Senin, Desember 15, 2008

Apresiasi rupiah angkat indeks saham

Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia bergerak fluktuatif sepanjang pekan lalu yang ditutup menguat 60,63 poin (5,04%) ke level 1.262,97. IHSG menguat mulai Selasa pekan lalu hingga Kamis sebesar 114,35 poin ke level 1.316,69, kemudian melemah pada penutupan Jumat ke posisi 1.262,97.

Level 1.316,69 sekaligus merupakan level tertinggi dalam satu bulan terakhir dan menjadi pemicu aksi ambil untung pelaku pasar. Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini, pelaku pasar cenderung berorientasi jangka pendek dalam bertransaksi.

Dari internal bursa, penguatan IHSG dipengaruhi oleh apresiasi kurs rupiah terhadap dolar AS yang bergerak menguat ke level Rp10.900/dolar AS pada perdagangan Selasa dan Rabu, atau menguat 7,2% dari akhir pekan sebelumnya.

Selain itu, faktor teknikal seperti pada saham PT Astra Internasional Tbk (ASII) turut menopang indeks pada perdagangan awal pekan kemarin. Saham ASII memberikan signal bullish dengan membentuk bottom triangle pada Selasa yang membuka peluang ASII ke level Rp15.000. Tren koreksi saham ASII selama November kemarin membuka peluang untuk rebound ke level tersebut dengan membentuk pola bottom triangle.

Bursa juga ditopang oleh aksi korporasi emiten. Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang menjajaki pinjaman bedenominasi rupiah 40% dari total capital expenditure 2009 yang sebesar US$2,5miliar.

Pelaku pasar menyambut baik rencana tersebut karena akan mengurangi risiko kerugian kurs dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Saham TLKM naik 15% sejak Jumat (5 Desember) hingga Rabu pekan lalu ke level Rp6.900.

Dari eksternal bursa, harga minyak yang menguat 17,6% ke US$47,98 per barel pada Kamis dibandingkan dengan penutupan akhir pekan sebelumnya, memberikan sentimen positif bagi sektor pertambangan dalam negeri khususnya emiten batu bara.

Rabu, Desember 10, 2008

Ulasan Pasar 9 Desember 2008

Bursa saham bergerak naik tajam sebanyak 63,77 poin (5,3%) ke level 1.266,12. Sebagai salah satu emerging market yang sangat fluktuatif, Bursa Efek Indonesia bergerak menguat menjelang akhir tahun ini oleh ekspektasi window dressing yang akan mendongkrak harga saham di akhir tahun.

Aksi beli juga ditopang oleh sentimen positif penguatan rupiah terhadap dolar AS ke level Rp10.900/US$ atau menguat 8,4% dari posisi akhir pekan kemarin. Saham Bumi Resources (BUMI) naik Rp70 (9,2%) ke posisi Rp 830, Telkom (TLKM) naik Rp 600 (10%) ke posisi Rp 6.600, Perusahaan Gas Negara (PGAS) naik Rp 200 (10,8%) ke posisi Rp 2.050, Astra Internasional (ASII) naik Rp 550 (6%) ke posisi Rp 9.700 dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) naik Rp 300 (8,8%) ke posisi Rp 3.700.

Secara teknis, saham ASII bergerak naik memberikan signal bullish dengan posisi harga selama 29 hari terakhr membentuk bottom triangle yang akan mendorong ASII ke level Rp15.000. Tren koreksi saham ASII selama November kemarin membuka peluang untuk rebound
ke level tersebut dan pada penutupan kemarin berhasil dikonfirmasi dengan kenaikan Rp550 atau 6%.

Telekomunikasi Indonesia menjajaki pinjaman berdenominasi rupiah 40% dari total capital expenditure 2009 yang sebesar US$2,5miliar. Pelaku pasar menyambut baik rencana tersebut karena akan mengurangi risiko kerugian kurs dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS.

Dari sisi eksternal, penguatan bursa juga didorong oleh sentimen positif indeks bursa regional seperti indeks STI Singapura menguat 5,38%, indeks Taiex Taiwan menguat 1,23%, dan indeks Nikkei-225 yang menguat 0,8%.

Harga minyak dunia bergerak naik 7,1% ke level US$43,71 per barel oleh optimisme pelaku pasar dengan palet stimulus yang banyak dikeluarkan negara-negara maju. Harga minyak yang naik dalam sehari kemarin menjadi katalis positif harga saham-saham energi. Saham Perusahaan Gas Negara (PGAS) naik Rp200 (11%) ke level Rp2.050.

Selasa, Desember 09, 2008

BI Rate bantu penguatan bursa

Bursa saham bergerak melemah sepanjang pekan kemarin dengan koreksi IHSG sebesar 3,2%. Nilai ini terkoreksi 39,2 poin ditutup ke level 1.202,34 pada Jumat pekan lalu. Nilai transaksi harian rata-rata Rp1 triliun dan pelaku pasar cenderung menarik diri dari bursa serta wait and see terhadap perkembangan kondisi ekonomi global. Posisi ini membuat perdagangan lebih bersifat jangka pendek dan fluktuatif.

Aksi profit taking dan depresiasi rupiah terhadap dolar AS mewarnai tekanan pada indeks awal pekan. Laju inflasi bulan November yang melambat sebesar 11,68% (y-o-y) dibandingkan Oktober yang sebesar 11,77% (y-o-y) tidak berhasil memberikan sentimen positif bagi indeks oleh karena rupiah masih bergerak melemah 3,1% ke level Rp12.480/US$ pada awal pekan.

Laba bersih Bumi Resources yang menyusut pada triwulan-III 2008 sebesar 39% menjadi $490,147 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu memicu koreksi saham BUMI dan mempengaruhi pergerakan indeks.

Dari eksternal bursa, meningkatnya jumlah pengangguran di AS dan harga minyak yang semakin melemah ke level US$43 per barel merefleksikan resesi global yang juga telah membayangi perekonomian Indonesia.

Ekspor non migas ke AS turun sebesar 33% dan ke China sebesar 37% pada bulan Oktober 2008. Bank Sentral Australia memangkas suku bunganya sebesar 100 bps menjadi 4,25%, yang merupakan nilai terendah dalam 6 tahun terakhir mengkonfirmasi pelambatan ekonomi di negara tersebut

Di tengah tekanan pada bursa, IHSG berhasil ditutup menguat pada penutupan perdagangan Kamis pekan lalu ditopang oleh keputusan Bank Indonesia yang memangkas BI rate sebesar 25 bps ke level 9,25%, yang merupakan pemangkasan pertama sejak Desember 2007. IHSG ditutup menguat 12,80 poin (1,07%) ke level 1.205,32.

Sektor perbankan mencatat penguatan signifikan 3,54% pada Kamis didorong oleh ekspektasi meningkatnya permintaan kredit perbankan dan daya beli masyarakat karena likuiditas yang lebih longgar.

Selasa, Desember 02, 2008

Saham Bumi dan Indosat topang indeks

Bursa saham sepanjang pekan terakhir November 2008, bergerak menguat dengan kenaikan IHSG sebesar 95,27 poin (8,3%) dan ditutup ke level 1.241,54. Faktor penggerak bursa terutama berasal dari aksi korporasi beberapa emiten besar seperti Bumi Resources, Indosat, dan Indofood.

Harga saham Bumi ditutup menguat 9,78% ke level Rp1.010 pada Jumat pekan lalu, menjelang penutupan transaksi penjualan ke Northstar Pacific Partners Ltd yang diakhiri dengan kesepakatan membentuk perusahaan yang dibentuk dengan tujuan khusus (special purpose vehicle/SPV) antara Bakrie & Brothers dan Northstar untuk menempatkan 19,27% saham BUMI yang diambil alih oleh Northstar dari Odickson Finance SA.

Nilai transaksi saham BUMI di bursa mencapai Rp684,7 miliar pada perdagangan Jumat dan selama sepekan terakhir, saham BUMI menguat 42,3% dari posisi awal pekan Rp710.Sementara itu, Qatar Telecom akan melaksanakan penawaran tender untuk saham Indosat di level Rp7.388 per saham. Saham ISAT pada akhir pekan lalu ditutup ke posisi Rp5.100, atau menguat 18,6% dalam sepekan.Indofood berencana menggunakan US$74 juta atau Rp900 miliar untuk melakukan buyback 10% saham yang akan dimulai awal pekan ini. Harga saham perusahaan mi instan itu pada akhir pekan kemarin menguat 4,3% ditutup ke level Rp970 atau menguat 5,4% dalam sepekan.

Penguatan rupiah

Selain aksi korporasi, faktor penguat indeks juga berasal dari penguatan terbatas kurs rupiah terhadap dolar AS sepanjang pekan kemarin 2,3% ke posisi Rp12.360 per dolar AS dari posisi awal pekan Rp12.650/US$.
Dari eksternal bursa, pemangkasan suku bunga bank sentral China sebesar 108 poin ke level 5,58% dan tren bullish pergerakan harga minyak dunia ikut memengaruhi penguatan indeks selama sepekan.

Harga minyak di bursa New York berhasil menguat 10,2% pada Rabu (26/11) ke level US$54,44 per barel dari posisi Kamis pekan sebelumnya (20/11) di level US$49,42 per barel. Pemangkasan suku bunga bank sentral China dan tren bullish harga minyak tersebut memberikan sentimen penguatan pada bursa regional yang ikut berdampak pada penguatan IHSG.Sepanjang pekan lalu, indeks saham Hang Seng naik 11,5%, Nikkei-225 naik 7,6%, dan STI naik 6,9%.

Rabu, Oktober 15, 2008

Ulasan Pasar 14 Oktober 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham kembali melanjutkan rebound di hari perdagangan kedua pekan ini. IHSG ditutup naik 94,04 poin (6,44%) ke level 1.555,97. Kenaikan IHSG masih dipengaruhi oleh faktor teknis dan rencana buyback saham-saham BUMN serta harga komoditas CPO dan minyak dunia. Pergerakan positif indeks regional ikut menopang aksi beli investor kemarin. Indeks Hangseng naik 3,19%, indeks STI Singapura naik 3,65%, indeks KOSPI naik 6,1%, dan indeks Nikkei225 naik 14,15%.

Selain tertopang rencana buyback, saham PTBA dan PGAS mendapat sentimen positif dari pergerakan harga minyak dunia yang mencatat kenaikan 4,5% kemarin ke level $81 per barel. Saham MEDC ikut mencatat kenaikan sebesar Rp250 (9,5%) ke level Rp2.875, Medco Energi Internasional menganggarkan dana sebesar US$100juta untuk buyback saham sebanyak maksimal 10% saham di bursa. Saham PTBA naik Rp550 (9,57%) ke level Rp6.300 dan saham PGAS naik Rp170 (9,77%) ke level Rp1.910.

Harga komoditas CPO yang sempat anjlok ke level terendahnya dalam dua tahun terakhir ke level $449 per ton di akhir pekan lalu akibat koreksi harga minyak dunia yang menyentuh level $77 per barel, kemarin bergerak naik ke level $529 per ton memberikan sentimen positif bagi saham Astra Agro Lestari (AALI) dan London Sumatera (LSIP). Saham AALI naik Rp850 (9,8%) ke level Rp9.550 dan saham LSIP naik Rp225 (9,7%) ke level Rp2.550.

Saham ANTM naik Rp110 (9,57%) ke level Rp1.260, selain oleh rencana buyback, pergerakan harga saham ANTM dipengaruhi oleh penandatanganan tiga kontrak karya tambang batu bara oleh pemerintah, yang salah satunya dimiliki oleh konsorsium Aneka Tambang dengan BHP Biliton di kepulauan Halmahera.

Saham Bank Mandiri bergerak naik sebesar Rp175 (8,05%) ke level Rp2.350 setlah muncul informasi, Bank Mandiri mendapatkan pinjaman sebesar US$1 miliar dari sejumlah bank asing untuk mendukung ekspansi kredit perseroan dalam denominasi dolar AS.

Dari sektor telekomunikasi, saham TLKM naik Rp650 (9,85%) ke level Rp7.250, dan saham ISAT naik Rp425 (9,82%) ke level Rp4.750. Nilai rupiah yang cenderung menguat terhadap dolar AS dalam dua hari terakhir ke level Rp9.700 mengurangi kekhawatiran meningkatnya biaya hutang Telekomunikasi Indonesia yang berdenominasi dolar AS. Kepastian izin Qatar Telecom untuk menggelar tender offer hingga kepemilikan saham ISAT menjadi 65% masih menjadi penopang rebound saham ISAT pada perdagangan kemarin.

Selasa, Oktober 14, 2008

Ulasan Pasar 13 Oktober 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks harga saham gabungan pada awal pekan ini berhasil ditutup menguat tipis sebesar 10,20 poin (0,7%) ke level 1.461,9 meskipun pada sesi I perdagangan sempat anjlok 49,77 poin (-3,43%) ke level 1.401,9 oleh aksi jual investor yang tertahan pada sesi I rabu pekan lalu.

Faktor sentimen ke bursa menjadi topangan pelaku pasar dalam mendongkrak IHSG di sesi II perdagangan kemarin. Pelaku pasar mulai percaya diri untuk melakukan pembelian meskipun dengan kondisi selective buying terhadap saham-saham blue chips terutama saham-saham BUMN. Selain disebabkan faktor teknis harga yang telah oversold, rencana buyback saham-saham BUMN dengan penyediaan dana total dari emiten-emiten BUMN sebesar Rp6 triliun berhasil mendongkrak harga saham Aneka Tambang (ANTM) sebesar Rp100 menjadi Rp1.150, saham Perusahaan Gas Negara (PGAS) sebesar Rp150 menjadi Rp1.740, saham PT Tambang batu bara bukit asam (PTBA) sebesar Rp500 menjadi Rp5.750 dan saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM) sebesar Rp150 menjadi Rp6.600, dan saham Semen Gresik (SMGR) sebesar Rp180 menjadi Rp2.030.

Kepercayaan pelaku pasar bertambah setelah muncul kepastian Qatar Telecom untuk menggelar tender offer saham Indosat (ISAT) untuk menaikkan kepemilikannya terhadap perusahaan telekomunikasi tersebut menjadi 65%. Saham ISAT kemarin ditutup menguat Rp375 menjadi Rp4.325.

Aturan baru bursa efek Indonesia mengenai auto rejection terhadap fluktuasi harga saham dari 30% menjadi 10% membuat investor merasa lebih aman dalam bertransaksi di bursa. Selain itu, kondisi nyaman investor ditambah dengan keputusan pemerintah yang menaikkan jaminan dana bank hingga Rp2 miliar dari semula Rp100 juta yang akan mengurangi aksi spekulasi di bursa saham.

