sentimen negatif bagi realisasi pelunasan kredit kendaraan bermotor Astra. Saham ASII kemarin ditutup melemah Rp550 (2,78%) ke posisi Rp19.250. Secara teknis, posisi harga saham ASII tersebut telah memasuki areal negatif MACD lebih kuat dibandingkan penutupan sebelumnya sejak 4 Juni lalu dan memberikan signal jual bagi pasar.

Saham Telkom kemarin ditutup naik Rp50 (0,63%) setelah harga TLKM secara teknis dengan merujuk pergerakan line MA(5) atau jangka pendek bergerak naik menyentuh line MA(10) yang berada di atasnya membentuk signal beli. Selain itu, saham TLKM juga telah cenderung overbought seiring indikator RSI menyentuh level 30 kemarin. Harga TLKM bergerak naik tipis menjelang RUPS 20 Juni mendatang dengan salah satu agendanya adalah rencana buy back saham Telkom dan rencana akuisisi saham Telkomsel sebesar 35% dari SingTel.

Saham Perbankan masih tertekan oleh harga minyak dunia yang masih bergerak di atas level $133 per barel yang berpotensi menguatkan laju inflasi dalam tahun ini. Saham BBRI turun Rp250 (4,67%), BMRI turun Rp75 (2,7%), dan BBCA turun Rp25 (0,93%).

Saham BUMI terkoreksi akibat profit taking investor setelah menyentuh level tertingginya pada perdagangan kemarin yaitu Rp8.750. Saham BUMI dibuka pada level Rp8.700 kemarin atau naik Rp250 dari penutupan senin setelah muncul berita positif penemuan cadangan batubara sebesar 442 juta ton di daerah Pedayak Kalimantan Timur, di dalam areal penambangan PT Kaltim Prima Coal yang juga merupakan anak usaha Bumi Resources. Sentimen negatif harga minyak yang turun 3,11% dalam dua hari perdagangan dari level penutupan tertingginya $138,54 per barel ikut memberikan tekanan aksi profit taking terhadap BUMI kemarin. Saham BUMI kemarin ditutup turun Rp300 (3,55%) ke posisi Rp8.150. Secara teknis, saham BUMI terkoreksi setelah membentuk double bottom sejak 19 Mei lalu dan kemarin telah melewati posisi jual yaitu Rp8.550.

Selasa, Juni 10, 2008

Ulasan Pasar 9 Juni 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Bursa saham melanjutkan rebound akhir pekan lalu dengan ditutup naik tipis 7,84 poin (0,33%) ke level 2.410,08. Harga minyak yang melonjak naik 13,3% sejak 4 Juni lalu ke level $138,54 per barel menjaga ekspektasi pasar terhadap permintaan batu bara dunia dan harga batu bara di Newcastle Port berdasarkan globalCOAL indeks telah naik menyentuh level $158,53 per metrik ton. Selain itu rencana aksi korporasi Bumi Resources yang akan meningkatkan volume buy back sahamnya dari 1% menjadi 3% atau 582,12 juta lembar saham memberikan sentimen positif bagi pelaku pasar untuk mengkoleksi saham BUMI. Penemuan cadangan batu bara baru oleh Bumi Resources di Kalimantan sebesar 442juta ton akan meningkatkan cadangan batu bara Bumi Resources sebesar 32%. Penemuan tersebut melengkapi kenaikan harga saham BUMI sebesar hampir 7% kemarin.

Secara teknis, bursa tertopang oleh pergerakan saham BUMI yang berupaya menyempurnakan double bottom sejak 19 Mei dengan mencapai Rp8.550 per lembar saham dan indikator MACD semakin melemah di areal negatif yang membentuk signal beli. Signal beli juga dikuatkan oleh indikator Bollinger di mana harga close BUMI hingga kemarin semakin bergerak ke arah upperband dan memperkuat signal bullish. Saham BUMI, ditutup naik Rp550 (6,96%) ke posisi Rp8.450 per lembar saham.

Kenaikan harga minyak juga mendongkrak harga saham perkebunan CPO Astra Agro Lestari yang ditutup naik Rp1.150 (4,7%) ke level Rp25.600 setelah harga CPO di bursa Malaysia merespon kenaikan harga minyak dunia hingga ditutup naik 6,4% dalam dua hari perdagangan ke level 3.660 Ringgit pada perdagangan kemarin.

Sekalipun terdongkrak oleh saham BUMI dan AALI, IHSG nampaknya tidak dapat bergerak lebh tinggi karena tekanan aksi jual investor asing melanda hampir sebagian besar saham perbankan. Investor asing mengkhawatirkan laju inflasi Indonesia untuk bulan Juni masih akan meningkat dan berpotensi akan kembali mendorong Bank Indonesia untuk menaikkan BI rate, setelah awal Juni kemarin telah menaikkan suku bunga patokan tersebut sebesar 25bps ke level 8,5%. Tekanan aksi jual investor asing itu juga diperkuat dengan lonjakan harga minyak dunia yang telah menyentuh level penutupan tertingginya dalam sejarah yaitu $138,54 atau naik 13,3% dalam dua hari perdagangan yang memperbesar terjadinya tren kenaikan laju inflasi. Saham BBRI turun Rp150 (2,73%), BBCA turun Rp50 (1,83%), dan BMRI turun Rp50 (1,77%)

Saham Telekomunikasi Indonesia juga tertekan oleh aksi jual invstor asing serta ancaman inflasi yang masih berpotensi meningkat dalam satu atau dua bulan ke depan yang akan memberikan dampak negatif bagi pendapatan usaha Telekomunikasi Indonesia terutama dari usaha selulernya, di samping harus menghadapi persaingan tarif yang makin ketat antar operator seluler. Di sisi lain, kinerja Telkom di tahun 2007 tercatat melemah dibandingkan dengan kinerja 2006 menambah sentimen negatif bagi pelaku pasar. Saham TLKM ditutup turun tipis Rp50 (0,63%) ke level Rp7.900 per lembar saham.

Senin, Juni 09, 2008

Indeks tertekan oleh aksi jual saham BUMI

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks harga saham gabungan ditutup melemah dalam sepekan kemarin turun 42,11 poin (1,72%) dibandingkan dengan level penutupan 30 Mei yang lalu. Penurunan IHSG lebih disebabkan aksi jual investor asing pada saham-saham unggulan seperti BUMI dalam tiga hari pertama perdagangan yang disebabkan kekhawatiran pelemahan rupiah karena tekanan inflasi domestik akibat kenaikan harga BBM. IHSG kembali rebound di perdagangan kamis setelah Bank Indonesia menetapkan kenaikan BI rate sebesar 25bps ke level 8,5% memberikan kepastian dan keyakinan di kalangan pelaku pasar atas sikap BI menghadapi inflasi. Suku bunga yang bergerak naik juga memberikan harapan arus dana asing akan masuk ke Indonesia dan mendongkrak rupiah. Di pasar saham, pada penutupan Jumat kemarin tercatat net buy investor asing sebesar Rp1,058 triliun.

Di awal pekan, IHSG ditutup turun sebesar 16,58 poin (0,68%) terimbas oleh koreksi atas saham perbankan merespon data inflasi Mei dari BPS. Data inflasi BPS mencatat laju inflasi untuk bulan Mei sebesar 10,38% (y-o-y) naik 142bps dari level inflasi April sebesar 8,96% (y-o-y) dengan penyebab utama adalah kenaikan BBM. Saham Bank Mandiri ditutup turun Rp50 (1,72%) dan saham Bank Danamon turun Rp200 (3,51%). Pasar mengkhawatirkan pendapatan bunga bersih yang berpotensi menurun di tengah daya beli masyarakat yang melemah dan berupaya menahan pengajuan kredit pada perbankan, namun di sisi lain suku bunga kredit bergerak naik menyesuaikan naiknya biaya dana pihak ketiga bila BI rate dinaikkan.

Di perdagangan hari kedua, bursa masih melanjutkan koreksinya ditutup turun 23,95 poin (0,99%) ke level 2.403,81. Investor asing mencatat net sell sebesar Rp429 miliar karena mengkhawatirkan asset mereka yang berdenominasi rupiah. Rupiah ditutup melemah di posisi Rp9.322/US$ dari posisi Rp9.280/US$ akhir pekan kemarin.

