Senin, Juli 07, 2008

Indeks terombang-ambing oleh harga minyak dan batu bara

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Selama sepekan, bursa bergerak fluktuatif dengan koreksi tajam pada penutupan hari kamis sebesar 91,86 poin karena pelaku pasar mencermati perkembangan harga minyak dunia, batu bara, dan laju inflasi hingga dua bulan mendatang. Bursa melemah 17,36 poin (-0,74%) ke level 2.314,75 pada akhir pekan kemarin bila dibandingkan dengan penutupan akhir pekan sebelumnya yang berada di level 2.332,11.

Pelaku pasar cenderung bersikap wait and see sejak awal pekan karena mencermati laju inflasi Juni dan level BI rate. Laju inflasi Juni yang diumumkan sebesar 11,03% (yoy) awalnya cukup memberikan sentimen positif bagi investor untuk membeli saham-saham perbankan karena level tersebut jauh dibawah prediksi hasil survey ekonom oleh Bloomberg yang sebesar 12,6%. Saham Bank BCA ditutup naik Rp100 (4,04%), saham Bank BRI naik Rp200 (3,92%), saham Bank Danamon naik Rp150 (3,19%), dan saham Bank BNI naik Rp30 (2,48%). Pada penutupan selasa setelah pengumuman inflasi oleh BPS tersebut, bursa saham ditutup menguat sebesar 29,7 poin (1,3%) pada level 2.378,81.

Pelaku pasar juga merespon positif keputusan BAPEPAM-LK mengenai aturan tender offer bagi pengendali baru yang membeli lebih dari 50% saham emiten, wajib melakukan tender offer atas saham sisanya, namun dalam dua tahun kemudian wajib melepas kembali sejumlah sahamnya agar tetap 20% di publik.

Namun, Bursa terkoreksi pada penutupan rabu karena turunnya harga saham Bumi Resources (BUMI) dan PT Tambang Batu bara Bukit Asam (PTBA) yang tertekan oleh rencana IPO (initial public offering) PT Bayan Resources yang memberikan altenatif baru bagi pelaku pasar untuk mengkoleksi saham emiten batu bara. PT Bayan Resources ditargetkan meraih dana IPO sebesar Rp6,4 triliun dengan melepas saham ke publik sebesar 25%.

Harga saham BUMI dan PTBA melanjutkan tekanan ke bursa pada perdagangan kamis, setelah harga batu bara internasional untuk pengiriman ke Amsterdam, Rotterdam, atau Antwerp tiba-tiba anjlok sebesar 12,6% ke posisi $190 per metrik ton untuk pengiriman tahun 2009 dan memberikan sentimen negatif bagi prospek harga batu bara di tahun mendatang. Pelaku pasar cenderung pesimis untuk pergerakan harga batu bara di tahun 2009 karena harga saat ini dinilai telah bergerak sangat cepat dan berpotensi turun karena semakin banyaknya emiten yang beralih menjadi produsen batu bara tetapi permintaan cenderung melemah karena harga yang semakin naik. Saham BUMI turun Rp1.150 (-14%) dan saham PTBA turun Rp1.200 (-7,3%). IHSG ditutup turun 91,86 poin (-3,9%) ke level 2.286,61

Koreksi bursa juga diperparah oleh kenaikan BI rate sebesar 25bps ke level 8,75% yang diikuti oleh ekspektasi kenaikan laju inflasi dalam dua bulan mendatang menjelang datangnya bulan puasa (bulan September) dan lebaran serta sentimen negatif kenaikan harga minyak untuk pengiriman Agustus 2008 yang menyentuh level $145 per barel. Laju kenaikan harga minyak tersebut berpotensi semakin memberatkan pemerintah karena akan melemahkan rupiah terhadap dolar AS mengingat Indonesia masih mengimpor sepertiga kebutuhan minyak dalam negeri. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS akan meningkatkan laju inflasi yang disebabkan naiknya biaya impor. Harga saham otomotif seperti Astra Internasional ditutup terkoreksi Rp200 (-1,03%). Saham perbankan seperti Bank Mandiri turun Rp100 (-3,67%), dan saham Bank BBRI turun Rp100 (-1,82%).

Selain koreksi harga saham perbankan dan otomotif, saham emiten semen juga ikut tertekan karena ekspektasi naiknya biaya produksi seiring kenaikan harga minyak dan biaya kredit perbankan yang semakin berat untuk keperluan ekspansi bila suku bunga acuan kredit terus dinaikkan. Selain itu, kenaikan BI rate juga akan memperlemah permintaan kredit masyarakat untuk kepemilikan properti. Saham Indocement Tunggal Perkasa (INTP) ditutup turun Rp200 (-3,7%) dan saham Semen Gresik ditutup turun Rp100 (-2,45%)..

Keputusan Bank Sentral Eropa yang menaikkan suku bunganya sebesar 25bps ke level 4,25% meningkatkan ekspektasi kenaikan harga minyak dalam jangka pendek menembus level $150 per barel seiring potensi dolar AS yang makin melemah terhadap euro.

Di akhir pekan, bursa bergerak rebound ditopang oleh aksi beli pelaku pasar terhadap saham BUMI, PTBA, dan emiten semen INTP yang sehari sebelumnya terkoreksi signifikan. Saham INTP naik Rp400 (7,69%), PTBA naik Rp750 (4,92%), saham BUMI naik Rp350 (4,9%). Saham Indosat (ISAT) ditutup naik Rp200 (3,17%) ke level Rp6.300 setelah Qatar Telecom mendapat kepastian proses tender offer hingga kepemilikannya atas saham ISAT mencapai 49%.

Tidak ada komentar: