Senin, Maret 01, 2010

Ulasan Sepekan Indeks BISNIS-27 edisi 1 Maret 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Selama sepekan terakhir Februari kemarin, indeks BISNIS-27 bergerak melemah 0,42% ditutup di level 234,76 pada Kamis (25/2).

Di awal pekan, indeks bergerak menguat dalam dua hari berturut-turut disebabkan faktor laporan perkembangan laju inflasi AS selama Januari 2010 yang cukup terkendali dan berpotensi tidak akan memicu kenaikan suku bunga The Fed dalam waktu dekat. Menanggapi perkembangan positif dari laju inflasi AS, harga minyak dunia bergerak menguat menembus level US$80 per barel. Pada penutupan Senin (22/2), indeks menguat 0,45% ditutup di level 236,82.

Pelaku pasar mengekspektasikan perbaikan daya beli AS yang juga berarti akan meningkatkan aktivitas perekonomian di negara adidaya tersebut. Lebih lanjut, perkembangan tersebut akan meningkatkan permintaan minyak sebagai bahan bakar untuk konsumsi industri maupun rumah tangga. Posisi harga minyak dunia di level US$80 per barel kemudian memicu aksi beli investor di Bursa Efek Indonesia (BEI) terhadap saham emiten pertambangan batu bara.

Hingga hari kedua perdagangan, Selasa (23/2), indeks BISNIS-27 masih membukukan kenaikan sebesar 0,58% ditutup di level 238,19. Faktor harga minyak dunia yang terus bergerak positif di atas level US$80 per barel menjadi sentimen positif bagi kenaikan harga saham pertambangan. Harga minyak dunia bergerak ke level US$80,30 per barel setelah sehari sebelumnya berada di level US$80,24 per barel.

Koreksi indeks dimulai pada Rabu (24/2), sentimen negatif justru juga datang dari perkembangan data perekonomian Amerika Serikat (AS). Indeks kepercayaan konsumen AS berdasarkan Conference Board melemah menjadi 46,0 pada Februari, sekaligus merupakan level terendah sejak April 2009. Sedangkan, pada Januari kemarin, indeks kepercayaan konsumen AS berdasarkan conference board berada di level 56,5. Turunnya indeks kepercayaan konsumen AS tersebut disebabkan semakin pesimisnya warga AS dalam mencari pekerjaan. Pelaku pasar segera mengasumsikan bahwa laju inflasi yang cukup terkendali sebelumnya pada Januari diartikan sebagai lemahnya permintaan atau daya beli masyarakat AS dan belum mengindikasikan perbaikan kegiatan perekonomian di negara tersebut.

Asumsi tersebut segera menekan kembali harga minyak dunia ke level US$78 per barel. Indeks BISNIS-27 pada Rabu terkoreksi 0,17% oleh turunnya harga saham pertambangan dalam negeri seperti Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), Aneka Tambang Tbk (ANTM), International Nickel Indonesia Tbk (INCO).

Koreksi berlanjut pada perdagangan Kamis (25/2), selain bereaksi negatif dengan hasil Pansus Century dan hubungannya dengan politik di dalam negeri yang sedikit memanas dalam tubuh koalisi Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, investor juga memilih posisi wait and see mengantisipasi perkembangan negatif dari bursa regional Asia dan AS menyusul data perekonomian AS yang buruk sebelumnya.
Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 25 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Inteligence Unit

Indeks BISNIS-27 terkoreksi tipis 0,17% pada penutupan perdagangan Rabu pekan ini. Indeks ditutup di level 237,78 oleh tekanan koreksi harga saham pertambangan dan energi.

Tekanan indeks pada perdagangan kemarin terutama disebabkan sentimen negatif dari perkembangan data perekonomian negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Perancis. Dari AS, indeks kepercayaan konsumen AS berdasarkan Conference Board melemah menjadi 46,0 pada Februari, sekaligus merupakan level terendah sejak April 2009. Pada Januari kemarin, indeks kepercayaan konsumen AS berdasarkan conference board berada di level 56,5. Turunnya indeks kepercayaan konsumen AS tersebut disebabkan semakin pesimisnya warga AS dalam mencari pekerjaan.

Indeks DJIA ditutup melemah 0,97% diikuti oleh indeks Nikkei-225 yang terkoreksi sebesar 1,48%, indeks Hang Seng turun 0,75% dan indeks STi Singapura terkoreksi 0,73%.

Perancis membukukan pengeluaran rumah tangga yang melemah sebesar 2,7% pada Januari dibandingkan Desember 2009 yang disebabkan karena turunnya penjualan mobil.

Berita negatif dari AS dan Perancis serta indeks regional Asia Pasifik yang melemah memberikan sentimen negatif bagi investor di dalam negeri. Mereka berusaha melepas saham untuk mendapatkan dolar AS sebagai safe heaven bagi investasi mereka.

Harga minyak dunia bereaksi negatif terhadap perkembangan data ekonomi AS dan Perancis tersebut, harga minyak dunia bergerak melemah ke level US$78 per barel dari posisi sehari sebelumnya di level psikologis US$80 per barel

Dari dalam negeri, pandangan akhir Pansus Century yang banyak menyebut nama Wakil Presiden Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani, menjadi perhatian pasar khususnya investor asing. Isu pencopotan Sri Mulyani menjadikan investor waspada dan mengambil posisi wait and see, terhadap kemungkinan reaksi negatif pasar bila benar Sri Mulyani dicopot dari jabatannya sekarang ini.

Saham-saham yang terkoreksi di antaranya saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sebesar 1,26%, saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebesar 1,19%, saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO) sebesar 1,94%.
Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 24 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 di perdagangan hari kedua pekan ini melanjutkan penguatan sebesar 0,58% ditutup di level 238,19. Penguatan indeks BISNIS-27 kemarin didominasi oleh kenaikan harga saham-saham sektor pertambangan dan energi, sektor otomotif dan sektor industri barang konsumsi.

Saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO) naik 1,97%, saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menguat 1,93%, saham Adaro Energy Tbk (ADRO) menguat 1,66%, dan saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat 1,26%.

Faktor harga minyak dunia yang teus bergerak positif di atas level US$80 per barel menjadi sentimen positif bagi kenaikan harga saham pertambangan kemarin. Harga minyak dunia bergerak ke level US$80,30 per barel setelah sehari sebelumnya berada di level US$80,24 per barel.

Penguatan indeks BISNIS-27 juga ditopang oleh saham Astra Internasional Tbk (ASII) yang naik sebesar 0,96% diikuti juga oleh saham industri barang konsumsi seperti saham Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sebesar 1,29%, saham Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar 1,79%. Faktor harga yang cukup murah (oversold) hingga posisi awal pekan ini menjadi sentimen positif harga saham konsumsi tersebut.

Sentimen beli di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga ditopang oleh pergerakan positif indeks saham regional Asia Pasifik seperti indeks Hang Seng dan indeks STI Singapura. Indeks Hang Seng naik 1,21% dan indeks STi Singapura naik 0,91%.

Secara umum, investor cukup optimis dengan kinerja emiten pada 2009 lalu yang akan dipublikasikan laporan keuangannya hingga akhir Maret mendatang. Antisipasi laporan kinerja emiten yang positif tersebut mendongkrak minat beli sejak awal pekan ini.
Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 23 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Di awal pekan ini, indeks BISNIS-27 mencatat penguatan tipis yang ditopang oleh saham perbankan dan pertambangan batu bara. Indeks menguat sebesar 0,45% ditutup di level 236,82.

Faktor penopang indeks di awal pekan di antaranya adalah laporan perkembangan laju inflasi AS selama Januari 2010 yang cukup terkendali dan berpotensi tidak akan memicu kenaikan suku bunga The Fed dalam waktu dekat.

Menanggapi perkembangan positif dari laju inflasi AS, harga minyak dunia bergerak menguat menembus level US$80 per barel. Pelaku pasar mengantisipasi perbaikan daya beli AS yang juga berarti akan meningkatkan aktivitas perekonomian di negara adidaya tersebut. Lebih lanjut, perkembangan tersebut akan meningkatkan permintaan minyak sebagai bahan bakar untuk konsumsi industri maupun rumah tangga.

Posisi harga minyak dunia di level US$80 per barel kemarin memicu aksi beli investor di Bursa Efek Indonesia (BEI) terhadap saham emiten pertambangan batu bara. Saham Indo Tambangraya Megah bk (ITMG) menguat 3,83% ditutup di level Rp31.150 per saham.

Dari sektor perbankan, saham perbankan bergerak menguat oleh ekspektasi pelaku pasar terhadap posisi suku bunga The Fed yang diperkirakan akan stabil di posisi sekarang 0,75% hingga akhir kuartal I/2010. Posisi suku bunga The Fed akan sangat penting untuk menjadi acuan posisi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) yang saat ini di posisi 6,5%.

Selain itu, program sektor perbankan yang meluncurkan “Tabunganku” dengan membebaskan biaya administrasi bulanan, menambah sentimen positif bagi peningkatan dana murah perbankan.

Saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 3,09% ke level Rp5.000, saham Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) menguat 2,53% ke level Rp810, dan saham Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,06% ke level Rp1.910.

Senitmen penguatan indeks regional Asia Pasifik juga berperan dalam minat beli investor pada perdagangan Senin kemarin. Indeks Hang Seng naik 2,43%, indeks Nikkei-225 melonjak 2,74%, dan di akhir pekan sebelumnya indeks Dow Jones (DJIA) ditutup menguat 0,09%.

Senin, Februari 22, 2010

Ulasan Sepekan Indeks BISNIS-27 edisi 22 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Selama sepekan kemarin, indeks BISNIS-27 bergerak menguat 1,07% ditutup di level 235,75 pada Jumat (19/2). Di awal pekan, indeks tercatat melemah tipis 0,86% dan kembali menguat dengan signifikan pada perdagangan hari kedua dan ketiga yaitu masing-masing sebesar 1,86% dan 1,04%. Indeks kembali melemah pada perdagangan Kamis dan Jumat, yaitu sebesar 0,84% dan 0,11%

Beberapa faktor penguat indeks pada pekan kemarin di antaranya adalah penguatan harga komoditas indung nilai seperti emas dan minyak. Pergerakan harga emas dunia berhasil menembus level US$1.100 per ounce ditutup di level US$1.116 per ounce pada perdagangan Selasa. Begitu juga dengan harga minyak dunia yang menguat menuju level US$75 per barel. Investor asing mencoba masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI) dan membeli saham-saham pertambangan mengikuti kenaikan harga minyak dan emas tersebut. Mereka juga mengasumsikan bahwa dampak negatif krisis surat utang eropa telah terefleksikan pada koreksi harga saham di pekan sebelumnya. Rupiah pun mengalami apresiasi cukup cepat ke level Rp9.325 per US$ pada Selasa sore.

Dari dalam negeri, investor menyambut positif optimisme pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi 2010 yang akan berada di level 5,5%, serta jaminan dari Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi yang menyebutkan bahwa pemerintah akan menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Penataan Ruang yang akan lebih rinci menjelaskan kawasan yang temasuk hutan lindung dan kawasan yang boleh digunakan untuk operasi tambang batu bara.

Pada pertengahan pekan, penguatan indeks masih dipengaruhi faktor pergerakan harga minyak dunia. Harga minyak dunia melonjak ke level US$77 per barel akibat ketegangan program nuklir Iran. Investor mengkhawatirkan ketegangan antara Amerika Serikat dengan Iran mengenai program nuklir tersebut akan berdampak terganggunya distribusi minyak dunia.

Di akhir pekan, Amerika Serikat menaikkan tingkat suku bunga diskontonya (suku bunga The Fed)sebesar 25 basis poin (bps) ke level 0,75%, meningkatkan apresiasi pada dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk mata uang emerging market seperti rupiah. Dalam dua hari terakhir menjelang akhir pekan, rupiah melemah 0,65% dari level Rp9.280/US$ pada Rabu, ke level Rp9.340/US$ pada Jumat. Tekanan pada rupiah tersebut mendorong aksi jual jangka pendek (profit taking) investor asing di Bursa Efek Indonesia.

Selain rupiah, di akhir pekan kemarin dolar Hong Kong turun 0,02% dan dolar Singapura terdepresiasi 0,32%%. Indeks saham kedua negara tesebut juga melemah, indeks Hang Seng turun 2,59% dan indeks STI Singapura terkoreksi 0,44%. Melemahnya kedua indeks tersebut menambah sentimen negatif pada indeks BISNIS-27 di akhir pekan.

Jumat, Februari 19, 2010

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 18 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 kembali menguat pada penutupan perdagangan hari ketiga pekan ini, indeks BISNIS-27 naik sebesar 1,04% ditutup di level 238,01. Penguatan indeks didominasi oleh saham sektor pertambangan dan energi serta saham perbankan.

Beberapa faktor penguatan indeks BISNIS-27 di antaranya adalah melonjaknya harga minyak dunia ke level US$77 per barel akibat ketegangan program nuklir Iran. Investor mengkhawatirkan ketegangan antara Amerika Serikat dengan Iran mengenai program nuklir tersebut akan berdampak terganggunya distribusi minyak dunia. Di sisi lain, dari krisis surat utang Yunani, pihak Uni Eropa menambah tekanan pada Yunani untuk segera mengatasi krisis tersebut.

Tindakan pihak Uni Eropa tersebut disambut baik oleh pelaku pasar dengan memburu euro dan meninggalkan dolar AS yang sejak pekan lalu digenggam oleh pelaku pasar dengan motif sebagai instrumen safe heaven.

Kekhawatiran investor atas berlanjutnya krisis nuklir di Iran serta ditambah dengan dolar AS yang melemah terhadap euro memicu aksi beli di bursa kontrak minyak dunia dan mendongkrak harga minyak dunia ke level US$77 per barel kemarin.

Selain harga minyak dunia, harga emas juga bergerak positif ke level US$1.118 per ounce.

Naiknya harga minyak dan emas dunia berimbas pada perdagangan saham sektor pertambangan dan energi dalam negeri, terutama saham batu bara dan saham emiten logam mulia. Saham Indika Energy Tbk (INDY) melonjak 5,49%, saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 1,45%, saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 1,19%, saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO) naik 2,67%.

Dari sektor perbankan, saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,69%, saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat 2,67%, dan saham Bank Danamon Tbk (BDMN) bergerak positif 2,06%. Investor optimis dengan laporan keuangan 2009 para emiten perbankan tersebut, yang akan dipublikasikan hingga akhir Maret mendatang. Selain itu, sentimen positif saham perbankan juga dipicu oleh pergerakan rupiah yang melanjutkan apresiasi terhadap dolar AS ke level Rp9.280/US$ atau menguat 0,43% dari posisi penutupan Selasa sebelumnya yang ditutup di level Rp9.320/US$.
Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 17 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 bergerak menguat sebesar 1,86% pada perdagangan hari kedua pekan ini ditutup di level 235,56. Penguatan indeks didominasi oleh saham sektor pertambangan dan energi terutama saham batu bara.