Memasuki hari ketiga, IHSG melanjutkan tren bearish hingga ke level 2.362,58 turun 41,23 poin (1,72%) dan masih tertekan oleh aksi jual investor asing yang mencatat net sell sebesar Rp84 miliar. BUMI ditutup turun Rp300 (3,97%). IHSG juga tertekan oleh koreksi saham TLKM yang secara teknis dengan indikator MACD, masih berada di areal negatif dan belum memberikan rekomendasi beli pada pelaku pasar. TLKM masih bergerak di sepanjang lowerband Bollinger yang berpotensi memberikan signal bearish.

Pada penutupan kamis, bursa saham akhirnya ditutup rebound sebesar 37,09 poin (1,57%) ke level 2.399,68 setelah tiga hari berturut-turut terkoreksi. Harga minyak dunia yang bergerak turun ke level $122 per barel dan keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan BI rate menjadi sentimen positif yang menggerakkan indeks. Keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan BI rate sebesar 25bps ke level 8,5% direspon positif oleh pasar sebagai bentuk kepedulian BI dalam menyikapi tekanan inflasi akibat naiknya biaya produksi (cost push inflation), yang diharapkan dapat mengimbangi pelemahan rupiah karena tekanan inflasi dengan aliran dana asing jangka pendek yang masuk ke Indonesia karena mencari return lebih besar di negara berkembang. Kenaikan BI rate tersebut menjadi sentimen positif bagi investor asing untuk membeli saham-saham unggulan teutama yang telah oversold. Saham Telkom naik Rp300 (3,82%) bergerak dari level rendahnya sejak awal tahun ini di posisi Rp7.850 pada penutupan Rabu (4/6). Indikator RSI pada 4 Juni telah memberikan signal oversold bagi TLKM di level 29,65. Secara teknis, Indikator MACD saham TLKM juga telah bergerak melemah di areal negatif menuju areal positif yang memberikan signal beli bagi pasar. RUPS Telkom yang direncanakan pada 20 Juni mendatang dengan salah satu agendanya yaitu buyback saham ikut mendongkrak harga TLKM. Investor asing mencatat net buy saham TLKM sebanyak 5.252.500 lembar saham. Sentimen positif dukungan Pemerintah RI kepada Telkom untuk membeli 35% saham Telkomsel dari SingTel ikut mendongkrak harga saham TLKM.

Senada dengan TLKM, investor asing juga masuk kembali ke bursa dengan membeli saham BUMI serta mencatat net buy sebanyak 3.404.500 lembar saham. Secara teknis, saham BUMI tampaknya berupaya untuk kembali membentuk double bottom menuju level tertinggi di tahun ini yang telah dibentuk 19 Mei lalu yaitu Rp8.550. Aksi beli investor asing ikut mendukung terbentuknya double bottom tersebut. Indikator MACD untuk BUMI pun melemah di areal negatif menuju positif yang membentuk signal beli.

Di penutupan akhir pekan, IHSG naik tipis 2,56 poin (0,11%) ke level 2.402,24 karena pergerakan teknikal saham BUMI yang ditutup naik Rp200 (2,6%) ke level Rp7.900 dan juga harga minyak dunia yang kembali naik ke level $127 per barel atau 5% dalam sehari, memberikan sentimen positif bagi emiten produsen bahan bakar alternatif minyak seperti BUMI. Sebaliknya, IHSG juga mendapat tekanan dari koreksi saham Astra Internasional yang turun Rp400 (1,98%). Pasar mengkhawatirkan realisasi pelunasan kredit kendaraan bermotor oleh masyarakat di tengah daya beli masyarakat yang melemah dan suku bunga kredit yang meningkat karena menyesuaikan BI rate.

Jumat, Juni 06, 2008

harrysetiadiutomo: Ulasan Pasar 5 Juni 2008

harrysetiadiutomo: Ulasan Pasar 5 Juni 2008

Ulasan Pasar 5 Juni 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Intelligence Unit

Bursa saham ditutup rebound kemarin sebesar 37,09 poin (1,57%) ke level 2.399,68 setelah tiga hari koreksi sejak awal pekan ini. Harga minyak dunia yang bergerak turun ke level $122 per barel dan keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan BI rate menjadi sentimen positif yang menggerakkan indeks kemarin.

Keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan BI rate sebesar 25bps ke level 8,5% direspon positif oleh pasar sebagai bentuk kepedulian BI dalam menanggulangi tekanan inflasi oleh kenaikan BBM sejak akhir Mei kemarin. Kenaikan BI rate tersebut menjadi sentimen positif beberapa saham unggulan untuk bergerak secara teknis memberikan kepercayaan diri investor terutama asing untuk membeli saham-saham unggulan dengan nilai rupiah yang terkendali atas dolar AS. Saham Telkom naik Rp300 (3,82%) bergerak dari level rendahnya sejak awal tahun ini di posisi Rp7.850 pada penutupan 4 Juni. Indikator RSI pada 4 Juni telah memberikan signal oversold bagi TLKM di level 29,65. Indikator MACD pada penutupan kemarin telah bergerak melemah di areal negatif menuju areal positif yang memberikan signal beli bagi pasar. RUPS Telkom yang direncanakan pada 20 Juni mendatang dengan salah satu agendanya adalah buyback saham ikut mendongkrak harga TLKM pada penutupan kemarin. Investor asing mencatat net buy saham TLKM sebanyak 5.252.500 lembar saham. Sentimen positif dukungan Pemerintah RI kepada Telkom untuk membeli saham 35% saham Telkomsel dari SingTel ikut menggerakkan saham TLKM kemarin.

Senada dengan TLKM, investor asing juga kembali masuk ke bursa dengan membeli saham BUMI yang telah tertekan selama tiga hari perdagangan sebelum pengumuman kenaikan BI rate awal Juni ini akibat aksi jual mereka yang didorong kepanikan melemahnya rupiah terhadap dolar AS karena sentimen negatif laju inflasi Mei. Saham BUMI tercatat net buy 3.404.500 lembar saham oleh investor asing. Secara teknis, saham BUMI tampaknya berupaya untuk kembali membentuk double bottom menuju level tertinggi di tahun ini yang dibentuk 19 Mei lalu yaitu Rp8.550. Sentimen positif aksi beli investor asing ikut mendukung terbentuknya double bottom tersebut. Indikator MACD untuk BUMI melemah di areal negatif menuju positif dan membentuk signal beli pada penutupan kemarin memperkuat kenaikan BUMI dalam beberapa hari ke depan menuju level Rp8.550.

IHSG juga tertopang oleh sentimen positif perkembangan akuisisi Herald Resources Ltd yang lebih mengunggulkan konsorsium Aneka Tambang melalui Tango daripada konsorsium Bumi Resources melalui Callipso. Saham ANTM ditutup naik Rp75(2,33%).

Akuisisi saham Ades Waters Indonesia, ADES, juga mewarnai rebound IHSG kemarin. SOFOS Pte telah menyelesaikan proses pembelian 91,94% saham ADES. ADES ditutup naik Rp390 (30%).

IHSG juga terdongkrak oleh saham ADHI yang naik 1,52% kemarin setelah perusahaan berhasil memperoleh tiga proyek baru di antaranya pembangunan Pasar Tanah Abang Blok B senilai Rp381,58 miliar, The Pakubuwono Development Tower B & C senilai Rp375 miliar, dan Griya Niaga 2 senilai Rp121,85 miliar.

Kamis, Juni 05, 2008

Ulasan Pasar 4 Juni 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks harga saham melanjutkan tren bearish hingga penutupan rabu kemarin ke level 2.362,58 turun 41,23 poin (1,72%) masih tertekan oleh aksi jual investor asing yang mengkhawatirkan nilai asset rupiah mereka. Sentimen negatif laju inflasi Mei 10,38% (yoy) dan peluang kenaikan lanjutan laju inflasi di bulan Juni ini memberikan tekanan pada pergerakan IHSG kemarin. Investor asing mencatat net sell sebesar Rp84 miliar.

Saham unggulan seperti BUMI menjadi salah satu saham yang tertekan oleh aksi jualn investor asing sejak awal pekan ini. Saham BUMI kemarin ditutup turun Rp300 (3,97%) dari penutupan sehari sebelumnya. Secara teknikal, saham BUMI berusaha membentuk double top dengan terlebih dulu menyempurnakan bearish flag dan menuju posisi beli di level Rp6.500. kemarin BUMI ditutup pada posisi Rp7.250 dan masih membentuk signal jual seiring line MA(5) di bawah line MA(10) bergerak naik memotong line MA(10). Indikator MACD juga masih memberikan signal jual karena bergerak semakin menurun di areal negatif.