Pelaku pasar juga mengikuti pergerakan rebound indeks saham regional Asia pasifik seperti Hang Seng yang naik 10,24%, KOSPI naik 3,62%, STI Singapura naik 7,18%, dan Shanghai naik 3,65%.

Namun, IHSG juga mendapat tekanan dari saham-saham perbankan seperti saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang turun Rp50 menjadi Rp4.225 dan saham Bank Mandiri (BMRI) yang turun Rp125 menjadi Rp2.175. Kenaikan BI rate menjadi 9,5% pekan lalu dan nilai rupiah yang masih melemah di Rp9.800/US$ atau di atas level aman Bank Indonesia Rp9.500/US$ berpotensi masih menguatkan laju inflasi karena naiknya biaya impor (imported inflation) dan menyulitkan perbankan untuk meningkatkan pendapatan bunga bersih dari penyaluran kredit, di samping harus menghadapi risiko naiknya NPL. Permintaan kredit konsumsi masyarakat diprediksi akan menurun seiring biaya kredit yang meningkat.

Senin, Oktober 13, 2008

Mau kemana ekonomi kita?


Kasus bangkrutnya Lehman Brothers, salah satu institusi keuangan terbesar AS, menjadi pemicu melemahnya bursa regional Asia Pasifik termasuk bursa saham Indonesia yang dikategorikan sebagai salah satu emerging market. Ketika muncul berita Lehman Brothers mengalami bangkrut dan mengajukan kepailitan, terjadi semacam shock condition pada investor asing maupun investor lokal di bursa efek Indonesia.


Investor asing melakukan aksi jual saham di bursa kita untuk menutup kerugian mereka dari merosotnya imbal hasil di bursa New York dan juga bursa negara maju lainnya seperti bursa Tokyo. Hasilnya, selama sepekan terakhir awal Oktober ini, bursa efek Indonesia ditutup terkoreksi tajam sebesar 10,03% atau 183,76 poin dari penutupan sepekan sebelumnya (29/9) ke level 1.648,74. Investor asing mencatat penjualan bersih sebesar Rp117 miliar sebagai kompensasi menutup kerugian mereka di bursa global selama sepekan terakhir akibat sentimen negatif krisis keuangan AS. Dampak dari aksi jual investor asing tersebut, nilai rupiah terhadap dolar AS terus melemah ke level Rp9.599/US$ pada awal Oktober lalu, posisi terendah sejak Agustus 2007.


Sejak awal September 2008 hingga awal Oktober 2008, IHSG telah terkoreksi sebanyak 515,88 poin (-23,83%) dari level 2.164,62 ke level 1.648,74 dan nilai rupiah terhadap dolar AS ikut melemah sebesar 4,78% dari posisi Rp9.161,00/US$. Aksi investor asing melepas portofolionya ikut melemahkan rupiah terhadap dolar AS. Nilai rupiah terhadap dolar AS yang melemah sangat tidak menguntungkan bagi kegiatan impor kita karena akan membuat harga barang impor menjadi lebih mahal dan akan membuat daya beli masyarakat dalam negeri ikut melemah.


Dampak dari lemahnya likuiditas pada sektor keuangan AS sudah pasti akan dirasakan oleh kegiatan ekspor Indonesia ke AS dalam jangka panjang. Melemahnya likuiditas di sektor keuangan akan membuat masyarakat AS kesulitan mendapatkan kredit konsumsi selain menghadapi pengurangan gaji atau bahkan pemutusan hubungan kerja akibat melambatnya kegiatan ekonomi yang pada akhirnya menjadikan mereka kehilangan daya beli. Berdasarkan proyeksi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, krisis finansial AS berpotensi menekan ekspor Indonesia ke negara tersebut hingga 20% pada triwulan IV-2008.


Dalam jangka pendek, ekspor Indonesia ke AS memang tidak secara langsung terasa dampaknya akibat krisis keuangan di negara adidaya tersebut. Namun, untuk jangka panjang hingga tahun 2009 akan mulai terasa dampaknya karena akan diikuti oleh melemahnya nilai ekspor ke negara lainnya seperti China, India, dan Jepang seiring pelemahan nilai ekspor mereka ke AS. Akumulasi pelemahan ekspor dalam jangka panjang inilah yang mesti diwaspadai oleh Indonesia.


Bila kita mendasarkan data pada Departemen Perdagangan, tujuan pasar ekspor Indonesia saat ini memang semakin terdiversifikasi, peran AS dan Eropa semakin menurun sehingga dampak langsung dari krisis finansial di Amerika Serikat tersebut belum akan dirasakan hingga akhir 2008. Pangsa ekspor ke Eropa cenderung menurun dari 17,1% pada 2003 menjadi 13,9% pada pertengahan 2008 dan ke AS dari 14,7% menjadi 11,6%.


Kondisi yang perlu diwaspadai adalah jika krisis ini berkelanjutan maka ekspor Indonesia akan terpengaruh, maka dari itu diversifikasi pasar yang telah berlangsung mesti terus digalakkan guna mengantisipasi resesi di AS dan Eropa serta kemungkinan terjadinya penurunan pertumbuhan negara-negara Asia karena resesi di negara-negara maju.
Produk ekspor utama Indonesia ke Amerika Serikat seperti produk tekstil, karet, udang, kopi, kakao dan sepatu diperkirakan masih dapat tumbuh walaupun ada beberapa produk yang mengalami penurunan seperti halnya produk kayu olahan dan furnitur. Hal ini berkaitan dengan menurunnya pembangunan perumahan di AS.


Dengan kecenderungan melemahnya harga komoditi utama ekspor Indonesia di pasar internasional seperti saat ini dan melemahnya permintaan dunia, dalam semester kedua tahun 2008 ekspor Indonesia akan menghadapi tantangan yang cukup berat yang pada dasarnya sudah diperhitungkan sejak awal tahun sehingga target ekspor nonmigas tahun 2008 sebesar 12,5 persen yang sesuai dengan proyeksi pertumbuhan pemerintah sebesar 6,3%, masih akan tercapai.


Sebelum guncangan krisis keuangan AS kali ini, perlambatan pertumbuhan ekonomi AS karena kisruh di sektor properti tahun 2007 akibat krisis subprime mortgage atau gagal bayar kredit perumahan yang bernilai rendah, juga telah menekan ekspor Indonesia ke AS. Pada tahun 2007, ekspor Indonesia ke AS hanya tumbuh 5%, jauh lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan ekspor sepanjang 2002 hingga 2006 yang mencapai 12% per tahun.


Kondisi ini menunjukkan bahwa ekspor Indonesia tidak bisa terus-menerus tergantung oleh perekonomian AS dan perlu meningkatkan diversifikasi pasar ekspor bagi produk Indonesia. Bila dipertahankan, maka yang terjadi adalah pembeli di AS pasti akan meminta negosiasi harga. Ketergantungan Indonesia terhadap perekonomian negara maju seperti AS yang menganut sistem pasar bebas justru membuat Indonesia sulit untuk membangun secara mandiri.


Aksi jual saham besar-besaran yang memperlemah nilai rupiah terhadap dolar AS serta potensi melemahnya nilai ekspor mestinya dapat diantisipasi bila produsen kita tidak tergantung oleh pasar AS dan kita dapat mengandalkan pasar lain sebagai tujuan ekspor.


Dampak dari pelemahan nilai ekspor tentunya akan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat Indonesia seperti berkurangnya kegiatan produksi dalam negeri yang berujung pada pemutusan hubungan kerja dan permasalahan sosial serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi akibat turunnya pendapatan masyarakat. Bila kondisi tersebut terjadi, akan semakin sulit bagi Indonesia untuk meningkatkan statusnya dari saat ini sebagai negara berkembang. Seperti yang dijelaskan oleh Dos Santos dalam teori Struktur Ketergantungan yang menyebutkan kegiatan perdagangan negara berkembang yang terpusat pada negara maju akan membuat suatu hubungan yang tidak sederajat. Hal ini disebabkan karena negara maju sebagai pembeli tunggal akan berupaya mengatur harga yang akan merugikan negara berkembang.


Selain itu, banyaknya kegiatan ekspor negara berkembang yang berbentuk komoditas primer, seperti tekstil, memaksa Indonesia untuk fokus pada komoditas tersebut karena jaringan pemasaran yang telah terbentuk sebelumnya, sudah dikuasai oleh negara maju dalam hal ini AS. Indonesia bahkan akan semakin tidak mempunyai pilihan lain dalam orientasi produk ekspornya selain komoditas primer karena hanya di bidang itulah ekspor Indonesia mempunyai porsi yang besar untuk meningkatkan devisa dalam negeri yang akan digunakan untuk kepentingan pembangunan ekonomi dalam negeri. Berdasarkan data Kadin, pasar AS merupakan tujuan ekspor terbesar bagi produk tekstil Indonesia karena sebesar 43% dari total ekspor tekstil diserap pasar AS pada tahun 2007.


Akibat dari hubungan yang tidak sederajat dalam hal pengaturan harga dan juga penguasaan jaringan pemasaran produk primer ini, Indonesia juga akan selalu mengalami defisit dalam neraca pembayarannya karena di sisi lain, AS yang menguasai harga produk industri akan meningkatkan harga jual produknya melalui pengenaan biaya royalti untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat dari Indonesia. Posisi tersebut pada akhirnya akan membuat Indonesia semakin tergantung pada AS atau negara maju lainnya dalam hal pembiayaan defisit APBN.


Meskipun bila kita merunut pendapat Rostow dalam teori tahapan pertumbuhannya, bahwa bantuan pembiayaan defisit APBN adalah sebagai langkah yang diperlukan untuk mempercepat pencapaian negara berkembang menuju ke tahapan tinggal landas dan untuk proses percepatan itu diperlukan kerjasama dengan negara maju dalam bentuk penyediaan dana dengan pembangunan prasarana dan infrastruktur menjadi perhatian utama bantuan tersebut di dalam neraca APBN. Namun di sisi lain, negara maju seperti AS akan menuntut lebih banyak dalam hal lalu lintas masuk produk-produknya ke Indonesia untuk kepentingan pasar mereka. Hal inilah yang menjadi permasalahan negara berkembang seperti Indonesia yang terlalu berorientasi ekspor kepada negara maju dengan produk utama adalah komoditas primer, tetapi membutuhkan produk industri yang berharga jauh lebih tinggi dari nilai ekspor produk primer yang berujung pada defisit APBN dan makin besarnya bantuan dana dari negara maju yang meminta kelonggaran bagi produk-produk industrinya untuk masuk secara bebas mencari pasar dalam negeri serta menekan industri produk nasional.


Menghadapi krisis keuangan di AS, pertumbuhan industri dalam negeri dipastikan akan makin melemah karena ditambah beban beralihnya produk-produk negara lain seperti China dan India yang mencari pasar selain AS. Produk-produk tersebut tentu mencari pasar yang mudah dimasuki dan Indonesia merupakan salah satu pasar tersebut. Kondisi ini tentu akan semakin memberatkan persaingan dan pertumbuhan industri produk dalam negeri yang berpotensi akan melemahkan sektor riil dan kegiatan ekonomi yang berpusat pada rakyat. Oleh karena itu, sudah saatnya bagi Indonesia untuk meninjau kembali sistem ekonominya yang cenderung berorientasi pada pasar bebas dan mengabaikan potensi pasar dalam negeri dan kemampuan ekonomi kerakyatan. Kebijakan perdagangan yang lebih liberal telah membuat produk dalam negeri terpuruk karena membanjirnya produk impor, sehingga perlu keberpihakan pemerintah untuk kepentingan nasional dalam perdagangan bebas.


Negara-negara maju menempatkan nasionalisme di atas kepentingan perdagangan bebas. Indonesia juga harus mampu meletakkan nasionalisme pada era sekarang dengan memberikan kemudahan, insentif, dan subsidi bagi perkembangan dan perlindungan produk nasional. Negara maju memiliki strategi untuk melindungi produk, misalnya dengan memberikan subsidi, hambatan tarif dan trik perlindungan atas nama hak asasi manusia, sedangkan Indonesia justru terlalu bebas yang berujung barang-barang dari luar masuk dengan leluasa. Contoh terbaru adalah produk batik dan tekstil asal China yang membanjiri pasar Indonesia dengan harga lebih murah dan pemerintah terkesan membiarkannya dengan alasan perdagangan bebas. Pemerintah baru sebatas memberikan program-program di atas kertas, misalnya "Cintai Produk Dalam Negeri" yang dicetuskan pada 2006, tetapi sampai saat ini slogan itu belum berjalan.


Pembangunan yang berorientasi kerakyatan dan kebijaksanaan pemerintah yang berpijak pada kepentingan rakyat tidak berarti akan menghambat upaya mempertahankan atau bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan yang berasal dari produktivitas rakyat dan dana yang dihimpun dari tabungan rakyat akan membuat rakyat menjadi lebih mandiri dan akan lebih kuat rasa nasionalismenya termasuk dalam penggunaan produk-produk industri dalam negeri, sehingga akan memperkokoh posisi Indonesia dalam era perdagangan bebas seperti sekarang ini.

Daya tahan dan daya saing nasional mutlak diperlukan untuk memperkuat perekonomian nasional dalam menghadapi ancaman dan krisis dari luar negeri seperti krisis keuangan di AS saat ini. Daya saing juga diperlukan dalam menghadapi gempuran produk luar negeri yang difasilitasi dengan pengurangan bea masuk.
Pembenahan dan penekanan biaya infrastruktur, biaya energi listrik, sistem logistik kepelabuhan dan kepabeanan termasuk penurunan biaya THC (Terminal Handling Cost) sangat diperlukan untuk memperlancar lalu lintas barang. Selain itu, debirokratisasi, penajaman insentif fiskal dan non fiskal kepada industri berorientasi ekspor serta diversifikasi pasar ekspor mutlak dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan daya saing ekspor dan pangsa pasar agar tidak terlalu tergantung kepada AS atau negara maju lainnya seperti China, India dan juga Jepang. Pengamanan pasar domestik melalui tindakan antisipasi Bea dan Cukai terhadap pengalihan barang-barang impor dari negara-negara lain perlu segera diterapkan agar industri dalam negeri terlindungi dan mampu meningkatkan pangsa pasarnya di dalam negeri.