Beberapa faktor penguat indeks di antaranya yaitu pergerakan harga emas dunia yang berhasil menembus level US$1.100 per ounce ditutup di level US$1.116 per ounce pada perdagangan kemarin. Begitu juga dengan harga minyak dunia yang menguat menuju level US$75 per barel. Harga minyak dunia kemarin ditutup di level US$74,94 per barel.

Investor asing mencoba masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI) dan membeli saham-saham pertambangan mengikuti kenaikan harga minyak dan emas tersebut. Mereka juga mengasumsikan bahwa dampak negatif krisis surat utang eropa telah terefleksikan pada koreksi harga saham di pekan lalu. Oleh karena itu, minimnya berita negatif ekonomi global saat ini memicu keberanian mereka untuk melepas dolar AS dan masuk ke emerging market seperti Indonesia. Rupiah mengalami apresiasi cukup cepat ke level Rp9.325 per US$ pada sore kemarin, sedangkan di sesi I atau siang rupiah masih berada di level Rp9.400 per US$.

Dari dalam negeri, investor menyambut positif optimisme pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi 2010 yang akan berada di level 5,5%, serta jaminan dari Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi yang menyebutkan bahwa pemerintah akan menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Penataan Ruang yang akan lebih rinci menjelaskan kawasan yang temasuk hutan lindung dan kawasan yang boleh digunakan untuk operasi tambang batu bara.

Saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menguat 1,47%, saham Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 1,64%, saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat 2,53%, saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO) naik 4,9%, saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 5%, saham Indika Energy Tbk (INDY) naik 2,25%.

Selasa, Februari 16, 2010

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 16 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Di awal pekan, indeks BISNIS-27 bergerak melemah sebesar 0,86% ditutup di level 231,27. Pergerakan indeks yang melemah sejalan dengan perdagangan Bursa Efek Indonesia yang masih diselimuti libur Imlek. Perdagangan indeks BISNIS-27 mencatat frekuensi transaksi hanya sebesar 9.552 kali atau terendah sejak indeks diluncurkan pertama kali pada Januari 2009 lalu.

Koreksi indeks didominasi oleh penurunan harga saham sektor pertambangan dan energi serta infrastruktur. Saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) turun 0,97%, saham Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 0,54%, saham Bayan Resources Tbk (BYAN) turun 1,75%, saham Indika Energy Tbk (INDY) turun 3,26%, saham Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) turun 1,37% dan saham Jasa Marga Tbk (JSMR) turun 1,14%.

Selain minimnya transaksi karena libur Imlek, tekanan koreksi pada saham batu bara dipicu oleh kisruh ijin sewa lahan yang tidak kunjung ditandatangani (diperpanjang) oleh pejabat kementerian Kehutanan yang merujuk pada UU nomor 26 tahun 2007 tentang tata ruang yang menyebutkan bahwa lahan hutan tidak boleh dimanfaatkan untuk selain hutan. Oleh karena itu, perusahaan batubara yang berproduksi di hutan semuanya terancam berhenti tahun ini.

Saat ini penghentian operasi sudah terjadi pada pertambangan batu bara milik ITMG di Jorong yang memasok batubara untuk PLTU asam-asam dan PLTU Cilacap Jawa Tengah.

Dari sektor infrastruktur khususnya sektor gas, krisis pasokan gas sebesar 297 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) yang dialami Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menjadi sentimen negatif saham PGAS. Kekurangan pasokan gas PGN salah satunya karena tidak diperpanjangnya kontrak pasokan gas dari lapangan Pertamina Offshore North West Java (ONWJ) dengan volume 65 MMSCFD.

Pengaruh dari luar negeri, pergerakan indeks BISNIS-27 yang melemah pada Senin kemarin dipengaruhi oleh posisi penutupan indeks DJIA yang ditutup melemah 0,44% pada perdagangan Jumat (12/2) waktu setempat. Indeks BISNIS-27 juga mengikuti pergerakan indeks Nikkei-225 pada perdagangan Senin kemarin yang ditutup melemah 0,78%. Bursa saham Hongkong dan Singapura untuk sementara libur terkait perayaan Imlek.

Senin, Februari 15, 2010

Ulasan Sepekan Indeks BISNIS-27 edisi 15 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Selama sepekan kemarin indeks BISNIS-27 berhasil menguat 1,29% ditutup di level 233,26 pada Jumat (12/2). Penguatan indeks didominasi oleh pola selective buying investor dengan memburu saham-saham konstituen BISNIS-27 yang telah oversold.

Di awal pekan, indeks sempat melemah 1,87% melanjutkan tren bearish pekan sebelumnya. Investor saat itu cukup pesimis dengan pemulihan harga minyak dunia serta perkembangan perbaikan ekonomi global yang dinilai masih jauh dari harapan. Pemicu utamanya adalah Krisis surat utang yang melanda beberapa negara zona euro seperti Yunani, Spanyol, dan Portugal, serta berdampak menguatnya dolar AS terhadap euro.

Penguatan dolar AS tersebut memicu aksi jual terhadap kontrak harga minyak dunia, sehingga harga minyak dunia melemah ke level US$71 per barel. Saham sektor pertambangan dan energi di dalam negeri terperosok oleh sentimen negatif itu.

Koreksi indeks kembali terjadi pada perdagangan Rabu (10/2), meskipun pada Selasa sebelumnya bergerak menguat 0,84%. Namun, koreksi indeks pada Rabu hanya tipis yaitu sebesar 0,12% yang dipengaruhi aksi profit taking jangka pendek para investor risk averse.

Indeks kemudian bergerak menguat pada perdagangan Kamis dan Jumat yang ditopang oleh faktor akumulasi beli investor terhadap saham-saham yang oversold oleh tren koreksi dua pekan sebelumnya.

Selain itu, sentimen penguatan indeks juga dipengaruhi oleh harga minyak dunia yang naik menyentuh level US$74 per barel yang diikuti oleh kenaikan berbagai harga komoditas logam di pasar dunia. Indeks regional Asia Pasifik seperti indeks Hang Seng, Nikkei-225 dan STI Singapura juga mengalami pergerakan positif.

Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,5 persen selama 2009, mendapat respon positif investor bursa saham. Selain itu, pemerintah pun masih mematok pertumbuhan ekonomi 2010 sebesar 5,5% meskipun banyak kalangan yang optimis akan tercapai lebih dari angka itu.

Hal ini menunjukkan sikap kehati-hatian (prudent) pemerintah dalam memberikan arahan pertumbuhan ekonomi bagi pelaku pasar, sehingga risiko penilaian harga saham yang terlalu tinggi (overvalued) dapat dihindari.

Jumat, Februari 12, 2010

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 12 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 menguat signifikan pada perdagangan Kamis kemarin sebesar 1,38% ditutup di level 230,73. Penguatan indeks ditopang oleh kenaikan harga saham sektor pertambangan dan energi serta saham sektor perbankan dan infrastruktur.

Faktor harga saham yang cukup murah oleh tren koreksi indeks dalam dua pekan terakhir mendorong investor untuk mengakumulasi saham dengan selective buying. Sentimen negatif yang sempat menjadi penyebab koreksi bursa dalam beberapa hari terakhir diasumsikan sudah terealisasi dengan koreksi indeks ke level 227,6 pada perdagangan Rabu (10/2).