IHSG juga tertekan oleh koreksi saham TLKM yang masih tertekan oleh sentimen negatif melemahnya daya beli masyarakat yang berpotensi menekan pengeluaran telekomunikasi mereka dan menggerus pendapatan usaha Telkom. Secara teknikal, indikator MACD masih berada di areal negatif dan belum memberikan rekomendasi beli pada pelaku pasar. Hingga penutupan kemarin, TLKM masih bergerak di sepanjang lowerband Bollinger yang berpotensi akan bearish sampai menjelang digelarnya RUPS di akhir Juni ini serta rencana buyback saham TLKM. TLKM kemarin ditutup turun Rp100 (1,26%).

Rencana Bank Indonesia yang kemungkinan besar akan menaikkan BI rate 25-50bps memaksa pelaku pasar untuk melepas kepemilikannya di saham perbankan. Saham BBRI turun Rp250 (4,2%), BBCA turun Rp50 (1,83%).

Rabu, Juni 04, 2008

Ulasan Pasar 3 Juni 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Di perdagangan hari kedua pekan ini, bursa saham Indonesia masih melanjutkan koreksinya atas sentimen negatif laporan inflasi Mei yang menembus level 2 digit sejak Oktober 2005. level inflasi Mei sebesar 10,38% (yoy) bahkan belum mencerminkan dampak kenaikan BBM yang baru diumumkan pada pertengahan Mei lalu. Pasar memprediksikan bahwa laju inflasi untuk bulan Juni ini akan lebih tinggi daripada Mei dan mereka juga semakin yakin bahwa Bank Indonesia akan segera merespon kecenderungan naiknya laju inflasi ini dengan menaikkan level BI rate dari posisi sekarang 8,25%.

Aksi jual investor asing terhadap saham-saham unggulan seperti BUMI, BBCA, dan BMRI, telah menekan IHSG hingga ditutup turun 23,95 poin (0,99%) ke level 2.403,81. Laju inflasi dalam negeri yang menguat 1,41% (mtm) dan 10,38% (yoy) membuat investor asing mengkhawatirkan asset mereka yang berdenominasi rupiah seiring rupiah yang melemah dalam dua hari perdagangan pekan ini. Rupiah ditutup melemah di posisi Rp9.322/US$ dari posisi Rp9.280/US$ akhir pekan kemarin. Saham BUMI ditutup turun 6,6% sejak penutupan akhir pekan lalu. Pada penutupan kemarin, investor asing mencatat net sell sebesar Rp429 miliar.

Level BI rate yang cenderung naik dan kondisi daya beli masyarakat yang melemah akibat kenaikan BBM telah mengkoreksi saham-saham perbankan sejak awal pekan hingga penutupan kemarin. Saham BBCA kemarin ditutup terkoreksi Rp75 (2,68%), BBNI turun Rp20 (1,61%), BDMN turun Rp150 (2,73%), dan BMRI turun Rp (0,88%). Secara teknikal, saham Bank Mandiri memberikan posisi beli pada pelaku pasar seiring indikator MACD berusaha memasuki areal positif karena sentimen positif pembagian dividen 90% dari laba bersih 2007, namun mendapat tekanan dari aksi jual investor karena panik oleh laju inflasi. Sedangkan saham BBCA melalui indikator RSI telah masuk dalam posisi oversold dengan level 30 dan sudah masuk ke dalam areal beli pada penutupan kemarin.

Kepanikan investor terhadap laju inflasi dan pergerakan BI rate juga memberikan koreksi atas saham Indocement Tunggal Perkasa seiring naiknya suku bunga berpotensi menekan permintaan properti dan tentunya akan mengurangi belanja semen. Saham INTP bergerak turun Rp250 (3,91%) ke posisi Rp6.150.

Selasa, Juni 03, 2008

Ulasan Pasar 2 Juni 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Pergerakan indeks harga saham gabungan pada perdagangan awal bulan Juni ini ditutup turun sebesar 16,58 poin (0,68%) dari penutupan akhir Mei ke level 2.427,77 terimbas oleh koreksi atas saham perbankan dan telekomunikasi merespon data inflasi Mei yang telah dirilis BPS pada perdagangan sesi II kemarin. Data inflasi BPS mencatat laju inflasi untuk bulan Mei sebesar 10,38% (y-o-y) naik 142bps dari level inflasi April sebesar 8,96% (y-o-y) dengan penyebab utama adalah kenaikan BBM

IHSG tertekan oleh koreksi saham Bank Mandiri yang ditutup turun Rp50 (1,72%) ke level Rp2.850 dan saham Bank Danamon yang turun Rp200 (3,51%) ke level Rp5.500. Pasar mengkhawatirkan koreksi atas kinerja perbankan khususnya Bank Mandiri dan Bank Danamon dalam kondisi melemahnya daya beli masyarakat akibat inflasi dan kecenderungan Bank Indonesia yang akan kembali menaikkan BI rate dari level saat ini 8,25%. Pendapatan bunga dari kredit konsumsi berpotensi menurun seiring suku bunga kredit yang naik menyesuaikan level BI rate dan naiknya biaya dana pihak ketiga.

Namun, tidak semua saham perbankan mengalami koreksi pada penutupan kemarin. Saham Bank BRI ditutup naik Rp150 (2,59%) ke posisi Rp5.950 per lembar saham. Kenaikan harga saham BBRI disebabkan faktor teknikal harga BBRI yang telah menyentuh level terendah sejak akhir April. Indikator RSI juga menunjukkan posisi harga BBRI yang cenderung oversold di level 45 dan sudah saatnya bergerak naik. Indikator MACD juga telah menyentuh level terendah di areal negatif sejak akhir April dan kembali bergerak ke areal positif seiring langkah Bank BRI yang memilih untuk melakukan ekspansi kredit tanpa menaikkan suku bunga agar dapat menjaga net interest margin bank dengan segmen UKM dan kelas menengah bawah tersebut.

Dari sektor telekomunikasi, saham Telekomunikasi Indonesia dan Indosat bergerak turun karena sentimen negatif inflasi Mei yang mengindikasikan pelemahan daya beli masyarakat yang berpotensi menekan pengeluaran masyarakat untuk konsumsi telekomunikasi. Saham TLKM ditutup turun Rp150(1,85%) dan ISAT turun Rp50(0,87%).

Harga minyak dunia yang sedang berkonsolidasi menurun ke level $126 per barel mendorong koreksi atas saham alternatif minyak seperti BUMI dan AALI. Saham BUMI terkoreksi Rp300 (3,73%) dan AALI terkoreksi Rp750 (2,84%).

Dari sektor konsumsi, IHSG mendapat topangan dari saham Ades Waters Indonesia dan Gudang Garam. Saham ADES ditutup naik Rp230 (29,5%) ke posisi Rp1.010 setelah muncul informasi mengenai rencana akuisisi 91,94% saham ADES yang dikuasai oleh Waters Partners Bottling SA oleh Sofos Pte Ltd dan PT Aureos Sequel Indonesia Advisers melalui Nestle SA dan Refreshment Product Services yang akan membeli saham Waters Partner Bottiling SA. Pasar juga merespon positif rencana RUPS Gudang Garam yang akan digelar 21 Juni mendatang seiring kenaikan laba bersih tahun 2007 sebesar 43,24% atau reversal dari kondisi tahun 2006 yang mencatat penurunan laba bersih sebesar 46,67%. Laba bersih Gudang Garam tahun 2007 tercatat Rp1,4 triliun dibandingkan tahun 2006 yang sebesar Rp1,01 triliun.
Laju inflasi yang meningkat tajam di bulan Mei ini memberikan persepsi negatif pada investor asing atas nilai asset mereka yang berdenominasi rupiah. Nilai rupiah dikhawatirkan melemah terhadap dolar AS dan memicu aksi jual investor asing terhadap saham pertambangan seperti BUMI yang terkoreksi Rp300 (3,7%).

Senin, Juni 02, 2008

BBM picu koreksi saham sepekan

Ulasan Pasar 2 Juni 2008
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Selama sepekan kemarin, bursa saham bergerak melemah hingga ditutup di level 2.444,35 turun 21,61 poin (0,87%) dibandingkan dengan level penutupan akhir pekan sebelumnya.