Indonesia juga mengharapkan peran serta masyarakat untuk menopang kekuatan diri dengan meningkatkan kontribusi di sektor riil. Untuk itu, perbankan syariah yang memang berdiri untuk mengembangkan sektor riil diharapkan untuk semakin mempermudah akses masyarakat yang membutuhkan modal bagi pengembangan usahanya. Selain modal usaha, inovasi produk, dan strategi promosi juga ikut mempunyai andil dalam bersaing dengan produk luar negeri yang beralih masuk ke Indonesia. Kenapa saya mengatakan bank syariah? seperti yang anda lihat semua, di tengah krisis semacam ini Bank Indonesia justru kembali menaikkan suku bunga BI rate menjadi 9,5% atau naik 25bps yang diprediksi akan dapat meredam gejolak kenaikan harga (imported infaltion) dengan meningkatkan aliran dana masuk ke Indonesia dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Namun, kondisi yang terjadi justru sebaliknya, kenaikan BI rate menambah kepanikan pelaku pasar karena berpotensi memperberat dunia usaha dalam mendapatkan kredit perbankan dan menurunkan daya saing industri akibat naiknya biaya dana. Selain itu, kenaikan BI rate pasti akan diikuti oleh kenaikan suku bunga kredit yang memperberat biaya kredit konsumsi masyarakat dan berujung melemahnya penjualan di beberapa sektor, seperti konsumsi, industri dasar, dan aneka industri terutama otomotif dan ancaman kredit macet yang membayangi sektor perbankan, sehingga mendorong investor melepaskan asetnya di bursa. Selama sepekan kemarin, sektor konsumsi terkoreksi 10,85% ke level 339,97, industri dasar terkoreksi 21,67% ke level 127,63, aneka industri terkoreksi 20,8% ke level 258,29, dan sektor keuangan perbankan terkoreksi 12,66% ke level 177,62. bagaimana dengan rupiah? terus melemah ke level Rp9.800, bahkan sempat menyentuh Rp10.800 di pasar spot Hongkong pada jumat (10/10), karena investor asing makin tidak percaya dengan kondisi sektor riil dalam negeri, naiknya ancaman daya beli yang makin melemah yang berujung pada naiknya permintaan dolar AS agar nilai aset mereka tidak semakin tergerus. Investor lokal pun tidak kalah panik, mereka berusaha menutup kerugian akibat koreksi di bursa saham dengan membeli dolar AS, dan juga untuk mengamankan ketersediaan dolar AS untuk kepentingan impor.


Kita semua tentu diharapkan untuk selalu optimis, bahwa di setiap kejadian pasti akan membawa hikmah. Pengumpulan harta yang berlebihan dan tidak terkendali oleh institusi keuangan AS justru membawa dampak negatif tidak saja untuk negera tersebut, namun juga untuk negara-negara lainnya di dunia yang merupakan pasar bagi produk AS selama ini. Prinsip transaksi perdagangan yang berkeadilan harus lebih disadari dan diterapkan oleh pelaku pasar dan meninggalkan pola zero submit yang selama ini mewarnai perdagangan terutama di sektor pasar modal yang berujung terkurasnya dana investor lokal ke pelaku pasar luar negeri. Sungguh, kejadian ini sangat di luar dugaan kita semua. Pola ekonomi pasar yang tercipta dan digadaikan oleh AS selama ini ke negara-negara berkembang justru menghantam ekonomi negara adidaya tersebut, tanpa ampun. Kesombongan pelaku pasar untuk mengharamkan adanya campur tangan pemerintah pada akhirnya mesti runtuh oleh kerakusannya sendiri. Bagaimanapun juga, pada akhirnya pemerintahlah yang menangung segala hutang-hutang tersebut yang dibebankan dari pajak rakyat AS sendiri. Suatu harga yang mesti dibayar mahal oleh publik AS. Dan untuk Indonesia, mau kemana ekonomi kita selanjutnya?

Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

BI Rate & minyak ikut tekan bursa

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Selama sepekan terakhir, bursa saham diwarnai aksi suspend perdagangan pada pertengahan pekan atau hari rabu karena level IHSG anjlok cukup signifikan. Di awal pekan, IHSG ditutup di level 1.648,74 (-10,03%), di hari selasa ditutup di level 1.619,72 (-1,76%), dan menjelang akhir sesi I perdagangan hari rabu IHSG terkoreksi dan ditutup di level 1.451,67 (-10,38%). Pemberhentian perdagangan tersebut ditujukan agar IHSG tidak melemah ke level yang lebih rendah lagi.

Dari internal bursa, anjloknya bursa selama tiga hari pekan kemarin disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya data inflasi bulan September 2008 yang naik menjadi 0,97% dari bulan agustus 2008 (m-t-m), sedangkan di bulan agustus hanya naik sebesar 0,51%. Inflasi September untuk level tahunan telah mencapai level 12,14%. Merespon naiknya laju inflasi tersebut, Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga BI rate menjadi 9,5% atau naik 25bps yang diharapkan dapat meredam gejolak kenaikan harga dengan meningkatkan aliran dana masuk ke Indonesia untuk memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kondisi yang terjadi justru sebaliknya, kenaikan BI rate menambah kepanikan pelaku pasar karena berpotensi memperberat dunia usaha dalam mendapatkan kredit perbankan dan menurunkan daya saing industri akibat naiknya biaya dana. Selain itu, kenaikan BI rate pasti akan diikuti oleh kenaikan suku bunga kredit yang memperberat biaya kredit konsumsi masyarakat dan berujung melemahnya penjualan di beberapa sektor, seperti konsumsi, industri dasar, dan aneka industri terutama otomotif dan ancaman kredit macet yang membayangi sektor perbankan, sehingga mendorong investor melepaskan asetnya di bursa. Selama sepekan, sektor konsumsi terkoreksi 10,85% ke level 339,97, industri dasar terkoreksi 21,67% ke level 127,63, aneka industri terkoreksi 20,8% ke level 258,29, dan sektor keuangan perbankan terkoreksi 12,66% ke level 177,62.

Selain data inflasi September dan kenaikan BI rate, anjloknya IHSG pada hari rabu juga dipicu oleh pemberhentian saham-saham milik grup Bakrie pada perdagangan sehari sebelumnya yang membuat pelaku pasar tidak bisa menjual kembali saham-saham tersebut untuk menutup kewajibannya saham-saham milik grup bakrie. Oleh karena itu, pelaku pasar terpaksa menjual saham-saham blue chips seperti ASII, TLKM, ISAT, dan PGAS untuk mendapatkan dana tunai. Aksi pelaku pasar tersebut membawa IHSG makin melemah ke level 1.451,67.

Dari eksternal bursa, pergerakan bursa regional dan global yang negatif ikut memicu kepanikan investor dan mendorong mereka untuk keluar sementara dari bursa untuk mencermati perkembangan bursa global terkait krisis likuiditas di AS. Selain itu, harga minyak dunia yang terus anjlok ke level $90 per barel dan harga komoditas batu bara yang semakin melemah ke level $111,90 atau turun 26,2% selama sebulan terakhir memberikan indikasi bagi pelaku pasar terhadap potensi pelambatan pertumbuhan ekonomi AS, yang akan melemahkan nilai ekspor Indonesia ke AS dan ke negara-negara lainnya yang memiliki tujuan ekspor utama adalah AS seperti China, India, dan Jepang. Pelaku pasar juga mengantisipasi beralihnya produk-produk yang sebelumnya ditujukan ke pasar AS, masuk ke Indonesia yang akan berdampak melemahnya daya saing industri nasional dan berujung pada pemutusan hubungan kerja dan pelemahan daya beli masyarakat.

Ulasan Pasar 7 Oktober 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Bursa saham masih melanjutkan koreksinya di perdagangan hari kedua pekan ini. IHSG ditutup di level 1.619,72 melemah 29,02 poin (-1,8%) tertekan oleh koreksi sektor pertambangan dan sektor keuangan perbankan.

Sektor pertambangan masih menjadi penekan terbesar IHSG dengan koreksi sebesar 72,25 poin ditutup di level 1.353,00. Saham Adaro Energy (ADRO) sebagai emiten batu bara memimpin pelemahan sektor pertambangan oleh karena sentimen negatif dari pergerakan harga minyak dunia yang melemah dan sempat menyentuh level $87 per barel. Saham ADRO ditutup melemah Rp210 (-17%) ke level Rp1.000 diikuti oleh saham Indo Tambangraya Megah (ITMG) yang tertekan sebesar Rp1.500 (-8,7%) ke level Rp15.800 dan saham Bayan Resources (BYAN) yang melemah Rp250 (-17,2%) ke level Rp1.200. Saham Medco Internasional (MEDC) tertekan Rp275 (-9,1%) ke level Rp2.725. Saham Bumi Resources ditutup tidak berubah dari posisi sehari sebelumnya yaitu Rp2.175 karena suspend oleh pihak bursa untuk mencegah aksi jual lebih lanjut yang dapat menekan IHSG lebih dalam lagi.

Sektor keuangan tertekan oleh koreksi saham-saham perbankan setelah Bank Indonesia memutuskan kembali menaikkan suku bungan BI rate sebesar 25 bps ke level 9,5% mengikuti laju inflasi yang kembali meningkat menembus level 12% untuk bulan September 2008 (yoy) atau naik 0,97% dari bulan Agustus 2008 (mtm). Level BI rate yang kembali naik akan semakin memperbesar potensi NPL (non performing loan) perbankan dan di sisi lain, perbankan pun akan semakin sulit untuk meningkatkan pendapatan bunganya karena kemampuan pelunasan oleh debitor yang makin melemah. Dari sektor konsumsi, masyarakat akan berkurang daya belinya dan permintaan terhadap kredit konsumsi perbankan akibat makin tingginya bunga kredit. Saham Bank BRI (BBRI) melemah Rp150 (-3,03%) ke level Rp4.800, saham Lippo Bank (LPBN) tertekan Rp200 (-10,25%) ke level Rp1.750, dan saham Bank Danamon (BDMN) melemah Rp125 (-3%) ke level Rp4.750.

Mengikuti pelemahan di sektor perbankan, sektor aneka industri ikut melemah yang dipimpin oleh koreksi saham emiten otomotif Astra Internasional (ASII) sebesar Rp500 (-3,03%) ke level Rp16.500. Melemahnya daya dukung perbankan dalam menyalurkan kredit konsumsi bagi masyarakat akan berdampak melemahnya penjualan kendaraan.

Selasa, Oktober 07, 2008

Ulasan Pasar 6 Oktober 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Di hari pertama perdagangan setelah libur panjang Idul Fitri, bursa saham ditutup terkoreksi tajam sebesar 10,03% atau 183,76 poin dari penutupan sepekan sebelumnya (29/9) ke level 1.648,74. Investor asing mencatat penjualan bersih sebesar Rp117 miliar sebagai kompensasi menutup kerugian mereka di bursa global selama sepekan terakhir akibat sentimen negatif krisis keuangan AS.

Dampak dari aksi jual investor asing tersebut kemarin, nilai rupiah terhadap dolar AS melemah dan memicu aksi jual lanjutan hingga penutupan perdagangan di sore kemarin serta rupiah ditutup di level Rp9.575/US$, posisi terendah sejak Agustus 2007. Laju inflasi September 2008 sebesar 0,97% atau lebih tinggi dari inflasi Agustus 2008 yang sebesar 0,51% ikut memberikan sentimen negatif bagi pelaku pasar. Inflasi kalender Januari-September sebesar 10,47% dan inflasi tahunan sebesar 12,14%.

Tekanan jual terbesar terjadi pada sektor pertambangan yang tertekan 22,25% ke level 1.425,26 dipimpin oleh koreksi harga saham Bumi Resources (BUMI) yang jatuh ke level Rp2.175 turun Rp1.025 (-32%) dan juga saham PT Tambang Batu bara Bukit Asam (PTBA) yang jatuh ke level Rp7.200 turun Rp2.150 (-23%). Tekanan jual juga dipicu oleh koreksi harga batu bara di Newcastle Port Australia sebesar 6,1% dalam sepekan terakhir ke level $121,17 dan harga minyak yang kembali melemah ke level $90 per barel mengantisipasi pelemahan ekonomi AS.

Sektor perkebunan juga terkoreksi sebesar 19,42% ke level 1.200,3 oleh koreksi saham Astra Agro Lestari yang terkoreksi Rp2.950 (-22,8%) ke level Rp10.000 mengikuti koreksi harga komoditas CPO di bursa Malaysia yang jatuh ke level $1.825 per ton atau turun 14,4% dalam sepekan terakhir.

Nilai rupiah yang melemah terhadap dolar AS sudah pasti akan menambah beban biaya dana pihak ketiga perbankan yang berdenominasi dolar AS. Saham perbankan seperti saham Bank BNI (BBNI) melemah Rp230 (-23,71%) ke level Rp740, saham Bank BRI (BBRI) melemah Rp450 (-8,33%) ke level Rp4.950, saham Bank Mandiri (BMRI) melemah Rp150 (-5,66%) ke level Rp2.500, dan saham Bank BCA (BBCA) melemah Rp100 (-3,17%) ke level Rp3.050.

Sektor industri dasar tertekan 10,06% ke level 146,54 oleh koreksi saham emiten semen seperti Semen Gresik dan Holcim. Saham Semen Gresik (SMGR) ditutup melemah Rp650 (-19%) ke level Rp2.775 dan saham Holcim (SMCB) ditutup melemah Rp200 (-23,5%) ke level Rp650.

Senin, Oktober 06, 2008

Investor keluar sejenak

Ulasan Pasar 29 September 2008
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Sehari menjelang libur lebaran, bursa saham kembali tertekan oleh aksi jual investor atas saham-saham di sektor pertambangan dan sektor aneka industri khususnya otomotif. Pergerakan harga minyak dunia dan perkembangan kebijakan pemerintah AS menjalankan rencana bailout dana sebesar US$700 miliar untuk menyelamatkan likuiditas keuangannya menjadi perhatian investor dari sisi eksternal pasar. Investor lebih memilih untuk keluar sejenak dari bursa selama libur lebaran, untuk mengantisipasi risiko yang dapat terjadi selama liburan. IHSG senin kemarin (29/9) ditutup di level 1.832,5 melemah 13,58 poin (-0,74%).

Sektor pertambangan menjadi penekan IHSG dengan koreksi terbesar yaitu 2,87% ditutup di level 1.833,24. Saham Bumi Resources turun Rp200 (-5,9%) ke level Rp3.200 dan saham PT Tambang batu bara bukit asam (PTBA) turun Rp600 (-6,03%) ke level Rp9.350. Investor mencermati harga minyak dunia yang kembali melemah ke level $103 per barel atau turun 2,8% dalam satu hari perdagangan. Selain itu, harga komoditas batu bara di Newcastle Port Australia juga tertekan ke level $128,98 per ton pada jumat sebelumnya atau turun 6,06% dalam sepekan terakhir.