Sentimen negatif tersebut terutama yang berasal dari krisis surat utang negara zona euro yaitu Yunani, Spanyol, dan Portugal yang mengakibatkan naiknya permintaan terhadap dolar AS sebagai mata uang yang safe heaven, namun dampak kelanjutannya adalah melemahnya harga minyak dunia ke level US$71 per US$ atau terendah dalam tahun ini karena doalr AS yang mengalami apresiasi tersebut.

Harga minyak dunia pada perdagangan Kamis kemarin menyentuh level US$74 per barel serta diikuti oleh kenaikan berbagai harga komoditas logam di pasar dunia. Indeks regional Asia Pasifik juga mengalami pergerakan positif. Indeks Hang Seng naik 1,85%, indeks Nikkei-225 menguat 0,31%, dan indeks STI Singapura bergerak positif sebesar 0,7%.

Beberapa sentimen positif tersebut menopang penguatan indeks BISNIS-27.

Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,5 persen selama 2009, mendapat respon positif investor bursa saham. Selain itu, pemerintah pun masih mematok pertumbuhan ekonomi 2010 sebesar 5,5% meskipun banyak kalangan yang optimis akan tercapai lebih dari angka itu. Hal ini menunjukkan sikap kehati-hatian pemerintah dalam memberikan arahan pertumbuhan ekonomi bagi pelaku pasar, sehingga risiko penilaian harga saham yang terlalu tinggi (overvalued) dapat dihindari.

Saham Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik 3,27% ke level Rp23.700, saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO) naik 4,29% ke level Rp3.650, saham Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 1,12% ke level Rp1.810, saham Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) naik 2,34% ke level Rp8.750, saham Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) naik 1,4% ke level Rp3.625, saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 2,1% ke level Rp7.300, saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat 1,65% ke level Rp4.625, saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,15% ke level Rp4.400, dan saham Bank Danamon Tbk (BDMN) menguat 2,67% ke level Rp4.800.
Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 11 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 kembali terkoreksi pada perdagangan Rabu sebesar 0,12% ke level 227,6 tertekan oleh aksi ambil untung investor jangka pendek yang masih mengkhawatirkan kondisi ekonomi global. Recall Honda yang berlanjut di pasar AS menjadi sentimen negatif bagi investor lokal.

Koreksi didominasi oleh saham-saham agribisnis, infrastruktur dan perbankan yang mengalami pada rebound sehari sebelumnya. Rupiah sedikit menguat ke level Rp9.360 per US$ namun tidak membantu menahan koreksi di sektor-sektor tersebut.

Kebijakan pemerintah yang akan mengambil asumsi PDB 2009 menjadi acuan pertumbuhan ekonomi 2010, dinilai kurang tepat oleh pelaku pasar mengingat potensi inflasi yang menguat tahun ini serta yag lebih mengancam adalah masalah perdagangan bebas antara China dan ASEAN yang berpotensi memukul daya beli masyarakat domestik.

Daya beli domestik yang melemah ditambah dengan potensi BI rate yang akan dinaikkan pada tahun ini darilevel saat ini 6,5%, akan meningkatkan NPL (Non Performing Loan) perbankan.

Kekhawatiran melemahnya daya beli domestik tersebut yang memicu koreksi pada saham-saham di sektor perbankan dan infrastruktur serta agribisnis.

Saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah 1,38%, saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 1,09%, dan saham Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) melemah sebesar 0,69%.
Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 10 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 akhirnya bergerak rebound pada perdagangan Selasa kemarin oleh faktor harga saham yang telah oversold. Indeks ditutup di level 227,87 menguat 0,87% dari posisi penutupan awal pekan ini.

Penguatan indeks BISNIS-27 ditopang oleh aksi beli investor domestik yang membeli saham di saat kondisi harga yang cukup murah. Dari sentimen luar negeri, adanya spekulasi penanganan krisis surat utang Yunani mendapat respon positif dari investor di bursa regional Asia Pasifik, indeks Hang Seng menguat 1,22% dan indeks STI Singapura naik 1,91% memberikan sentimen positif untuk perdagangan saham indeks BISNIS-27.

Harga minyak dunia juga bergerak menguat tipis ke level US$72,19 per barel, setelah kemarin melemah ke level US$71 per barel.

Beberapa saham yang diminati investor pada perdagangan kemarin di antaranya saham sektor perbankan dan industri dasar. Saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,16% dan saham Bank Negara Indonesia TBK (BBNI) menguat 2,25%. Kedua saham bank tersebut bergerak positif dipengaruhi rencana divestasi saham pemerintah di kedua bank plat merah tersebut.

Saham bank lainnya yang menguat adalah saham Bank Danamon Tbk (BDMN) sebesar 2,29% dan saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 1,66%. Dari sektor industri dasar, saham Semen Gresik Tbk (SMGR) naik 3,31% dan saham Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) menguat 2,7%.

Investor tampak masih ragu-ragu atau memilih wait and see terhadap saham pertambangan khususnya batu bara dan emiten logam, yang pergerakannya sangat sensitif dengan harga minyak dunia, perkembangan ekonomi global dan pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia seperti euro dan yen. Saat ini, seiring munculnya krisis surat utang di negara zona euro yaitu Yunani, Spanyol, dan Portugal, dolar AS menguat atas euro. Dampaknya adalah harga minyak mengalami koreksi akibat tekanan jual seiring penguatan dolar AS tersebut.

Saham Adaro Energy Tbk (ADRO) masih tertekan 0,54% dan saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun 1,52% dan saham Bayan Resources Tbk (BYAN) terkoreksi sebesar 0,88%.
Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 9 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 terpuruk ke level terendahnya sejak awal tahun ini dipicu aksi jual oleh motif cut loss investor di hampir seluruh konstituen BISNIS-27. Indeks BISNIS-27 ditutup di level 225,98 melemah 1,87% dari posisi penutupan akhir pekan lalu.

Saham pertambangan dan energi mendominasi koreksi indeks BISNIS-27 yang ditekan aksi jual investor asing seiring level rupiah yang melanjutkan depresiasi terhadap dolar AS ke level Rp9.410 per US$. Dari luar negeri, harga minyak dunia juga masih sulit naik dari level US$71 per barel, sehingga menambah sentimen negatif bagi saham pertambangan dan energi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Indeks BISNIS-27 tertekan oleh pesimisme investor terhadap pemulihan harga minyak dunia dan perkembangan perbaikan ekonomi global yang dinilai masih jauh dari harapan. Krisis surat utang yang melanda beberapa negara zona euro seperti Yunani, Spanyol, dan Portugal, memperkuat posisi dolar AS terhadap euro. Penguatan dolar AS tersebut memicu aksi jual terhadap kontrak harga minyak dunia, sehingga harga minyak dunia melemah ke level US$71 per barel. Harga batubara di Newcastle Australia pun anjlok 6,8% ke level US$ 91,83 per ton.

Melemahnya harga minyak dunia dan aksi jual secara signifikan yang dilakukan oleh investor asing disebakan karena mereka memilih untuk memegang dolar AS, membuat harga saham pertambangan dan energi para konstituen BISNIS-27 semakin terperosok. Motif cut loss dan adanya transaksi marjin memicu aksi jual investor atas saham-saham selain pertambangan dan energi seperti saham perbankan, infrastruktur dan konsumsi.