Di awal pekan, IHSG ditutup turun 42,23 poin (1,87%) ke level 2.419,73 tertekan oleh kenaikan harga BBM yang memicu kenaikan harga barang dan jasa di berbagai sektor dan berpotensi menaikkan BI rate di awal Juni. BI rate yang naik dan daya beli masyarakat yang melemah akan berdampak negatif pada rasio NPL perbankan dan permintaan kredit masyarakat. Sejumlah bank diindikasikan menaikkan suku bunga kreditnya untuk menjaga net interest margin seiring biaya dana pihak ketiga yang ikut bergerak naik. Pelaku pasar pun bereaksi negatif pada saham perbankan. Saham Bank BRI, ditutup terkoreksi Rp200 (3,23%).

Daya beli yang melemah akibat kenaikan BBM berpotensi menurunkan penjualan Astra Internasional terutama untuk kendaraan roda empat. Saham ASII ditutup terkoreksi Rp950 (4,61%) ke level Rp19.650. Secara teknikal, saham ASII juga melanjutkan signal jual pada indikator MACD sejak akhir pekan sebelumnya karena telah menurun ke areal negatif dan line MA(10) telah bergerak menurun tajam memotong line MA(5) yang berada di bawahnya membentuk signal jual.

Kinerja keuangan Telekomunikasi Indonesia selama tahun 2007 memberikan sentimen negatif pada pelaku pasar. Pendapatan usaha 2007 naik 15,88% sedangkan pada 2006 naik 22,69%. Laba usaha 2007 naik 22,6% sedangkan pada 2006. ROE di tahun 2007 sebesar 38,1% turun 2,84% dari level 2006 yaitu 39,21%. Saham TLKM di hari senin ditutup terkoreksi Rp300 (3,49%) ke level Rp8.300 per lembar saham.

Di hari selasa, bursa masih melanjutkan koreksi sebesar 22,72 poin karena pelaku pasar memilih untuk wait and see atas kondisi pasar yang belum stabil dan menunggu penyesuaian cost dunia industri dengan harga BBM yang baru. IHSG ditutup melemah 22,72 poin (0,94%) ke level 2.397. Saham PGAS ikut memberikan kontribusi negatif bagi pergerakan IHSG seiring koreksi teknikalnya. Indikator RSI saham PGAS memberikan signal jual sejak 14 Mei karena menunjukkan indikasi overbought setelah melewati level 70 RSI, tepatnya 70,53.

Di hari rabu, bursa ditutup rebound 36,77 poin (1,53%) ke level 2.433,77 oleh pergerakan indeks regional yang positif oleh sentimen harga minyak yang turun di bawah $127 per barel dan data penjualan rumah di AS yang mencatat kenaikan 3,3% di bulan April yang memberikan optimisme pulihnya perekonomian AS dari kasus kredit macet subprime mortgage. Indeks Dow Jones ditutup naik 68,72 poin (0,55%).

Saham Bumi Resources bergerak rebound setelah terkoreksi secara teknikal 14,84% dalam sepekan perdagangan sebelumnya dan ditutup naik Rp750 (10,42%). Saham Bank BRI ditutup naik Rp100(1,68%) seiring rencana Bank BRI melakukan ekspansi kredit daripada menaikkan suku bunga kredit untuk menjaga pendapatan bunganya. Saham Astra Internasional bergerak naik Rp300(3,00%) oleh sentimen positif penetapan dividen dari laba bersih 2007 sebesar Rp484 per lembar saham pada RUPS 28 Mei 2008

Di hari kamis, IHSG kembali naik 13,19 poin ke level 2.446,95 oleh rencana Telkom untuk buyback saham sebanyak 339,4juta lembar atau 1,7% saham beredar. Saham TLKM ditutup naik Rp50(0,63%). Saham BUMI melanjutkan kenaikan sebelumnya sebesar Rp250 (3,14%) mendekati upperline Bollinger dan indikator MACD menunjukkan pelemahan di areal negatif memberikan signal beli untuk BUMI.

Di akhir pekan, IHSG terkoreksi sebesar 2,6 poin (0,11%) ke level 2.444,35. Saham BUMI bergerak turun Rp150(1,83%) oleh sentimen jangka pendek koreksi harga minyak dunia ke level $125 per barel. IHSG juga tertekan oleh saham BBCA, BBNI, BBRI, dan BDMN yang terkoreksi akibat aksi cut loss pelaku pasar menghadapi pengumuman inflasi oleh BPS awal pekan mendatang. BBRI turun Rp50(0,85%), BBCA turun Rp25(0,89%), BBNI turun Rp20(1,59%), dan BDMN turun Rp100(1,72%).