Sektor aneka industri tertekan 1,34% ditutup di level 326,15 oleh koreksi saham otomotif Astra Internasional sebesar 2,3% atau Rp400 ke level Rp17.100. Investor mengantisipasi melemahnya pendapatan usaha Astra Internasional seusai musim mudik lebaran. Selain itu, sentimen negatif juga berasal dari turunnya harga CPO sebesar 5,3% ke level $636 yang menekan harga saham anak perusahaan Astra Internasional yaitu Astra Agro Lestari (AALI) sebesar Rp300 (-2,3%) ke level Rp12.950.

Selain sektor pertambangan dan aneka industri, IHSG juga tertekan oleh sektor barang konsumsi yang turun 1,51% ke level 381,36, sektor keuangan yang turun 0,33% ke level 203,37, sektor infrastruktur yang turun 0,32% ke level 570,91, dan sektor transportasi yang turun 0,43% ke level 261,33.

Selasa, September 23, 2008

Ulasan Pasar 22 September 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Di awal pekan ini, indeks harga saham gabungan bergerak naik tipis 5,61 poin (0,30%) ke level 1.897,34 ditopang oleh kenaikan harga saham perbankan dan Astra Internasional dan Astra Agro Lestari. Pergerakan IHSG juga masih dipengaruhi oleh harga komoditas seperti CPO dan batu bara di pasaran Internasional.

Saham Bank Mandiri dan Bank Niaga bergerak naik oleh sentimen kecukupan likuiditas mereka di tengah upaya Bank Indonesia melonggarkan likuiditas ke sistem keuangan melalui repo surat berharga dengan perpanjangan waktu hingga tiga bulan. Bank Mandiri dan Bank Niaga mencatat kenaikan sebesar 4,67% dan 1,32% ke level Rp2.800 dan Rp770. Sentimen tersebut ikut meningkatkan optimisme investor terhadap terhadap kondisi likuiditas emiten perbankan lainnya seperti Bank BRI, dan Bank BCA. Saham Bank BRI naik 5,36% ke level Rp5.900 dan saham Bank BCA naik 2,36% ke level Rp3.250.

IHSG juga terdongkrak oleh kenaikan harga saham Astra Agro Lestari (AALI). Pungutan ekspor untuk minyak sawit mentah (crude palm oil) pada Oktober 2008 ditetapkan sebesar 7,5% yang merupakan terendah selama tahun ini karena turunnya harga rata-rata CPO di Rotterdam ke level US$735 per ton. Harga rata-rata CPO sebesar US$500-US$850 dikenakan pungutan ekspor sebesar 7,5%, di bawah US$500 dikenakan pungutan ekspor sebesar 5%, dan harga rata-rata sebesar US$850-US$1.100 dikenakan pungutan ekspor sebesar 10%. Saham AALI kemarin naik 3,57% ke level Rp14.500. kenaikan ini juga dipengaruhi potensi naiknya permintaan domestik menyambt hari raya Idul Fitri. Harga CPO di bursa Malaysia bergerak naik 3,1% ke level $681 pe ton.

Harga komoditas batu bara di Newcastle Port ikut menekan IHSG setelah harga batu bara turun 9.5% ke level $137,30 per ton. Harga saham Bumi Resources ikut terkena imbas spekulatif investor yang berorientasi jangka pendek tertekan 0,63% ke level Rp3.925. Saham PT Tambang Batu bara Bukit Asam (PTBA) tertekan 3,8% ke level Rp10.100.

Saham Perusahaan Gas Negara (PGAS) ikut mendonkrak IHSG setelah berencana melakukan buyback saham pada tahun ini. Saham PGAS ditutup di level Rp2.400 naik Rp50 (2,1%) dari penutupan akhir pekan kemarin.

Senin, September 22, 2008

Ulasan Pasar 15-19 September 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks harga saham gabungan selama sepekan terakhir bergerak naik 4,9% dengan kenaikan signifikan tercatat pada penutupan jumat kemarin sebesar 104,06 poin. Di akhir pekan kemarin, IHSG ditutup pada level 1.891,73.

Sejak awal pekan, IHSG tertekan oleh kepanikan investor akibat bangkrutnya perusahaan investasi AS Lehman Brothers yang ikut merontokkan bursa Asia Pasifik seiring banyaknya dana institusi keuangan kawasan Asia pasifik yang dikelola oleh Lehman Brothers. Tekanan pada bursa regional tersebut memberikan sentimen negatif pada bursa efek Indonesia karena investor asing di dalam negeri berupaya mengantisipasi kerugian mereka karena merosotnya imbal hasil di bursa New York dan lainnya. Investor dalam negeri ikut panik dan memilih wait and see. IHSG di awal pekan ditutup terkoreksi 4,7% ke level 1.719,25. Beberapa saham unggulan seperti Telekomunikasi Indonesia (TLKM) dan Astra Internasional (ASII) terkoreksi masing-masing 8,76% dan 2,56%.

Nilai rupiah yang berada di kisaran Rp9.450/US$ atau telah melemah 2,2% dari posisi Rp9.250/US$ awal bulan ini, ikut memberikan sentimen negatif karena berpotensi meningkatkan biaya dana pihak ketiga perbankan yang berdenominasi dolar AS. Saham Bank Mandiri (BMRI) terkoreksi 8,2%, saham Bank Niaga (BNGA) terkoreksi 6,49%, saham Bank BRI terkoreksi 4,95%, dan saham Bank BCA (BBCA) terkoreksi 2,75%.

Di perdagangan hari kedua, bursa bergerak rebound ke level 1.735,64 oleh keputusan Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga pinjaman overnight sebesar 1% ke level 10,25% dari 11,25% dengan tujuan memperlongar likuiditas perbankan. Saham Bank Danamon (BDMN) naik 10,78% ke posisi Rp5.100, Bank Mandiri (BMRI) naik 7,78% ke posisi Rp2.425, Bank BRI (BBRI) naik 7,29% ke posisi Rp5.150, dan Bank BCA (BBCA) naik 4,72% ke posisi Rp2.775.

Selain itu, di tengah kenaikan BBM sebesar 28,7% Mei lalu, penjualan mobil baru Astra Internasional pada bulan Agustus 2008 yang mencatat kenaikan sebesar 46,4% (yoy) dan harga minyak dunia pada selasa yang melanjutkan koreksinya ke level $92 per barel atau turun $3 per barel dari posisi senin, ikut memberikan sentimen positif saham ASII sebesar 6,57% atau naik Rp1.000.

Memasuki hari ketiga hingga akhir pekan, IHSG terus bergerak naik dengan kenaikan terbesar pada hari jumat yang sebesar 104,06 (5,82%). Harga minyak dunia yang bergerak naik perlahan-lahan hingga sempat menyentuh level $100 per barel memberikan sentimen positif bagi saham-saham komoditas terutama batu bara. Saham Bumi Resources (BUMI) naik 23% ke level Rp3.950 dan saham PT Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA) naik 9,4% ke level Rp10.500. Harga CPO di bursa Malaysia ikut bergerak naik sebesar 2,4% ke level $657 per ton dan saham Astra Agro Lestari (AALI) naik 8,5% ke level Rp14.000. Penguatan IHSG didorong oleh investor asing yang mencatat netbuy sebesar Rp795 miliar dan rupiah yang menguat ke posisi Rp9.370/US$.

Jumat, September 19, 2008

Ulasan Pasar 18 September 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham bergerak naik pada perdagangan kemarin ditopang oleh sentimen kenaikan harga minyak dunia yang mendongkrak harga komoditas. IHSG ditutup naik 17,78 poin (1%) ditutup pada posisi 1.787,67. Harga minyak dunia kemarin sempat naik 6,6% ke level $97,16.

Investor asing mencatat nilai jual bersih sebesar Rp116 miliar yang merupakan realisasi gain dari aksi beli investor asing pada hari selasa yang mencapai Rp334 miliar. Meskipun begitu, bursa efek Indonesia tidak terlalu mengalami gejolak seperti sebelumnya karena pengaruh harga minyak dunia yang mencatat kenaikan dan merembet ke komoditas lain seperti CPO di bursa Malaysia. Kenaikan harga minyak menjadi satu-satunya berita positif yang dapat mengangkat harga saham komoditas di bursa yang juga memiliki porsi sekitar 25% dari total kapitalisasi bursa. Saham Indo Tambangraya Megah (ITMG) naik 3,3% ke level Rp18.950, saham Perusahaan Gas Negara (PGAS) naik 7% ke posisi Rp2.150.

Saham emiten kelapa sawit seperti Astra Agro Lestari (AALI) ikut mencatat kenaikan yang dipengaruhi oleh naiknya harga CPO di bursa Malaysia sebesar 4,3% ke level $614 per ton. Saham AALI ditutup naik 7,5% ke level Rp12.900, saham London Sumatera Plantations (LSIP) naik 14% ke posisi Rp3.550.

Saham United Tractors (UNTR) bergerak naik sebesar 2,3% ke posisi Rp9.050 oleh berita positif perkembangan penjualan pada bulan Agustus yang mencatat kenaikan sebesar 84%.

Beberapa saham lainnya seperti saham perbankan dan otomotif masih melanjutkan bearish oleh karena daya beli masyarakat saat ini sudah pada posisi yang optimal dengan suku bunga kredit rata-rata di atas 10% dan kecenderungan BI rate yang akan semakin naik hingga mencapai 10,5% atau dengan kata lain, tidak ada ruang bagi BI rate untuk turun meskipun harga minyak dunia telah berada di bawah $100 per barel. Investor pesimis dengan momentum lebaran tahun ini, akan dapat mendongkrak penjualan Astra Internasional dan juga pendapatan bunga bersih perbankan di tengah kesulitan likuiditas yang di alami perbankan yang memaksa Bank Indonesia untuk melonggarkan suku bunga overnight nya turun 1% menjadi 10,25%. Saham BMRI kemarin turun Rp25 (-0,98%), saham BBRI turun Rp100 (-1,89%) dan saham ASII turun Rp150 (-0,88%)

Rabu, September 17, 2008

Ulasan Pasar 16 September 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham akhirnya bergerak rebound kemarin meski dengan kenaikan tipis sebesar 16,38 poin (0,95%) ke level 1.735,64. Kenaikan ini ditopang oleh pergerakan saham Astra Internasional, Telekomunikasi Indonesia, dan saham-saham perbankan.

Kenaikan saham-saham unggulan tersebut didominasi oleh faktor teknikal karena kondisi harga yang telah oversold oleh koreksi panic selling bursa selama sepekan terakhir. Saham ASII mencatat oversold pada awal pekan ini dengan posisi Relative Strenght Index (RSI) di level 17 atau di bawah level support 20. Saham Telekomunikasi Indonesia mencatat posisi RSI di level 22 pada awal pekan ini. Saham ASII ditutup naik 6,58% ke posisi Rp16.200 dan saham Telekomunikasi Indonesia naik 5,6% ke posisi Rp6.600.

Pergerakan saham ASII kemarin juga ditopang oleh sentimen laporan penjualan mobil baru Astra Internasional yang mencatat kenaikan sebesar 46,4% pada bulan Agustus 2008 (yoy) di tengah kenaikan BBM sebesar 28,7% Mei lalu. Selain itu, harga minyak dunia yang melanjutkan koreksinya ke level $92 per barel atau turun $3 per barel dari posisi senin ikut memberikan sentimen positif bagi saham Astra Internasional dengan turunnya potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS akibat kenaikan harga minyak, sehingga dapat menurunkan biaya impor suku cadang.

Keputusan Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga pinjaman overnight sebesar 1% ke level 10,25% dari 11,25% dengan tujuan memperlongar likuiditas perbankan ditengah tingginya BI rate dan permintaan kredit masyarakat, memberikan sentimen positif pada saham-saham perbankan. Saham Bank Danamon (BDMN) naik 10,78% ke posisi Rp5.100, Bank Mandiri (BMRI) naik 7,78% ke posisi Rp2.425, Bank BRI (BBRI) naik 7,29% ke posisi Rp5.150, dan Bank BCA (BBCA) naik 4,72% ke posisi Rp2.775.

Kenaikan IHSG juga ditopang oleh aksi beli investor asing pada perdagangan selasa kemarin. Menurut data Bursa efek Indonesia, investor asing kemarin mencatat netbuy sebesar Rp334 miliar. Investor asing mulai kembali memasuki bursa sejak senin dengan mencatat netbuy Rp84 miliar.

Dari sektor pertambangan, khususnya batu bara. saham Bumi Resources (BUMI) masih mengalami tekanan dari koreksi harga minyak dunia. Saham BUMI ditutup melemah 6,43% di level Rp3.275. Dari sektor kelapa sawit, koreksi berlanjut harga minyak mempengaruhi harga CPO di bursa Malaysia yang ikut melemah 7,3% ke level $601 per ton. Saham CPO seperti London Sumatera Plantations (LSIP) turun 2,38% ke level Rp3.075 dan saham Astra Agro Lestari (AALI) turun tipis 0,41% ke posisi Rp12.150.

Selasa, September 16, 2008

Ulasan Pasar 15 September 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham masih melanjutkan koreksinya pada perdagangan awal pekan ini dengan koreksi cukup signifikan pada IHSG yaitu sebesar 84,81 poin (-4,7%) dan ditutup pada level 1.719,25 yang merupakan level terendah sejak November 2006.

Beberapa faktor telah mempengaruhi bursa hingga IHSG ditutup anjlok ke level tersebut di antaranya sentimen negatif bangkrutnya perusahaan keuangan investasi terbesar ke-4 di Amerika, Lehman Brothers, dan rencana Bank of America yang akan membeli Merril Lynch. Dampak dari melemahnya sistem keuangan AS tersebut memberikan gambaran memburuknya return investasi keuangan di AS, sehingga mengkoreksi bursa-bursa regional Asia Pasifik. Bursa Strait Times Singapura turun 3,27% dan bursa SET Thailand turun 1,83%. Pergerakan negatif bursa regional pada akhirnya memberikan imbas pada bursa efek Indonesia.

IHSG tertekan oleh saham-saham unggulan seperti saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM) yang turun 8,76% ke posisi Rp6.250, saham Astra Agro Lestari (AALI) turun 4,31% ke posisi Rp12.200, saham Bumi Resources (BUMI) turun 2,78% ke posisi Rp3.500, dan saham Astra Internasional (ASII) turun 2,56% ke posisi Rp15.200.

Investor dalam negeri, terutama yang berorientasi jangka pendek, mengkhawatirkan imbal hasil jangka pendek bursa saham dan cenderung untuk mengalihkan dana mereka ke instrumen investasi pasar keuangan yang lebih aman seperti deposito dengan tawaran bunga mencapai level 12,5% atau lebih tinggi dari inflasi.

Selain itu, tekanan dari koreksi harga minyak dunia masih membayangi bursa terutama untuk saham-saham komoditas batu bara. Harga minyak dunia di bursa New York kemarin kembali terkoreksi sebesar 4% pada perdagangan kemarin menyentuh level $97 per barel.

Nilai rupiah yang masih berada di kisaran Rp9.450/US$ atau telah melemah 2,2% dalam dua pekan dari posisi Rp9.250/US$ awal bulan ini, berpotensi meningkatkan biaya dana pihak ketiga perbankan yang berdenominasi dolar AS. Saham perbankan seperti Bank Mandiri (BMRI) kemarin terkoreksi 8,2% ke posisi Rp2,250, saham Bank Niaga (BNGA) terkoreksi 6,49% ke posisi Rp720, saham Bank BRI terkoreksi 4,95% ke posisi Rp4.800, dan saham Bank BCA (BBCA) terkoreksi 2,75% ke posisi Rp2.650.

Senin, September 15, 2008

Panic Selling warnai pasar

Ulasan Pasar (8-12) September 2008
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Selama sepekan kemarin terjadi koreksi IHSG yang cukup dalam hingga menyentuh level terendahnya dalam setahun terakhir. IHSG di akhir pekan kemarin ditutup pada level 1.804,06 melemah 66,07 poin (-3,53%) dari posisi penutupan sehari sebelumnya dan melemah 218,5 poin (-12,11%) dalam sepekan terakhir.

Koreksi bursa dimulai sejak perdagangan selasa yang tertekan oleh saham-saham komoditas akibat koreksi harga di pasaran internasional dan juga tekanan dari saham perbankan. IHSG ditutup pada posisi 1.958,75 turun 79,25 poin (-3,9%). Pada perdagangan rabu, bursa dilanda panic selling akibat tekanan margin call hingga IHSG ditutup makin melemah ke level 1.885,04

Saham Bumi Resources (BUMI) melemah di hari selasa karena harga minyak dunia tidak mampu menjaga kenaikannya yang tercatat naik tipis sebesar 0,11% pada senin (8/9) ke posisi $106,34 setelah sebelumnya bearish selama enam hari perdagangan dari posisi $118,15 per barel atau turun 10%. Harga minyak kembali melemah sebesar $1,35 per barel atau turun 1,27% dan saham BUMI turun 10% ke posisi Rp3.950. Sementara itu, mengikuti harga minyak yang terkoreksi, harga komoditas nikel di bursa London ikut melemah 1,6% ke level $18.550 per ton dan ikut menekan harga saham Aneka Tambang (ANTM) dan Internasional Nickel (INCO). Saham ANTM melemah 10% ke level Rp1.350 dan saham INCO melemah 8,6% ke posisi Rp2.925.

Saham CPO Astra Agro Lestari (AALI) dan London Sumatera (LSIP) ikut terkoreksi setelah harga CPO di bursa Malaysia melemah 5% ke level $681 per ton dan sentimen negatif informasi GIMNI (Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia) mengenai cadangan minyak sawit mentah Indonesia yang mencapai 2,4 juta ton atau tertinggi sepanjang sejarah. Saham AALI tertekan 11% ke posisi Rp14.250 dan saham LSIP tertekan 9,2% ke posisi Rp4.450.

Saham Perbankan seperti BBCA dan Bank BRI mulai tertekan pada perdagangan selasa oleh krisis likuiditas perbankan akibat pertumbuhan dana pihak ketiga yang tidak mengimbangi permintaan kredit. Kondisi ini diindikasikan oleh makin tingginya penawaran bunga dana pihak ketiga melalui deposito hingga 11% - 12,5%. Pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan pada bulan Juli 2008 dibandingkan dengan Juli 2007 sebesar 11%, lebih lambat bila dibandingkan dengan Juni 2008 yang sebesar 14% (yoy). Kondisi ini akan berakibat kurang terserapnya permintaan kredit menjelang lebaran, sehingga pendapatan bunga perbankan dari pemanfaatan momentum lebaran tidak akan tercapai. Saham BBCA melemah 7,6% ke posisi Rp3.025 dan saham BBRI melemah 3,4% ke posisi Rp5.750.

Menjelang akhir pekan, selain melanjutkan panic selling, bursa kembali tertekan oleh informasi Asosiasi Semen Indonesia (ASI) yang berdampak koreksi terhadap saham semen. Saham Holcim Indonesia (SMCB) mencatat koreksi terbesar yaitu 5,75% dan saham Indocement Tunggal Perkasa (INTP) sebesar 4,84% pada hari kamis. Sedangkan saham Semen Gresik (SMGR) terkoreksi sebesar 0,71%. Berdasarkan data ASI, penjualan semen domestik dalam bulan Agustus 2008 menurun 2,8% dari level penjualan bulan Juli sebelumnya. Saham SMCB ditutup pada posisi Rp820, INTP di posisi Rp5.900, dan SMGR di posisi Rp3.500.

Saham Astra Internasional (ASII) ikut menekan IHSG oleh faktor teknis seiring indikator MACD masih menunjukkan signal jual yang ditunjukkan menguatnya indikator MACD di areal negatif. Saham ASII ditutup pada posisi Rp17.350 turun Rp1.950 (-10,10%) pada kamis. Tingginya BI rate dan kesulitan likuiditas yang dialami oleh dunia perbankan, meningkatkan suku bunga kredit konsumsi masyarakat untuk kepemilikan kendaraan dan akan menghambat penjualan kendaraan bermotor.

Pada penutupan jumat, saham ASII kembali mengkonfirmasi signal jual dari indikator MACD yang terbentuk sehari sebelumnya. Saham ASII ditutup di level Rp15.600 melemah Rp1.750 (-10,09%) dari level penutupan kamis. Pelemahan ASII juga dipicu melemahnya rupiah terhadap dolar AS yang akan meningkatkan biaya impor suku cadang, rupiah ditutup di posisi Rp9.450/US$. Rupiah melemah dipicu oleh aksi jual investr asing yang mencatat net sell sebesar Rp628 miliar pada jumat kemarin.

Selain saham Astra Internasional, saham perbankan ikut tertekan oleh perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Melemahnya rupiah tersebut akan meningkatkan biaya dana pihak ketiga yang berdenominasi dolar AS. Saham Bank BCA (BBCA) melemah 5,22% ditutup pada posisi Rp2.725, saham Bank BRI (BBRI) melemah 6,48% ditutup di posisi Rp5.050, saham Bank Mandiri (BMRI) melemah 6,67% ditutup di level Rp2 450, dan Bank Niaga (BNGA) melemah 7,23% ditutup di posisi Rp770.

Saham Bumi Resources kembali tertekan dan ditutup di level Rp3.600 atau turun 2,04% dari penutupan kamis sebelumnya yang dipengaruhi oleh harga batu bara di Newcastle Port yang kembali melemah sebesar 6,01% ke level $151,65 dari posisi akhir pekan sebelumnya (5/9) yaitu $161,35 per ton.

Jumat, September 12, 2008

Ulasan Pasar 11 September 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham masih melanjutkan koreksi, namun dengan besaran yang lebih kecil dibandingkan sehari sebelumnya. IHSG kamis kemarin ditutup kembali melemah sebesar 14,91 poin turun 0,79% ditutup pada level 1.870,13. Beberapa saham komoditas seperti Bumi Resources, Bayan Resources, dan Indo Tambangraya Megah karena harga telah oversold pada rabu sebelumnya akibat panic selling pelaku pasar oleh bearish pasar sejak awal September.

Saham BUMI naik Rp175 (5%) ke posisi Rp3.675, saham ITMG naik Rp500 (2,49%) ke posisi Rp20.550, dan saham BYAN naik Rp225 (6,29%) ke posisi Rp3.800. Umumnya, pelaku pasar segera merespon oversold harga saham-saham tersebut dengan melakukan aksi beli kemarin karena faktor teknikal dan bukan oleh asumsi fundamental faktor pengaruh utama penggerak saham-saham batu bara tersebut yaitu pergerakan harga minyak dunia. Keputusan mereka untuk membeli saham-saham tersbut lebih disebabkan untuk kepentingan koleksi jangka panjang mengikuti pergerakan teknikal saham-saham tersebut seperti untuk waktu enam bulan ke depan dan tidak untuk transaksi jangka pendek atau harian.

Meskipun didongkrak oleh kenaikan harga saham-saham batu bara, IHSG masih melemah yang disebabkan oleh masih terkoreksinya saham Astra Internasional dan saham sektor industri dasar terutama semen, IHSG tertekan oleh saham Holcim, Indocement, dan Semen Gresik. Saham SMCB mancatat koreksi terbesar yaitu 5,75% dan saham INTP sebesar 4,84%. Sedangkan saham SMGR mancatat koreksi sebesar 0,71%. Penjualan semen domestik dalam bulan Agustus 2008 menurun 2,8% dari level penjualan bulan Juli sebelumnya, berdasarkan data dari Asosiasi Semen Indonesia. Saham SMCB ditutup pada posisi Rp820, INTP di posisi Rp5.900, dan SMGR di posisi Rp3.500.

Saham Astra Internasional masih terkoreksi oleh faktor teknis seiring indikator MACD masih menunjukkan signal jual seiring semakin kuatnya indikator MACD di areal negatif.hingga penutupan kemarin. Saham ASII ditutup pada posisi Rp17.350 turun Rp1.950 (-10,10%). Tingginya BI rate dan kesulitan likuiditas yang dialami oleh dunia perbankan berpotensi meningkatkan suku bunga kredit konsumsi masyarakat untuk kepemilikan kendaraan, sehingga akan menghambat penjualan kendaraan bermotor. Biaya dana pihak ketiga perbankan bahkan telah mencapai level 11% sampai 12,5% yang mana jauh lebih tinggi dari bunga penjaminan simpanan dan BI rate. Kondisi ini akan memicu kenaikan yang tajam bagi suku bunga kredit konsumsi.

Rabu, September 10, 2008

Indeks tertekan penurunan harga komoditas

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham terkoreksi tajam kemarin tertekan oleh saham-saham komoditas yang bergerak melemah akibat koreksi harga di pasaran internasional dan juga tekanan dari saham perbankan. IHSG ditutup pada posisi 1.958,75 turun 79,25 poin (-3,9%). Beberapa saham berkapitalisasi besar yang melemah di antaranya Bumi Resources (BUMI), Astra Agro Lestari (AALI), Bank BCA (BBCA), dan Bank BRI (BBRI).

Saham BUMI melemah setelah harga minyak dunia tidak mampu menjaga kenaikannya yang tercatat naik tipis sebesar 0,11% pada senin kemarin ke posisi $106,34 setelah sebelumnya bearish selama enam hari perdagangan dari posisi $118,15 per barel atau turun 10%. Pada perdagangan kemarin, harga minyak kembali melemah sebesar $1,35 per barel atau turun 1,27% dan memberikan sentimen negatif pada saham-saham produsen bahan bakar alternatif minyak. Saham BUMI turun 10% ke posisi Rp3.950 dari posisi penutupan awal pekan ini. Sementara itu, mengikuti harga minyak yang terkoreksi, harga komoditas nikel di bursa London ikut melemah 1,6% ke level $18.550 per ton dan ikut menekan harga saham Aneka Tambang (ANTM) dan Internasional Nickel (INCO). Saham ANTM turun 10% ke level Rp1.350 dan saham INCO turun 8,6% ke posisi Rp2.925

Saham sektor perkebunan CPO Astra Agro Lestari (AALI) dan London Sumatera (LSIP) ikut terkoreksi setelah harga CPO di bursa Malaysia melemah 5% ke level $681 per ton. Saham-saham CPO ikut tertekan oleh informasi GIMNI (Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia) mengenai cadangan minyak sawit mentah Indonesia yang mencapai 2,4 juta ton atau tertinggi sepanjang sejarah. Saham AALI kemarin ditutup turun 11% ke posisi Rp14.250 dan saham LSIP turun 9,2% ke posisi Rp4.450.

Saham Perbankan seperti BBCA dan Bank BRI bergerak melemah oleh krisis likuiditas perbankan yang berpotensi terjadi hingga akhir tahun ini akibat pertumbuhan dana pihak ketiga yang tidak mengimbangi permintaan kredit. Kondisi ini diindikasikan oleh makin tingginya penawaran bunga dana pihak ketiga melalui deposito hingga 11% - 12% yang dilakukan oleh beberapa bank untuk menarik minat masyarakat untuk menyimpan dana mereka di bank, padahal BI rate hanya di level 9,25%. Pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan pada bulan Juli 2008 dibandingkan dengan Juli 2007 sebesar 11%, lebih lambat bila dibandingkan dengan Juni 2008 yang sebesar 14% (yoy). Kondisi ini akan berpotensi kurang terserapnya permintaan kredit menjelang lebaran, sehingga pendapatan bunga perbankan dari pemanfaatan momentum lebaran tidak akan tercapai. Saham BBCA turun 7,6% ke posisi Rp3.025 dan saham BBRI turun 3,4% ke posisi Rp5.750.

Selasa, September 09, 2008

Pasar bearish akibat inflasi

Ulasan Pasar (1-5 September 2008)
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Selama sepekan bursa saham bergerak bearish dipengaruhi data inflasi Agustus, pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan koreksi teknis saham Astra Internasional dan Bumi Resources. IHSG ditutup pada level 2.022,56 melemah 143,38 poin (-6,61%) selama sepekan, posisi terendah sejak Agustus 2007. Investor asing membukukan total netsell sebesar Rp1,2 triliun sepanjang lima hari perdagangan seiring rupiah yang melemah terhadap dolar AS sebesar 2,3% dan netsell terbesar terjadi pada hari rabu sebesar Rp536,4 miliar. Di jumat kemarin rupiah diperdagangkan di posisi Rp9.364/US$.

Sejak senin, IHSG tertekan ke level 2.164,62 turun tipis 1,32 poin (-0,06%) oleh kenaikan laju inflasi bulanan untuk Agustus sebesar 0,51% (m-t-m) dan 11,85% (yoy), pelaku pasar mengkhawatirkan akan meningkatnya laju inflasi selama bulan September ini karena meningkatnya pengeluaran masyarakat dalam bulan puasa dan menghadapi perayaan Idul Fitri, kekhawatiran tersebut sekaligus menjadi faktor penekan saham-saham perbankan di awal pekan, saham Bank Mandiri (BMRI) melemah Rp25 (-0,88%), saham Bank Niaga (BNGA) turun Rp10 (-1,12%) dan saham Bank Danamon (BDMN) turun Rp100 (-1,85%).

Tekanan terhadap IHSG berlanjut pada perdagangan selasa oleh koreksi harga komoditas minyak dan nikel. Koreksi harga minyak yang berlanjut menuju level $108,25 per barel dan bahkan sempat menyentuh level $105 per barel, makin melemahkan harga saham-saham batubara. Saham BUMI turun Rp250 (-4,72%), PTBA turun Rp300 (-2,05%), dan emiten minyak Medco Energi turun Rp150 (-3,06%). Saham INCO turun Rp100 (-2,72%) dan ANTM melemah Rp60 (-3,23%). Koreksi ANTM juga didorong oleh kinerja ANTM semester I/2008 yang mencatat laba bersih melemah menjadi Rp1,46 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp2,87 triliun dan laba bersih per saham (earning per share) yang turun menjadi Rp153,61 per saham dari periode yang sama tahun lalu Rp301,24 per saham karena menurunnya penjualan sebesar 7,37% akibat melemahnya harga komoditas nikel. Harga nikel pada 2 September melanjutkan koreksinya sejak tiga hari perdagangan sebelumnya ke level $19.255 per ton atau melemah 8,13%.

Menjelang akhir pekan, tekanan terhadap IHSG berlanjut oleh koreksi teknikal saham ASII yang telah overbought di perdagangan rabu dengan indeks RSI mencapai level 59 tertinggi dalam sebulan terakhir dan faktor indeks regional yang melemah, pelaku bursa pun segera melakukan aksi ambil untung atas saham ASII. ASII telah mencatat gain sebesar 7,3% dalam lima hari perdagangan yang dipengaruhi oleh sentimen positif kinerja Astra Internasional dalam semester I/2008 yang mencatat kenaikan laba bersih semester I/2008 sebesar 8% menjadi Rp4,7 triliun. Laba bersih per saham dasar (earning per share) ASII naik 81% menjadi Rp1.174. Selain itu, kinerja Bank Permata (BNLI) yang sebanyak 44,505% sahamnya dimiliki oleh Astra Internasional ikut memberikan sentimen positif bagi saham ASII. Laba bersih Bank Permata naik 41,2% menjadi Rp273 miliar dan laba bersih per saham naik menjadi Rp35,30 dari posisi Rp25,01 tahun lalu. Sejak kamis hingga jumat, saham ASII telah terkoreksi 6,1% dan ditutup pada level Rp20.000.

Di penutupan akhir pekan, saham BUMI mengkonfirmasi signal bearish yang terbentuk sejak perdagangan rabu yang mengindikasikan lemahnya indikator MACD di areal positif dan perpotongan line MA jangka pendek dan menengah pada kamis dengan posisi line MA jangka pendek menuju ke bawah jangka menengah yang berarti muncul signal jual atau bearish. Harga minyak dunia yang melanjutkan pelemahan ke level $107 per barel semakin menekan BUMI hingga saham tersebut ditutup pada level Rp4.450 di akhir pekan.

Jumat, September 05, 2008

Ulasan Pasar 4 September 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks harga saham gabungan kembali melemah melanjutkan bearish sejak awal pekan ini yang dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama bursa regional dan perekenomian Jepang yang melemah, meskipun di sisi lain harga minyak bergerak naik tipis $2 per barel dari posisi $108 menjadi $110 per barel di hari kamis kemarin. IHSG ditutup pada level 2.075,23 turun 40,77 (-1,9%).

Saham batu bara Bumi Resources berupaya mengkonfirmasi signal bearish yang terbentuk sejak perdagangan rabu sebelumnya yang diindikasi dengan melemahnya indikator MACD di areal positif. Saham BUMI akan melanjutkan koreksinya diperdagangan akhir pekan. Kisruh pembayaran royalti batu bara dan sempat tertutupnya beberapa pit produksi di antaranya Melawan dan Pelikan yang merupakan unit produksi terbesar milik PT kaltim Prima Coal ikut memberikan tekanan pada saham BUMI. Saham BUMI kemarin ditutup di level Rp4.625 turun Rp175 (-3,65%).

Selain saham Bumi Resources, IHSG juga tertekan oleh koreksi saham Astra Internasional (ASII) akibat aksi profit taking pelaku bursa terhadap ASII yang telah mencatat gain sebesar 7,3% dalam lima hari perdagangan yang dipengaruhi oleh sentimen positif kinerja Astra Internasional dalam semester I/2008 yang mencatat kenaikan laba bersih semester I/2008 sebesar 8% menjadi Rp4,7 triliun menjadi sentimen positif pelaku pasar. Laba bersih per saham dasar (earning per share) ASII naik 81% menjadi Rp1.174. Pergerakan saham ASII juga ditopang oleh kinerja Bank Permata (BNLI) yang sebanyak 44,505% sahamnya dimiliki oleh Astra Internasional. Laba bersih Bank Permata naik 41,2% menjadi Rp273 miliar. Laba bersih per saham BNLI naik menjadi Rp35,30 dari posisi Rp25,01 tahun lalu. Rasio LDR (loan to deposit ratio) naik menjadi 93,7% dari posisi tahun lalu sebesar 83,1%. Saham ASII kemarin ditutup pada level Rp20.500 turun Rp800 (-3,76%).

Secara teknikal, saham ASII telah mencapai overbought di perdagangan rabu dengan indeks RSI mencapai level 59 tertinggi dalam sebulan terakhir dan dipengaruhi oleh pergerakan indeks regional yang melemah, maka pelaku bursa kemarin segera melakukan aksi ambil untung atas saham ASII mengantisipasi kembali melemahnya bursa di akhir pekan ini. Indeks Nikkei-225 turun 1,04%, Hangseng turun 0,95%, dan Strait Times turun 2,97%.

Saham perbankan bergerak melemah mengikuti kenaikan BI rate sebesar 25bps menjadi 9,25% berpotensi mengurangi pendapatan bunga perbankan, karena suku bunga kredit yang dipastikan akan meningkat tetapi tingkat pelunasan kredit oleh masyarakat akan makin melemah. Saham BBCA turun 1,52% ke posisi Rp3.250, saham BBRI turun 1,56% ke posisi Rp6.300, saham BMRI turun 1,75% ke posisi Rp2.800, dan saham BBNI turun 3,76% ke posisi Rp1.280.

Rabu, September 03, 2008

Ulasan Pasar 2 September 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham melanjutkan koreksi sebesar 5,57 poin (-0,26%) ditutup di level 2.159,05. Saham komoditas pertambangan, menjadi penekan IHSG kemarin. Faktor koreksi lanjutan harga minyak dunia dan profit taking yang disebabkan oleh orientasi transaksi jangka pendek pelaku pasar menjadi faktor utama penekan saham pertambangan.

Koreksi harga minyak yang berlanjut menuju level $108,25 per barel dan bahkan sempat menyentuh level $105 per barel, makin melemahkan harga saham-saham komoditas batubara, mendorong pelaku pasar untuk melepas saham-saham pertambangan. Saham Bumi Resources turun Rp250 (-4,72%), PTBA turun Rp300 (-2,05%), emiten logam nikel Aneka Tambang turun Rp60 (-3,23%), INCO turun Rp100 (-2,72%) dan emiten minyak Medco Energi turun Rp150 (-3,06%). Kinerja ANTM semester I/2008 mencatat laba bersih yang melemah menjadi Rp1,46 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp2,87 triliun dan laba bersih per saham (earning per share) menjadi Rp153,61 per saham dari periode yang sama tahun lalu Rp301,24 per saham karena turunnya harga komoditas nikel yang menyebabkan menurunnya penjualan sebesar 7,37% menjadi Rp5,57 triliun dari posisi semester I tahun lalu Rp6,01 triliun. Kemarin, harga komoditas nikel melanjutkan koreksinya dalam tiga hari terakhir ke level $19.255 per ton atau turun 8,13% dalam tiga hari.

Saham perbankan bergerak melemah di sesi I perdagangan kemarin oleh sentimen negatif inflasi Agustus yang telah diumumkan BPS awal pekan ini dengan laju inflasi sebesar 11,85% (yoy) dan inflasi bulanan mencapai 0,51%. Inflasi tahunan yang sebesar 11,85% telah melewati proyeksi Departemen Keuangan yang sebesar 11,2%. Tekanan inflasi masih berpotensi meningkat oleh pengeluaran masyarakat menghadapi perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri. Namun, menjelang penutupan sesi II kemarin harga saham perbankan kembali bergerak naik menahan kejatuhan IHSG, karena sentimen harga minyak dunia yang semakin melemah ke posisi $108 per barel dan harga saham perbankan yang telah oversold di sesi I. Saham BMRI naik Rp125 (4,46%) ke level Rp2.925, BBRI naik Rp300 (5,04%) ke level Rp6.250, BBCA naik Rp125 (3,85%) ke level Rp3.375, dan BDMN naik Rp200 (3,77%) ke level Rp5.500

Saham Astra Internasional membantu menahan IHSG di perdagangan kemarin dengan lanjutan rebound sebesar Rp200 (0,95%) ke posisi Rp21.200, faktor fundamental kenaikan laba bersih semester I/2008 sebesar 8% menjadi Rp4,7 triliun menjadi sentimen positif pelaku pasar. Laba bersih per saham dasar (earning per share) ASII naik 81% menjadi Rp1.174. Pergerakan saham ASII juga ditopang oleh kinerja Bank Permata (BNLI) yang sebanyak 44,505% sahamnya dimiliki oleh Astra Internasional. Laba bersih Bank Permata naik 41,2% menjadi Rp273 miliar. Laba bersih per saham BNLI naik menjadi Rp35,30 dari posisi Rp25,01 tahun lalu. Rasio LDR (loan to deposit ratio) naik menjadi 93,7% dari posisi tahun lalu sebesar 83,1%.

Secara teknikal, indikator MACD saham ASII bergerak menuju areal positif sejak akhir pekan kemarin sekaligus memberikan signal beli dan berhasil dikonfirmasi pada perdagangan senin dan selasa kemarin. Revisi target penjualan sepeda motor oleh Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) untuk tahun ini menjadi 5,6 juta unit dari proyeksi awal tahun sebesar 5 juta unit ikut memberikan sentimen positif bagi saham ASII. Saham ASII telah naik 6,8% dalam empat hari perdagangan terakhir.

Selasa, September 02, 2008

Ulasan Pasar 1 September 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham di perdagangan awal September ini terkoreksi tipis oleh saham Bumi Resources dan beberapa saham perbankan seperti Bank Mandiri, Bank Niaga, dan Bank Danamon. IHSG ditutup pada level 2.164,62 turun tipis 1,32 poin (-0,06%) dari posisi penutupan akhir pekan kemarin.

Harga batu bara di bursa Newcastle Port turun ke level $161,89 per ton (-0,16%) dalam sepekan. Harga saham Bumi Resources (BUMI) tertekan oleh sentimen negatif melemahnya harga batu bara di Newcastle tersebut, kemarin saham BUMI ditutup pada level Rp5.300 terkoreksi Rp200 (-3,64%). Saham Bank Mandiri (BMRI) melemah 0,88% turun Rp25 ke posisi Rp2.800, saham Bank Niaga turun ke posisi Rp880 melemah Rp10 (-1,12%) dan saham Bank Danamon turun Rp100 (-1,85%) ke posisi Rp5.300. Sentimen kenaikan laju inflasi bulanan untuk Agustus sebesar 0,51% dan 11,85% (yoy) menjadi faktor penekan saham-saham perbankan tersebut. Pelaku pasar mengkhawatirkan semakin meningkatnya laju inflasi selama bulan September ini seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam bulan puasa dan menghadapi perayaan Idul Fitri dan level BI rate yang berpotensi kembali dinaikkan hingga ke level 9,75% dalam dua bulan mendatang.

Dari sektor otomotif, saham Astra Internasional menjadi penopang IHSG dengan kenaikan harga Rp200 (0,96%) ditutup di level Rp21.000. Kinerja semester I/2008 Astra Internasional yang mencatat kenaikan laba bersih sebesar 8% menjadi Rp4,7 triliun ditopang oleh pendapatan bersih perseroan sebesar 46% menjadi Rp46,3 triliun. Laba bersih per saham dasar (earning per share) ASII naik 81% menjadi Rp1.174 dari Rp649 pada semester I tahun lalu. Pergerakan saham ASII juga ditopang oleh kinerja Bank Permata (BNLI) yang 44,505% sahamnya dimiliki oleh Astra Internasional. Laba bersih Bank Permata naik 41,2% menjadi Rp273 miliar dari sebesar Rp193 miliar semester I tahun lalu. Laba bersih per saham BNLI naik menjadi Rp35,30 dari posisi Rp25,01 tahun lalu. Rasio LDR (loan to deposit ratio) naik menjadi 93,7% dari posisi tahun lalu sebesar 83,1%. Secara teknikal, indikator MACD saham ASII bergerak menuju areal positif sejak akhir pekan kemarin sekaligus memberikan signal beli dan berhasil dikonfirmasi pada perdagangan kemarin. Revisi target penjualan sepeda motor oleh Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) untuk tahun ini menjadi 5,6 juta unit dari proyeksi awal tahun sebesar 5 juta unit ikut memberikan sentimen positif bagi saham ASII.

Saham perkebunan, Astra Agro Lestari ikut menopang IHSG dengan kenaikan harga sebesar Rp250 (1,39%) ke posisi Rp18.200 mengikuti kenaikan harga CPO di bursa Malayia akhir pekan lalu sebesar 6,07%. Saham Bakrie Sumatera (UNSP) terdongkrak oleh faktor fundamental kinerja keuangan UNSP semester I/2008 yang mencatat kenaikan laba bersih sebesar 335% menjadi Rp326,4 miliar dari posisi periode yang sama tahun lalu sebesar Rp75,03 miliar. Laba bersih per saham naik 168% menjadi Rp86 per saham dari posisi Rp32 per saham. Saham UNSP kemarin ditutup pada level Rp1.170 naik Rp110 (10,38%).

Senin, September 01, 2008

Ulasan Pasar 25-29 Agustus 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham selama sepekan bergerak naik oleh aksi korporasi beberapa emiten dan kinerja keuangan semester I/2008. IHSG naik 45,45 poin ( 21,4%) dalam sepekan dan ditutup pada jumat kemarin di posisi 2.165,94.

Di awal pekan, bursa diwarnai sentimen positif rencana Telekomunikasi Indonesia (TLKM) membeli sebagian saham Bakrie Telecom (BTEL) milik PT Bakrie & Brothers. Selain Telkom, perusahaan investasi asal Rusia, Altimo, juga menjajaki kemungkinan membeli saham BTEL. IHSG bergerak naik tipis sebesar 6,73 poin (0,32%) ke level 2,127,22. Saham TLKM ditutup naik Rp100 (1,27%) dan saham BTEL naik Rp10 (4%). Dari kinerja fundamental, BTEL mencatat kenaikan EPS (laba bersih per saham) sebesar 23,5% selama semester I/2008 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih BTEL naik 59,5% menjadi Rp62 miliar dari sebesar Rp39 miliar tahun lalu.

IHSG bergerak melemah di hari selasa tertekan oleh koreksi saham BUMI dan PTBA akibat koreksi harga minyak yang turun 5% dalam sehari ke level $114 per barel. IHSG ditutup pada posisi 2.107,55 turun 19,68 poin (-0,92%). Sedangkan sentimen positif IHSG berasal dari saham PGAS, Perusahaan Gas Negara mencatat kenaikan laba bersih semester I/2008 sebesar 45% menjadi Rp1,45 triliun dari Rp1 triliun pada semester I tahun lalu ditopang kenaikan pendapatan usaha perseroan sebesar 51% menjadi Rp5,83 triliun dari sebelumnya Rp3,85 triliun. Laba bersih per saham (earning per share) naik 43,2% menjadi Rp63 per saham dari sebesar Rp44 semester I/2007.

Di hari yang sama, BTEL naik Rp20 (7,69%) ke level Rp280. BTEL mengakuisisi 15,8% saham Mobile-8 (FREN) yang berpeluang untuk dilanjutkan dengan merjer antara Mobile-8 dan Bakrie Telecom membentuk perusahaan telekomunikasi baru berbasis CDMA dengan nilai aset mencapai Rp12,6 triliun seiring rencana Global Mediacom (BMTR) yang secara bertahap melepas Mobile-8 untuk memfokuskan diri ke bisnis media. Saham BMTR ditutup naik Rp10 (3,08%), sedangkan saham FREN diberhentikan sementara oleh bursa (suspended).

Kenaikan tipis harga minyak dunia di bursa New York sebesar 0,4% ke level $116,68 per barel mendongkrak IHSG naik 23,51 poin (1,12%) ke level 2.131,06 di hari rabu. Saham BUMI naik Rp100 (1,9%) dan saham PTBA naik Rp200 (1,43%). Bursa juga diwarnai rencana ekspansi Grup Medco yang akan bekerjasama dengan Dedini Agro, salah satu produsen utama etanol Brasil, menggarap proyek hulu dan hilir bioetanol berbasis tebu di Merauke, Papua dengan nilai investasi US$2 miliar. Saham MEDC ditutup naik Rp150 (3,39%) ke level Rp4.575.

PT Elnusa Tbk (ELSA) melalui anak usahanya, Elnusa Patra Retail, mengakuisisi PT Radiant ramok Senabing dan Gulfstream Resources Ramok Senabing sebagai pemegang partisipasi kerja Blok TAC Ramok Senabing. Langkah akuisisi tersebut untuk memuluskan target pertumbuhan perseroan dari pendapatan jasa hulu migas yang pada tahun ini mencatat lonjakan kontrak menjadi US$259 juta dari porsi kontrak jasa hulu migas 2008 yang dibukukan sebesar US$146 juta. Saham ELSA ditutup naik Rp5 (1,75%) ke posisi Rp290.
Di hari kamis, bursa masih diwarnai sentimen rencana aksi korporasi. IHSG ditutup naik 13,78 poin (0,65%) ke level 2.144,85. BTEL berencana membeli saham Indosat sebanyak 25% untuk memperluas area layanan bisnis CDMA (Esia) dengan jaringan yang telah dilayani Indosat (Starone). Saham BTEL ditutup naik Rp5 (1,75%) di posisi Rp290.

IHSG juga tertopang oleh saham Astra Internasional (ASII) yang ditutup naik Rp350 (1,76%) ke posisi Rp20.200 dan melanjutkan kenaikan sebesar Rp600 ke posisi Rp20.800 di akhir pekan. ASII bergerak naik oleh kinerja semester I/2008 yang mencatat kenaikan laba bersih sebesar 8% menjadi Rp4,7 triliun ditopang oleh pendapatan bersih perseroan sebesar 46% menjadi Rp46,3 triliun. Laba bersih per saham dasar (earning per share) ASII naik 81% menjadi Rp1.174 dari Rp649 pada semester I tahun lalu. Pergerakan saham ASII juga ditopang oleh kinerja Bank Permata (BNLI) yang 44,505% sahamnya dimiliki oleh Astra Internasional. Laba bersih Bank Permata naik 41,2% menjadi Rp273 miliar dari sebesar Rp193 miliar semester I tahun lalu. Laba bersih per saham naik menjadi Rp35,30 dari posisi Rp25,01 tahun lalu. Rasio LDR (loan to deposit ratio) naik menjadi 93,7% dari posisi tahun lalu sebesar 83,1%.

Kinerja keuangan emiten semester I/2008 masih mempengaruhi perdagangan di akhir pekan. Saham Indofood Sukses Makmur (INDF) naik Rp160 (7,7%) ke posisi Rp2.250, laba bersih INDF semester I/2008 sebesar Rp827,4 miliar atau naik 125% dan laba bersih per sahamnya menjadi sebesar Rp97 dari tahun lalu sebesar Rp43 per saham. Saham Indosat naik Rp150 (2,5%) ke posisi Rp6.150. Di semester I/2008, pendapatan Indosat dari jasa seluler naik 12,1% dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi Rp6,6 triliun, internet naik 34,5% menjadi Rp1,37 triliun dan fixed wireless naik sebesar 10,2% menjadi Rp853,16 miliar. Laba bersih ISAT semester I/2008 naik 25% menjadi Rp1,06 triliun dan laba bersih per saham menjadi Rp194,3 dari posisi semester I tahun lalu sebesar Rp155,53.

Jumat, Agustus 29, 2008

Ulasan Pasar 28 Agustus 2008

Ulasan Pasar 29 Agustus 2008
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham ditutup naik 13,78 poin (0,65%) ke level 2.144,85 dari penutupan perdagangan rabu dengan penopang IHSG terutama dari saham batu bara yang bergerak naik mengikuti sentimen kenaikan harga minyak di bursa New York. Kenaikan harga komoditas CPO mendongkrak saham Astra Agro Lestari (AALI) dengan tambahan sentimen peningkatan penjualan produk turunan kelapa sawit menjelang bulan puasa.

Saham Bumi Resources (BUMI) bergerak naik Rp150 (2,8%) ke level Rp5.500 dan saham PTBA bergerak naik Rp100 (0,71%) ke level Rp14.250 seiring kenaikan harga minyak dunia yang melonjak 0,5% hingga menembus level $118 per barel dalam empat hari terakhir dan meningkatkan ekspektasi kebutuhan batu bara sebagai pengganti minyak. Di sisi lain, saham perbankan tergerus oleh rally kenaikan harga minyak tersebut yang berpotensi meningkatkan ekspektasi laju inflasi dan BI rate. Saham Bank Niaga (BNGA) ditutup turun Rp10 (-1,12%) ke posisi Rp 3.150 dan saham Bank BRI turun Rp150 (-2,56%) ke posisi Rp5.700.

Harga kontrak CPO di bursa Malaysia kemarin melanjutkan rally dalam tiga hari terakhir dengan kenaikan sebesar 3,9% ke level $742 per metrik ton. Saham AALI naik Rp550 (3,13%) ke posisi Rp18.100. Selain itu, aksi beli saham produsen kelapa sawit tersebut didorong oleh sentimen menghadapi bulan puasa yang akan dibarengi oleh naiknya permintaan masyarakat atas produk turunan kelapa sawit seperti minyak goreng. Kenaikan harga komoditas juga mendongkrak harga saham emiten produsen karet, Bakrie Sumatera Plantations (UNSP). Harga karet alam di bursa Tokyo naik 1,2% ke level 315,7 yen atau US$2.896 per ton karena naiknya harga minyak dunia menjadikan karet alam sebagai alat lindung nilai (hedging) oleh pelaku pasar dipengaruhi spekulasi berkurangnya stok di Jepang. Saham UNSP ditutup naik Rp10 (0,95%) ke level Rp1.060.

Sentimen aksi korporasi ikut mewarnai perdagangan bursa kamis kemarin. Bakrie Telecom berencana untuk membeli saham Indosat sebanyak 25% untuk memperluas area layanan bisnis CDMA (Esia) yang telah dilayani oleh Indosat (Starone). Saham BTEL kemarin ditutup naik Rp5 (1,75%) ke posisi Rp290.

Saham Astra Internasional (ASII) bergerak naik oleh sentimen kinerja semester I/2008 yang mencatat kenaikan laba bersih sebesar 8% menjadi Rp4,7 triliun yang ditopang oleh pendapatan bersih perseroan selama semester pertama tahun ini sebesar 46% menjadi Rp46,3 triliun. Laba bersih per saham dasar (earning per share) ASII naik 81% menjadi Rp1.174 dari posisi Rp649 di semester I tahun lalu. Sentimen positif saham ASII juga ditopang oleh kinerja Bank Permata (BNLI) di mana Astra Internasional memiliki 44,505% saham Bank Permata. Laba bersih Bank Permata naik 41,2% menjadi Rp273 miliar dari periode yang sama tahun lalu Rp193 miliar. Laba bersih per saham naik menjadi Rp35,30 dari posisi tahun lalu Rp25,01. Rasio LDR (loan to deposit ratio) naik menjadi 93,7% dari tahun lalu sebesar 83,1%. Saham ASII kemarin ditutup naik Rp350 (1,76%) ke posisi Rp20.200.

Kamis, Agustus 28, 2008

Ulasan Pasar 27 Agustus 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham kembali bergerak menguat oleh beberapa aksi korporasi emiten migas dan gain saham-saham batu bara yang dipengaruhi oleh kenaikan tipis harga minyak dunia di bursa New York sebesar 0,4% ke level $116,68 per barel. Saham Bumi Resources ditutup ke level Rp5.350 naik Rp100 (1,9%), saham PTBA ke level Rp14.150 naik Rp200 (1,43%) dan saham Indo Tambangraya Megah (ITMG) ke level Rp26.300 naik Rp650 (2,53%). IHSG ditutup di level 2.131,06 naik 23,51 poin (1,12%)

Saham MEDC ditutup naik Rp150 (3,39%) ke level Rp4.575. Grup Medco bekerjasama dengan Dedini Agro, salah satu produsen utama etanol Brasil, menggarap proyek hulu dan hilir bioetanol berbasis tebu di Merauke, Papua dengan nilai investasi US$2 miliar.

Aksi korporasi juga mewarnai saham ELSA. PT Elnusa Tbk (ELSA) melalui anak usahanya, Elnusa Patra Retail, mengakuisisi PT Radiant ramok Senabing dan Gulfstream Resources Ramok Senabing sebagai pemegang partisipasi kerja Blok TAC Ramok Senabing. Langkah akuisisi tersebut untuk memuluskan target pertumbuhan perseroan dari pendapatan jasa hulu migas yang pada tahun ini mencatat lonjakan kontrak menjadi sebesar US$259 juta dari porsi kontrak jasa hulu migas 2008 yang dibukukan sebesar US$146 juta. Saham ELSA ditutup ke posisi Rp290 naik Rp5 (1,75%).

IHSG ikut tertopang oleh saham perbankan seperti Bank BCA (BBCA) dan Bank BRI (BBRI). Sentimen suku bunga SBI 9% yang berdampak suku bunga pinjaman yang tinggi ikut memberikan ekspektasi positif bagi pendapatan perbankan menyambut kebutuhan dana kas menjelang bulan puasa. Saham BBCA naik Rp150 (5,08%) ke level Rp3.100 dan BBRI naik Rp100 (1,74%) ke level Rp5.850.

Saham Mobile-8 (FREN) kemarin ditutup naik ke posisi Rp120 melonjak tajam sebesar 69,01% setelah pada hari selasa di-suspend oleh otoritas bursa menyusul rencana akuisisi oleh Bakrie Telecom. Saham Global Mediacom, induk PT Mobile-8, ditutup naik Rp15 (4,48%) ke level Rp350.

Saham PT AGIS Tbk (TMPI) mencatat kenaikan sebesar 1,9% ke posisi Rp270 setelah muncul rencana aksi koporasi AGIS untuk membeli 30% saham PT Erafone Artha Retailindo dan Comstas Mobile Pte Ltd.dalam rangka diversifikasi usaha.

Rabu, Agustus 27, 2008

Ulasan Pasar 26 Agustus 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks harga saham gabungan bergerak melemah pada perdagangan kemarin yang merupakan koreksi teknikal merealisasikan gain sejak pekan lalu. IHSG kemarin ditutup melemah 19,68 poin (-0,92%) ke level 2.107,55. IHSG sejak rabu pekan kemarin hingga senin awal pekan ini telah naik 84,72 poin (4,15%). IHSG kemarin tertekan oleh saham Bumi Resources melanjutkan koreksi sebesar Rp150 (-2,78%) ke level Rp5.250 dan saham PTBA yang terkoreksi oleh aksi profit taking jangka pendek sebesar Rp50 (-0,36%) ke level Rp13.950, setelah sehari sebelumnya naik Rp400 (2,9%). Realisasi gain jangka pendek juga terjadi pada saham Astra Internasional (ASII) yang terkoreksi Rp200 (-1%) setelah naik Rp350 (1,78%) pada senin karena harga minyak dunia yang tiba-tiba terkoreksi 5% dalam sehari ke level $114 per barel.

Saham emiten CPO kembali tergerus oleh koreksi harga komoditas CPO di bursa Malaysia. Harga CPO kembali turun sebesar 4,4% ke level $732 per metrik ton. Harga CPO sejak akhir pekan lalu telah tertekan 8,9% ke level $732 per metrik ton pada perdagangan kemarin. Harga saham Astra Agro Lestari (AALI) turun Rp400 (-2,22%) ke level Rp17.650 dan saham London Sumatera (LSIP) turun Rp50 (-0,86%) ke level Rp5.750

Saham Perusahaan Gas Negara (PGAS) bergerak naik ke posisi Rp2.425 naik Rp25 (1,04%). Selama semester I/2008, Perusahaan Gas Negara mencatat kenaikan laba bersih sebesar 45% menjadi Rp1,45 triliun dari semester I tahun lalu Rp1 triliun ditopang oleh kenaikan pendapatan usaha perseroan sebesar 51% menjadi Rp5,83 triliun dari sebelumnya Rp3,85 triliun. Laba bersih per saham (earning per share) naik 43,2% menjadi Rp63 per saham dari posisi Rp44 per saham di semester I tahun lalu.