Namun, menjelang penutupan sesi II perdagangan Senin kemarin, beberapa saham pertambangan seperti Bayan Resources Tbk (BYAN) dan International Nickel Indonesia Tbk (INCO) bergerak menguat. Investor tampak mulai kembali masuk ke bursa seiring harga saham dan posisi indeks BISNIS-27 yang berada di posisi oversold.

Senin, Februari 08, 2010

Ulasan Sepekan Indeks BISNIS-27 edisi 8 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Pekan kemarin menjadi pekan koreksi paling dalam bagi indeks BISNIS-27 sejak awal tahun ini. indeks terkoreksi 4,36% mengkonfirmasi tren bearish yang terbentuk sejak pekan ketiga Januari lalu. Sektor pertambangan dan perbankan menjadi penekan utama indeks BISNIS-27 selama sepekan kemarin.

Di awal pekan, sentimen koreksi dipicu oleh kebijakan China yang akan memperketat penyaluran kredit perbankannya dengan menaikkan GWM (GIro Wajib Minimum) agar ekonomi negara tersebut terhindar dari overheating. Selain itu, investor juga mengkhawatirkan dampak perdagangan bebas China-ASEAN bagi ekonomi domestic yang akan merugikan atau menurunkan daya beli masyarakat menengah-bawah dengan kegiatan ekonomi di sektor informal. Sejak Senin hingga Selasa, indeks terkoreksi sebesar 1,47%

Di perdagangan hari ketiga, Rabu (3/2), investor kembali masuk dengan memburu saham-saham pertambangan setelah tersiar kabar Aneka Tambang Tbk (ANTM) akan mengakuisisi tambang batu bara bersaing dengan Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) dan Timah Tbk (TINS).

Menjelang akhir pekan, indeks kembali terkoreksi dipicu oleh sentimen negatif pergerakan indeks DJIA dan indeks regional Asia Pasifik. Pada penutupan Kamis (4/2), indeks terkoreksi sebesar 0,57%.

Koreksi indeks yang sangat signifikan terjadi pada perdagangan Jumat pekan kemarin, indeks BISNIS-27 terkoreksi sebesar 3,11% yang dipengaruhi oleh panic selling investor. Penjualan besar-besaran tersebut dipicu oleh penguatan dolar AS yang diprediksi akan menekan harga emas dan minyak.

Penguatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang kuat dunia terutama terhadap euro disebabkan karena investor mengkhawatirkan krisis surat utang Yunani, Spanyol, dan Portugal, sehingga investor cenderung memilih dolar AS sebagai “save heaven”. Keputusan investor tersebut akan menekan harga komoditas minyak dan emas yang selama ini menguat karena dolar AS yang melemah serta motif hedging investor.

Akibat aksi jual Jumat kemarin, posisi rupiah semakin terdepresiasi ke level Rp9.410 per US$.

Jumat, Februari 05, 2010

Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 5 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 kembali terkoreksi sebesar 0,57% ditutup di level 237,69 pada perdagangan Kamis kemarin. Pelemahan indeks didominasi oleh koreksi saham infrastruktur dan perbankan.

Tekanan jual pada indeks BISNIS-27 dipengaruhi oleh indeks Dow Jones (DJIA) yang mengalami koreksi sebesar 0,26% pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat. Koreksi pada indeks DJIA kemudian diikuti oleh koreksi pada indeks regional Asia Pasifik.

Indeks Nikkei-225 turun 0,46%, indeks STI Singapura melemah 0,72% dan indeks Hang Seng terkoreksi 1,84%.

Dari sektor perbankan, saham Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 2,09%, saham Bank Danamon Tbk (BDMN) melemah 2,07%, saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terkoreksi 1,99% dan saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 1,07%.

Sedangkan dari sektor infrastruktur, saham Indosat Tbk (ISAT) turun 2,8%, saham Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) terkoreksi 1,07% dan saham Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) melemah 0,67%.

koreksi saham infrastruktur dan perbankan lebih disebabkan aksi ambil untung jangka pendek (profit taking) investor yang dipengaruhi oleh pergerakan negatif bursa regional. Selain itu, investor cenderung melepas saham-saham yang berbasis daya beli dan apresiasi rupiah karena ruang penguatan rupiah diprediksi akan semakin kecil dari level Rp9.300 per US$ hingga akhir triwulan I/2010.

Secara fundamental, saham PGAS masih menyimpan sentimen positif setelah membukukan kenaikan laba bersih sebesar 688,81% di tahun 2009 yang didorong oleh peningkatan signifikan produksi gas. Selain itu, PGAS juga sedang menyusun rencana untuk mengakuisisi beberapa tambang gas dengan menyiapkan dana sebesar Rp3,4triliun.

Kamis, Februari 04, 2010

Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 4 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks kembali mencetak rebound pada perdagangan Rabu kemarin (3/2) sebesar 0,75% menutup koreksi tiga hari terakhir penutupan indeks sejak akhir pekan lalu. Indeks ditutup di level 239,04 ditopang oleh saham-saham pertambangan.

Rencana aksi korporasi Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang ingin mengakuisisi pertambangan batu bara bersaing dengan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) dan Timah Tbk (TINS), mendongkrak saham ANTM ke level Rp2.100 per saham atau naik 2,44% dari posisi penutupan sehari sebelumnya. Saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) bergerak naik ke level Rp16.900 atau naik 2,42%.

Rencana ANTM tersebut memberikan sentimen positif di sektor pertambangan dan energi yang juga di pengaruhi faktor oversold dalam koreksi tiga hari sebelumnya menjadikan saham-saham pertambangan berposisi buy. Selain itu, kenaikan saham-saham pertambangan dan energi terkait harga minyak dunia yang bergerak positif ke level US$77,9 per barel dan harga emas dunia yang mencapai level US$1.121 per ounce.

Penopang indeks BISNIS-27 juga berasal dari sektor infrastruktur dan juga perbankan. Saham Indosat Tbk (ISAT) menguat 2,88% ke level Rp5.350, saham Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) menguat 0,54% ke posisi Rp9.350 dan saham Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menguat 0,68% ke level Rp3.725 per saham. Naiknya saham infrastruktur ditopang oleh faktor harga yang cukup murah oleh tren koreksi sejak pekan ketiga Januari lalu.

Saham-saham perbankan yang bergerak naik di antaranya saham Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) sebesar 2,6% ke level Rp790 per saham dan saham Bank Danamon Tbk (BDMN) sebesar 2,12% ke level Rp4.825 per saham. Saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik tipis sebesar 0,54% ke level Rp4.675 per saham.

Minat beli investor terkerek oleh sentimen positif indeks Dow Jones (DJIA) yang ditutup menguat 1,09% yang ditopang oleh penjualan rumah di AS yang menunjukkan kinerja positif. Posisi penutupan indeks DJIA Selasa waktu setempat dikuti juga dengan pergerakan positif indeks regional Asia Pasifik. Indeks Hang Seng naik 2,22%, indeks STI Singapura naik 1,62% dan indeks Nikkei-225 menguat 0,32%.

Rabu, Februari 03, 2010

Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 3 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 ditutup melemah tipis pada perdagangan hari kedua pekan ini. Indeks ditutup di level 237,25 melemah 0,11% dari posisi penutupan Senin kemarin. Tekanan indeks berasal dari saham-saham infrastruktur dan perbankan yang dipicu oleh laju inflasi yang menguat Januari kemarin sebesar 0,84% dan nilai rupiah yang belum mengindikasikan tren penguatan dari level Rp9.300 per US$.

Investor mengkhawatirkan dampak perdagangan bebas antara ASEAN dengan China yang akan memukul industri dalam negeri Indonesia, yang lebih lanjut akan meningkatkan angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan menaikkan jumlah pengangguran. Daya beli masyarakat akan terancam melemah dan menaikkan NPL (Non Performing Loan) perbankan karena turunnya kegiatan produksi dan kemampuan perusahaan dalam negeri untuk menghasilkan keuntungan.

Saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) melemah 0,53%, saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 1,55%, dan saham Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) melemah 1,28%. Saham Indosat Tbk (ISAT) melemah 3,7% dan saham Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) bergerak melemah sebesar 0,67%.

Di sisi lain, saham pertambangan batu bara mulai bergerak menguat seperti saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang mulai rebound sebesar 0,64% dan saham Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar 0,54%. Harga minyak dunia mulai bergerak menguat menembus level US$75 per barel dan harga emas dunia berhasil menembus level US$1.100 per ounce.

Investor juga mendapat sentimen positif dari indeks Dow Jones (DJIA) yang ditutup menguat 1,17% pada perdagangan awal pekan waktu setempat. Kenaikan indeks DJIA kemudian direspon positif oleh indeks regional Asia Pasifik seperti indeks Nikkei-225 yang menguat 1,63% dan indeks Hang Seng yang menguat 0,14%.

Selasa, Februari 02, 2010

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 2 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Indeks BISNIS-27 bergerak melemah di perdagangan awal pekan ini sekaligus mengawali perdagangan Februari ini. Indeks BISNIS-27 pada Senin kemarin ditutup kembali terkoreksi di level 237,51 atau melemah 1,36% dibandingkan dengan posisi penutupan akhir pekan lalu. Tekanan pada indeks didominasi oleh koreksi pada saham pertambangan dan perbankan.

Saham Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 2,12%, Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun 2,35%, International Nickel Indonesia Tbk (INCO) turun 2,1%, saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) turun 2,91%. Dari sektor perbankan, saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 3%, saham Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) turun 2,5%, saham Bank Danamon Tbk (BDMN) turun 4,21%, dan saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 1,31%.

Saham pertambangan batu bara dan logam mulia termasuk nickel tertekan oleh minimnya sentimen positif yang dapat memberikan sinyal perbaikan ekonomi dunia. Harga minyak masih tidak beranjak di level US$73 per barel sejak akhir pekan lalu. Koreksi indeks DJIA pada penutupan perdagangan akhir pekan waktu setempat memicu aksi jual investor asing atas saham pertambangan di Bursa Efek Indonesia khususnya yang menjadi konstituen BISNIS-27. Indeks DJIA ditutup melemah 0,52% di level 10.067,33.

Investor juga masih mengkhawatirkan dampak pengetatan moneter China serta defisit AS yang diperkirakan akan mencapai US$1,6 miliar pada 2010. Sentimen negatif lainnya berasal dari sejumlah produsen otomotif dunia yang melakukan penarikan produk secara massal.

Koreksi pada sektor perbankan dipicu oleh kenaikan laju inflasi Januari sebesar 0,84% yang menjadikan inflasi tahunan (yoy) sebesar 3,72%. Naiknya laju inflasi di awal tahun ini, dikhawatirkan akan menaikkan level BI rate dari level sekarang yaitu 6,5%, yang telah bertahan sejak pertengahan kuartal III/2009 lalu atau enam bulan terakhir.

Senin, Februari 01, 2010

Ulasan Sepekan Indeks BISNIS-27 edisi 1 Februari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Indeks BISNIS-27 akhirnya ditutup menguat tipis di akhir pekan kemarin sebesar 0,01% dibandingkan penguatan akhir pekan sebelumnya. Indeks BISNIS-27 ditutup di level 240,78 pada Jumat (29/1) sekaligus sebagai posisi akhir Januari 2010. Selama perdagangan bulan pertama 2010, indeks BISNIS-27 berhasil menguat 2,13% dari posisi penutupan akhir 2009 yaitu 235,75.

Selama sepekan terakhir, indeks mengalami banyak tekanan dan tercatat selama tiga hari pertama yaitu Senin hingga Rabu, indeks terkoreksi 1,97%. Pada Kamis, indeks mengalami rebound 2,31%, namun kembali terkoreksi pada Jumat sebesar 0,28%.

Koreksi indeks didominasi oleh saham-saham komoditas terutama pertambangan batu bara yang disebabkan ekspektasi pelambatan pertumbuhan harga minyak dunia akan berlanjut hingga semester II/2010. Hal tersebut dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi global terutama dari Amerika Serikat dan China. Kebijakan China yang membatasi penyaluran kredit perbankan melalui kenaikan GWM (Giro Wajib Minimum) pekan sebelumnya masih memberikan pengaruh negatif bagi perdagangan pekan kemarin. Harga minyak dunia tertekan ke level US$73 per barel akibat ekspektasi permintaan energi yang melambat di China.

Pengetatan likuiditas seiring dengan rencana Presiden AS Barrack Obama pekan sebelumnya untuk membatasi kegiatan pembelian asset dan saham oleh industri perbankan masih direspon negatif oleh pelaku pasar. Likuiditas ke bursa saham akan menyusut, sehingga akan mengurangi frekuensi perdagangan di New York Stock Exchange (NYSE) dan bursa global. Pekan kemarin, laporan keuangan beberapa perusahaan teknologi di AS seperti Motorola dan Qualcomm melaporkan kinerja yang negatif pada kuartal IV/2009 dan menambah tekanan pada indeks DJIA.

Sepanjang pekan kemarin, investor cenderung untuk keluar dari Bursa Efek Indonesia (BEI) sejenak dengan mangambil posisi wait and see terhadap faktor perkembangan ekonomi global. Harga minyak dunia yang masih sulit bergerak dari US$73 per barel dan harga emas dunia yang masih stabil di bawah level US$1.100 per ounce belum menggerakan minat investor untuk kembali masuk ke bursa saham.

Di sisi lain, investor di BEI lebih memilih untuk mengkoleksi saham-saham yang didukung oleh kekuatan daya beli dalam negeri seperti Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM ) dan saham perbankan seperti bank Central Asia Tbk (BBCA) serta Bank CIMB-Niaga Tbk (BNGA). Faktor kestabilan rupiah yang didukung oleh intervensi Bank Indonesia ketika rupiah mengalami depresiasi pada pekan kemarin karena aksi jual investor asing, menjaga optimisme investor terhadap kestabilan rupiah terhadap dolar AS di level Rp9.300 per US$ hingga akhir kuartal I/2010. Oleh karena itu, ancaman imported inflation akan berkurang dan laju inflasi akan tetap rendah. Investor pun optimis bahwa BI rate akan terjaga di level 6,5% untuk Februari mendatang, sehingga saham-saham perbankan bergerak menguat pada pekan kemarin untuk mengantisipasi posisi BI rate tersebut.

Jumat, Januari 29, 2010

Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 29 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Pembalikan arah indeks BISNIS-27 akhirnya terjadi pada perdagangan Kamis kemarin dengan kenaikan sebesar 2,31% di level 241,47 setelah indeks terkoreksi sebesar 4,6% sejak Kamis pekan lalu hingga perdagangan Rabu pekan ini. Rebound indeks kemarin ditopang sentimen positif dari indeks DJIA dan indeks regional Asia Pasifik seperti Hang Seng, Nikkei-225 dan STI Singapura.