Saham Bakrie Telecom (BTEL) naik Rp20 (7,69%) ke level Rp280. Bakrie Telecom mengakuisisi 15,8% saham Mobile-8 (FREN) dan bahkan berpeluang untuk melakukan merjer antara Mobile-8 dan Bakrie Telecom yang akan membentuk perusahaan telekomunikasi baru berbasis CDMA dengan nilai aset mencapai Rp12,6 triliun seiring rencana Global Mediacom (BMTR) yang secara bertahap akan melepas saham Mobile-8 (FREN), untuk memfokuskan diri ke bisnis media. Saham BMTR kemarin ditutup naik Rp10 (3,08%) ke level Rp335, sedangkan saham FREN diberhentikan sementara oleh bursa (suspended)

Saham Bank BRI bergerak melemah karena penambahan saham baru BBRI di bursa sebagai hasil dari konversi saham MSOP tahap III yang sejumlah 312.500 lembar, sehingga saham BBRI yang tercatat di bursa efek Indonesia menjadi 12.205.112.450 lembar saham. Saham BBRI kemarin ditutup di posisi Rp5.750 turun Rp100 (-1,71%).

Dari sektor barang konsumsi, Indofood Sukses Makmur (INDF) berencana untuk mengakuisisi saham perusahaan pengolahan susu PT Indolakto dengan membeli terlebih dulu dari Pastilla Investment Ltd. 100% saham Drayton Pte. yang menguasai 68,57% saham Indolakto. Saham INDF ditutup tidak berubah di posisi Rp1.960 setelah sehari sebelumnya terkoreksi Rp20 (-1%).

Selasa, Agustus 26, 2008

Ulasan Pasar 25 Agustus 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham di penutupan awal pekan ini kembali bergerak naik tipis melanjutkan bullish pekan kemarin, meskipun di sesi I perdagangan sempat turun oleh profit taking atas saham komoditas sebagai imbas kembali terkoreksinya harga minyak dunia ke posisi $114 per barel. IHSG kemarin ditutup di level 2,127,22 atau naik tipis 6,73 poin (0,32%)

Saham yang berusaha mengangkat IHSG adalah saham Astra Internasional (ASII). Saham ASII ditutup naik Rp350 (1,78%) ke posisi Rp20.000 menyusul koreksi lanjutan harga minyak yang berpeluang memperlambat laju inflasi dan memperkuat daya beli masyarakat dengan turunnya biaya impor suku cadang otomotif. Di samping itu, kebutuhan kendaraan roda dua atau roda empat menjelang hari raya Idul Fitri berpotensi meningkatkan pendapatan usaha Astra Internasional melalui anak usahanya.

Saham Telekomunikasi Indonesia juga menjadi penopang IHSG kemarin dengan berita positif rencana Telkom untuk membeli sebagian saham Bakrie Telecom milik PT Bakrie & Brothers. Selain Telkom, perusahaan investasi asal Rusia, Altimo, juga menjajaki kemungkinan membeli saham Bakrie Telecom. Saham TLKM kemarin ditutup naik Rp100 (1,27%) ke posisi Rp7.950 dan saham BTEL naik Rp10 (4%) ke posisi Rp260. Saham BTEL mencatat kenaikan EPS (laba bersih per saham) sebesar 23,5% selama semester I/2008 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih Bakrie Telecom naik 59,5% menjadi Rp62 miliar dari posisi tahun lalu sebesar Rp39 miliar yang dtopang oleh kenaikan pendapatan usaha sebesar 90% dari sebesar Rp650 miliar tahun lalu naik menjadi Rp1,2 triliun di semester I tahun ini.

Di sisi lain, profit taking menekan saham Bumi Resources (BUMI) sebesar Rp50 (-0,52%) dan saham Indo Tambangraya Megah yang tertekan Rp300 (-1,17%) setelah selama tiga hari terakhir menjelang akhir pekan lalu BUMI naik 10,1% dan ITMG naik 15,5% oleh sentimen harga minyak yang menembus level $120 per barel. Harga batu bara di Newcastle Port turun sebesar 1,1% ke posisi $162,15 per ton (22/8) dari posisi $163,90 per ton (15/8).

Dari sektor perkebunan, saham Astra Agro Lestari (AALI) ikut tertekan sebesar Rp150 (-0,82%) dan saham London Sumatera terkoreksi Rp100 (-1,69%) menyusul melemahnya harga CPO di bursa Malaysia sebesar 4,4% ke level $769 per metrik ton yang dipengaruhi oleh koreksi harga minyak. Saham AALI telah naik 14,1% dan LSIP naik 9,3% sejak rabu hingga jumat pekan kemarin.

Pergerakan harga di pasaran global ikut menekan saham komoditas lainnya seperti INCO dan TINS. Harga nikel di bursa London terkoreksi 3% ke level $20.850 per ton akibat koreksi harga minyak, begitu juga harga timah yang terkoreksi sebesar 4,1% ke level $20.900 per ton. Saham International Nickel (INCO) turun Rp75 (-1,9%) ke level Rp3.900 dan saham Timah turun Rp50 (-1,9%) ke level Rp2.650.

Ulasan Pasar 25 Agustus 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Bursa saham di penutupan awal pekan ini kembali bergerak naik tipis melanjutkan bullish pekan kemarin, meskipun di sesi I perdagangan sempat turun oleh profit taking atas saham komoditas sebagai imbas kembali terkoreksinya harga minyak dunia ke posisi $114 per barel. IHSG kemarin ditutup di level 2,127,22 atau naik tipis 6,73 poin (0,32%)

Saham yang berusaha mengangkat IHSG adalah saham Astra Internasional (ASII). Saham ASII ditutup naik Rp350 (1,78%) ke posisi Rp20.000 menyusul koreksi lanjutan harga minyak yang berpeluang memperlambat laju inflasi dan memperkuat daya beli masyarakat dengan turunnya biaya impor suku cadang otomotif. Di samping itu, kebutuhan kendaraan roda dua atau roda empat menjelang hari raya Idul Fitri berpotensi meningkatkan pendapatan usaha Astra Internasional melalui anak usahanya.

Saham Telekomunikasi Indonesia juga menjadi penopang IHSG kemarin dengan berita positif rencana Telkom untuk membeli sebagian saham Bakrie Telecom milik PT Bakrie & Brothers. Selain Telkom, perusahaan investasi asal Rusia, Altimo, juga menjajaki kemungkinan membeli saham Bakrie Telecom. Saham TLKM kemarin ditutup naik Rp100 (1,27%) ke posisi Rp7.950 dan saham BTEL naik Rp10 (4%) ke posisi Rp260. Saham BTEL mencatat kenaikan EPS (laba bersih per saham) sebesar 23,5% selama semester I/2008 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih Bakrie Telecom naik 59,5% menjadi Rp62 miliar dari posisi tahun lalu sebesar Rp39 miliar yang dtopang oleh kenaikan pendapatan usaha sebesar 90% dari sebesar Rp650 miliar tahun lalu naik menjadi Rp1,2 triliun di semester I tahun ini.

Di sisi lain, profit taking menekan saham Bumi Resources (BUMI) sebesar Rp50 (-0,52%) dan saham Indo Tambangraya Megah yang tertekan Rp300 (-1,17%) setelah selama tiga hari terakhir menjelang akhir pekan lalu BUMI naik 10,1% dan ITMG naik 15,5% oleh sentimen harga minyak yang menembus level $120 per barel. Harga batu bara di Newcastle Port turun sebesar 1,1% ke posisi $162,15 per ton (22/8) dari posisi $163,90 per ton (15/8).

Dari sektor perkebunan, saham Astra Agro Lestari (AALI) ikut tertekan sebesar Rp150 (-0,82%) dan saham London Sumatera terkoreksi Rp100 (-1,69%) menyusul melemahnya harga CPO di bursa Malaysia sebesar 4,4% ke level $769 per metrik ton yang dipengaruhi oleh koreksi harga minyak. Saham AALI telah naik 14,1% dan LSIP naik 9,3% sejak rabu hingga jumat pekan kemarin.

Pergerakan harga di pasaran global ikut menekan saham komoditas lainnya seperti INCO dan TINS. Harga nikel di bursa London terkoreksi 3% ke level $20.850 per ton akibat koreksi harga minyak, begitu juga harga timah yang terkoreksi sebesar 4,1% ke level $20.900 per ton. Saham International Nickel (INCO) turun Rp75 (-1,9%) ke level Rp3.900 dan saham Timah turun Rp50 (-1,9%) ke level Rp2.650.

Senin, Agustus 25, 2008

Harga komoditas dongkrak indeks

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Perdagangan bursa selama sepekan terakhir bergerak naik dengan kenaikan IHSG sebesar 35,34 poin (1,7%) ditutup pada level 2.120,49 di akhir pekan. Di hari pertama perdagangan (19/8), bursa masih melanjutkan koreksinya sebesar 42,65 poin (-2,05%) ditutup di level 2.042,50 dipengaruhi koreksi harga minyak dunia di bursa New York yang menyentuh level $112 per barel.

IHSG bergerak rebound sejak perdagangan rabu hingga jumat dengan kenaikan sebesar 77,99 poin (3,8%) dipengaruhi oleh technical rebound saham-saham komoditas khususnya batu bara yang bergerak naik karena harga yang telah oversold dalam empat bulan terakhir. Saham Bumi Resources (BUMI) naik 10,1%, saham PTBA naik 9,7%, dan saham Indo Tambangraya Megah (ITMG) naik 15,5% selama tiga hari berturut-turut. Kenaikan tersebut juga dipengaruhi pergerakan harga minyak dunia yang naik 6% untuk pengiriman September hingga menyentuh level $121 per barel.

Secara teknikal, indikator MACD saham BUMI mulai memasuki areal positif pada rabu mengakhiri tekanan jual sejak 5 Agustus dan mulai membuka signal beli. Saham BUMI ditutup di level Rp5.450, saham PTBA di level Rp13.600, dan saham ITMG di level Rp25.750 pada akhir pekan kemarin.

Saham Medco Energi International bergerak naik sebesar 7,9% selama tiga hari hingga akhir pekan kemarin. Selain karena kenaikan harga minyak dunia, naiknya saham MEDC juga ditopang oleh aksi korporasi Medco Energi yang bekejasama dengan Kuwait Energy Company untuk membentuk perusahaan migas multinasional Somalia Petroleum Company dengan presentase kepemilikan Medco bersama Kuwait Energy adalah sebesar 24,5%.

Saham Timah (TINS) ikut bergerak naik sebesar 21,35% sejak rabu, dipengaruhi adanya rencana pembatasan ekspor dari Indonesia, produsen timah kedua terbesar di dunia setelah China, yang akan menekan produksi timah 90.000 ton per tahun mulai tahun ini untuk menjaga keseimbangan harga timah di pasar dunia. Saham TINS di akhir pekan ditutup di level Rp2.700.

Dari emiten kelapa sawit, saham Astra Agro Lestari (AALI) bergerak naik 14,1% dan saham London Sumatera (LSIP) naik 9,3% sejak rabu. Pelaku bursa menyambut baik pernyataan Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia yang memperkirakan Pungutan Ekspor (PE) kelapa sawit untuk September 2008 akan turun menjadi 10% dari pungutan pada Agustus ini yang sebesar 15%. Penurunan itu dipengaruhi oleh harga rata-rata CPO di bursa Rotterdam yang sebesar US$977,28 per ton di bulan ini serta merujuk pada Peraturan Menteri Keuangan No.72/PMK.011/2008 yang menetapkan PE sebesar 10% jika rata-rata harga kelapa sawit US$850-US$1.100 per ton, dan PE sebesar 15% jika rata-rata harga kelapa sawit US$1.100-US$1.200 per ton. Di akhir pekan, saham AALi ditutup di level Rp18.200 dan saham LSIP ditutup di level Rp5.900.

Jumat, Agustus 22, 2008

Ulasan Pasar 21 Agustus 2008

Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Pasar saham melanjutkan rebound di perdagangan kemarin dengan kenaikan IHSG sebesar 18,55 poin (0,90%) ke level 2.088,25. Sektor pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit masih mendominasi kenaikan IHSG pada penutupan kemarin.

Harga saham PTBA bergerak naik Rp650 (5%) ke posisi Rp13.650 dan saham Indo Tambangraya Megah (ITMG) naik Rp1.300 (5,6%) ke posisi Rp24.500, sedangkan saham Bumi Resources bergerak naik tipis Rp50 (0,95%) ke posisi Rp5.300. Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia memperkirakan produksi batu bara Indonesia akan meningkat 15% menjadi 270 juta ton tahun depan, dan untuk produksi tahun 2008 ini berada di level 234 juta ton.

Secara teknis, saham batu bara seperti BUMI telah oversold hingga ke level terendah dalam empat bulan terakhir di posisi Rp4.950 pada selasa (19/8). Bila merujuk pada indikator Bollinger, harga saham BUMI telah memperlihatkan upaya untuk bergerak bullish sejak rabu dengan volume perdagangan sebanyak 143 juta lembar saham. Namun, pada perdagangan kamis kemarin volume transaksi melemah menjadi 100 juta lembar dan kenaikan hanya sebesar Rp50, dapat disimpulkan bahwa pelaku pasar akan segera profit taking untuk kenaikan dalam dua hari terakhir tersebut, karena kondisi pasar yang masih labil seiring belum adanya signal bullish pada harga minyak. Kenaikan produksi batu bara sebesar 15% tahun depan juga dikhawatirkan akan melemahkan harga jual batu bara di luar negeri serta semakin menekan harga jual domestik.

Harga saham International Nickel ikut bergerak naik oleh sentimen naiknya harga nikel di bursa London sebesar 2,7% ke level $19.925 dan saham INCO kemarin ditutup pada level Rp3.825 atau naik Rp100(2,7%).

Dari sektor perkebunan kelapa sawit, saham Astra Agro Lestari (AALI) bergerak naik Rp700 (4,29%) ke level Rp17.000 dan saham London Sumatera (LSIP) naik Rp200 (3,6%) ke level Rp5.750. Faktor utama yang mendongkrak kenaikan harga kedua saham CPO itu adalah Pungutan Ekspor (PE) kelapa sawit untuk September 2008 yang dipastikan turun oleh Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia menjadi 10% dari pungutan pada Agustus ini sebesar 15%. Penurunan itu dipengaruhi oleh harga rata-rata CPO di bursa Rotterdam sebesar US$977,28 per ton dan merujuk pada Peraturan Menteri Keuangan No.72/PMK.011/2008 yang menetapkan PE sebesar 10% jika rata-rata harga kelapa sawit US$850-US$1.100 per ton, sedangkan US$1.100-US$1.200 per ton, maka PE menjadi sebesar 15%