Indeks DJIA ditutup menguat 0,41% pada perdagangan rabu waktu setempat, indeks Hang Seng menguat 1,61%, indeks Nikkei-225 menguat 1,58% dan indeks STI Singapura menguat 1,9%. Dari dalam negeri, tindakan Bank Indonesia melepas dolar As untuk menjaga stabilitas rupiah disambut positif oleh investor Bursa Efek Indonesia.

Penguatan indeks DJIA dan regional merembet ke bursa komoditas minyak dan emas yang bergerak positif di level US$73,95 per barel dan US$1.089 per ounce. Naiknya indeks DJIA dianggap sebagai sinyal positif perbaikan ekonomi di negara tersebut yang tentunya akan bedampak positif bagi negara-negara Asia Pasifik yang bermitra dagang utama dengan Amerika Serikat (counterpart). Sinyal positif tersebut segara mengimbas bursa komoditas energi dan logam mulia yaitu minyak dan emas yang terdongkrak oleh motif lindung nilai.

Saham-saham pertambangan batu bara menjadi penggerak utama indeks BISNIS-27 kemarin. Saham Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 3,26%, saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 5,17%. Faktor oversold saham-saham pertambangan juga menjadi pemicu aksi beli investor terhadap saham-saham di sektor tersebut.

Selain itu, saham Astra Internasional Tbk (ASII) menguat 4,8% dan Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) menguat 5,8% oleh ekspektasi laju inflasi yang terkendali Januari ini dan level BI rate yang akan dipertahankan di level 6,5%, sehingga suku bunga kredit konsumsi perbankan untuk kepemilikan kendaraan tidak terancam naik. Di sisi lain, rupiah stabil di level Rp9.200 hingga Rp9.300 per US$ serta ada intervensi Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan rupiah di level tersebut. Rupiah yang stabil akan menjaga harga jual kendaraan baik roda dua maupun roda empat untuk tidak mengalami kenaikan.

Kamis, Januari 28, 2010

Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 28 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 melanjutkan tren koreksinya untuk hari kelima sejak Kamis pekan lalu. Pada perdagangan kemarin, indeks ditutup melemah 0,53% di level 234,98. Indeks BISNIS-27 telah terkoreksi sebesar 4,6% dalam lima hari perdagangan terakhir.

Faktor sentimen negatif rencana kebijakan China yang akan mengurangi penyaluran kredit perbankan untuk mencegah overheat ekonominya dan juga rencana pemerintahan Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk membatasi proprietary trading perbankan berupa pembelian asset atau saham yang bertujuan keuntungan jangka pendek, menjadi pemicu koreksi bursa saham NYSE (New York Stock Exchange) dan juga regional Asia Pasifik dalam beberapa hari terakhir ini.

Indeks Dow Jones (DJIA) turun 3,86% sejak Kamis pekan lalu hingga perdagangan Selasa waktu setempat. Indeks regional Asia Pasifik, Nikkei-225 turun 4,52% sejak Kamis pekan lalu hingga Rabu kemarin, begitu juga dengan indeks Hang Seng yang turun 5,89% dan STI Singapura yang turun 6,46%. Rencana Obama tersebut dipandang sebagai pengetatan likuiditas dolar AS dari industri perbankan negara tersebut ke bursa saham dan komoditas.

Tekanan jual pada konstituen indeks BISNIS-27 dipimpin oleh saham-saham komoditas. Harga minyak dunia merosot ke level US$74,7 per barel sebagai respon dari rencana kebijakan China dan AS tersebut. Saham Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 2,13%, saham Bayan Resources Tbk (BYAN) turun 1,77%, dan saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) turun 2,66%. Namun, harapan membaiknya indeks BISNIS-27 masih ada dengan minat beli investor yang masih kuat pada saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan International Nickel Indonesia Tbk (INCO). Saham ITMG naik 3,4% kemarin dan saham INCO naik tipis 0,7%. Selain itu, saham Astra Internasional Tbk (ASII) naik 1,48% dan saham Gudang Garam Tbk (GGRM) naik 0,86%.

Indeks BISNIS-27 juga tertekan oleh koreksi saham-saham perbankan yang dipicu antisipasi investor menjelang pengumuman inflasi Januari pada pekan depan. Saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 1,56%, saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 1,09%, saham Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 1,05%, saham Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) turun 1,22%, saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 0,66%, saham Bank Niaga Tbk (BNGA) turun 1,37%, dan saham Bank Danamon Tbk (BDMN) turun 0,51%.

Rabu, Januari 27, 2010

“Setahun pertama indeks BISNIS-27, menguat karena minyak dan emas”

Sejak 27 Januari 2009, indeks BISNIS-27 resmi menjadi pelengkap indeks saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan saat ini merupakan usia yang pertama bagi indeks BISNIS-27 dalam berkontribusi dan menambah referensi arahan bagi investor untuk berinvestasi di BEI.

Kinerja cukup baik berhasil dibukukan indeks BISNIS-27 di tahun pertamanya dengan mencatat pertumbuhan sebesar 78,5% hingga akhir perdagangan 2009 ditutup di level 235,75. Sejak awal 2010 hingga memasuki pekan ketiga bulan ini tepatnya pada Rabu (20/1), indeks mencatat kenaikan sebesar 4,94% ke level 247,40.

Kenaikan indeks BISNIS-27 dan pergerakannya yang berada dalam tren positif selama setahun terakhir didukung oleh seleksi pemilihan konstituen yang cukup ketat dengan memperhatikan faktor teknis harga saham, fundamental konstituen, dan juga pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) melalui proses pertimbangan komite indeks BISNIS-27.

Minyak dunia

Bila ditelaah lebih lanjut dari sisi makroekonomi, ada beberapa variabel yang memberikan sentimen cukup kuat dalam menopang kinerja indeks BISNIS-27 sepanjang 2009, di antaranya adalah harga minyak dunia. Pergerakan harga minyak dunia yang sempat menyentuh level terendahnya yaitu US$48,11 per barel pada 18 Februari 2009 (turun 67,3% dari posisi tertinggi US$147 per barel pada Juli 2008), memberikan optimisme bagi pelaku pasar terhadap pemulihan ekonomi global yang diharapkan akan lebih cepat pulih dari krisis likuiditas 2008.

Posisi harga minyak yang rendah akan menjaga daya beli emerging market yang menjadi penopang utama pasar dunia di saat AS dan negara maju lainnya mengalami pengetatan likuiditas. Selain itu, harga minyak dunia seolah-olah “dijaga” oleh pelaku pasar di level rendah agar perekonomian emerging market seperti Indonesia memiliki daya beli yang tetap kuat dibandingkan dengan negara-negara yang terkena dampak langsung krisis likuiditas. Upaya tersebut terlihat dari posisi harga minyak yang relatif berada di level US$74 hingga US$83,75 per barel (level tertinggi 2009, data Bloomberg) sepanjang Oktober-Desember 2009.

Apresiasi rupiah, inflasi dan BI rate

Keberhasilan menjaga daya beli emerging market, berhasil diwujudkan oleh laju inflasi Indonesia yang bergerak turun sepanjang 2009 dari sebesar 11,06% pada Desember 2008 menjadi sebesar 2,78% pada Desember 2009. Sejalan dengan laju inflasi yang menurun, Bank Indonesia pun menurunkan BI rate hingga ke level 6,5%, dari posisi awal 2009 yang sebesar 8,75%.

Sentimen turunnya BI rate diikuti oleh naiknya minat beli atas saham-saham yang berkorelasi positif dengan daya beli seperti saham perbankan, otomotif, dan barang konsumsi.

Pergerakan indeks BISNIS-27 sepanjang 2009 juga diwarnai oleh melemahnya dolar AS terhadap sejumlah mata uang kuat dunia sepeti euro dan yen, tidak ketinggalan mata uang rupiah ikut terapresiasi sebesar 15,4% sepanjang 2009 ditutup di level Rp9.403 (data Bloomberg).

Melemahnya dolar AS dipicu oleh kebijakan suku bunga rendah The Fed untuk memompa dan menjaga daya beli masyarakat AS agar tidak semakin tertekan oleh bunga kredit yang tinggi, hingga akhir 2009 suku bunga The Fed masih bertengger di level 0,25%. Suku bunga The Fed yang rendah pada akhirnya memicu aliran dolar AS ke kawasan yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, meskipun dengan risiko lebih tinggi (high risk high return), terutama menuju kawasan emerging market.

Lonjakan harga emas

Selain itu, depresiasi dolar AS meningkatkan minat beli emas yang melonjak cukup tinggi sepanjang 2009. Pada 2009, harga emas mencapai posisi tertinggi di level US$1.227,5 per ounce pada 3 Desember 2009. Kenaikan harga emas dipandang sebagai tingginya motif investasi di komoditas emas sebagai instrumen lindung nilai (hedging) oleh pelaku pasar global. Lebih lanjut, muncul semacam optimisme perbaikan ekonomi dunia di tahun 2010 yang akan ditandai dengan meningkatnya laju inflasi global. Emas dijadikan instrumen hedging menggantikan minyak, karena pelaku pasar masih mengutamakan kestabilan harga minyak di kawasan emerging market dalam hal menjaga daya beli di kawasan tersebut.

Dengan ekspektasi kenaikan laju inflasi global di 2010 karena membaiknya perekonomian dunia, kenaikan harga emas menjadi pemicu naiknya indeks BISNIS-27 yang diikuti juga dengan makin derasnya aliran hot money ke Indonesia.

Memasuki awal 2010, indeks BISNIS-27 melanjutkan kinerja signifikan yang terlihat pada pekan ketiga Januari, ketika indeks ditutup di posisi 247,40, Rabu (20/1). Sedangkan harga minyak masih bergerak fluktuatif dalam kisaran US$79 – US$83 per barel, mengindikasikan pelaku pasar sangat menjaga daya beli emerging market termasuk Indonesia. Di sisi lain, harga emas bergerak di kisaran US$1.090 hingga ke level US$1.141 per ounce dengan tren positif sebagai dampak beralihnya investasi hedging pelaku pasar global dari minyak ke komoditas tersebut.

Rupiah pun melanjutkan apresiasi ke level Rp9.153 per US$ pada pekan kedua Januari atau menguat 2,65% dari posisi penutupan akhir 2009, meskipun sedikit mengalami koreksi pada pekan ketiga Januari ke level Rp9.230 per US$ karena aksi ambil untung jangka pendek dan sentimen negatif kebijakan bank sentral China untuk memperketat penyaluran kredit perbankannya.

Semoga awalan yang cukup baik di 2010 akan membawa indeks BISNIS-27 kembali mengukir prestasi yang positif sepanjang tahun ini. Selamat berinvestasi

Selasa, Januari 26, 2010

Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 26 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Koreksi indeks BISNIS-27 masih berlanjut di awal pekan ini. Indeks BISNIS-27 bergerak turun ke level 238,75 atau posisi penutupan terendah sejak awal 2010. Pada penutupan kemarin, indeks melemah 0,83%.

Tekanan dari indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan indeks regional Asia Pasifik seperti Hang Seng, Nikkei-225 dan STI Singapura masih menjadi penggerak utama koreksi indeks BISNIS-27 pada perdagangan kemarin. Indeks DJIA ditutup melemah sebesar 2,09% pada perdagangan akhir pekan lalu waktu setempat. Indeks Hang Seng melemah 0,62%, indeks Nikkei-225 turun 0,74% dan indeks STI Singapura turun 0,28% di awal pekan ini.

Sentimen negatif berasal dari kebijakan China untuk meningkatkan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankannya untuk menghindari overheating pada ekonominya, serta rencana Presiden AS Barack Obama untuk membatasi proprietary trading perbankan berupa pembelian asset atau saham yang bertujuan keuntungan jangka pendek. Aturan Obama tersebut dipandang sebagai pengetatan likuiditas dolar AS dari industri perbankan negara tersebut ke bursa saham dan komoditas.

Dampak lebih lanjut akibat rencana AS dan China tersebut, harga komoditas favorit seperti minyak kembali tertekan ke level US$74,28 atau turun 2,36% dari posisi Kamis (21/1). Namun, harga emas dunia menguat menembus level US$1.100 per ounce. Pergerakan harga komoditas minyak mengindikasikan bahwa, pergerakan hedge fund yang relatif jangka pendek di bursa komoditas minyak juga akan cenderung melemah dan mengakibatkan tingkat fluktuasi harga minyak cenderung lebih rendah atau relatif stabil. Harga minyak akan semakin lama berada di bawah level resistensi US$82 per barel. Selain faktor likuiditas yang diperketat, kekhawatiran turunnya daya beli emerging market bila harga minyak dunia mencapai US$90 per barel juga menjadi penghambat minat beli investor di bursa minyak.

Sebaliknya, harga emas kembali menguat ditopang oleh peralihan dana bursa saham yang bergerak keluar dalam dua hari terakhir sejak Kamis pekan lalu. Investor cenderung memilih investasi yang relatif aman dan memliki tren positif sepanjang tahun.

Koreksi di Bursa Efek Indonesia dalam tiga hari terakhir sejak Kamis pekan lalu, disebabkan beralihnya dana asing ke bursa komoditas emas. Oleh karena itu, rupiah pun cenderung melemah dalam tiga hari terakhir dan pada perdagangan kemarin rupiah ditutup di level Rp9.348 per US$ dari posisi Rp9.305 per US$ pada Kamis (21/1).

Konstituen BISNIS-27 yang terkoreksi di antaranya Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sebesar 4,57%, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) sebesar 2,03%, Astra Internasional Tbk (ASII) sebesar 1,18%. Dari sektor perbankan, koreksi tertinggi dialami oleh saham Bank Danamon Tbk (BDMN) sebesar 6,19% terkait pengunduran diri Direktur Utama Bank Danamon Tbk Sebastian Paredes.

Posisi indeks BISNIS-27 yang terendah sejak awal 2010 pada penutupan kemarin, membawa indeks berada di posisi oversold yang membuka peluang beli. Koreksi sepanjang tiga hari terakhir telah memangkas return indeks sebesar 3,5%.

Senin, Januari 25, 2010

Ulasan Indeks BISNIS-27 Sepekan edisi 25 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Pekan kemarin merupakan koreksi pertama indeks BISNIS-27 dalam hitungan mingguan yang menekan indeks sebesar 1,64% ditutup di level 240,75. Tekanan indeks dipengaruhi sentimen dari luar Bursa Efek Indonesia yang menyebabkan aksi jual saham dengan motif ambil untung dan antisipasi kerugian lebih lanjut (cut loss).

Di awal pekan, koreksi indeks disebabkan sentimen negatif harga minyak dunia yang bergerak melemah ke level US$77,95 per barel serta harga emas yang melemah ke level US$1.130 per ounce. Melemahnya harga kedua komoditas utama itu menyebabkan indeks Dow Jones (DJIA), Hang Seng dan Nikkei-225 bergerak melemah dan memberikan sentimen negatif pada investor dalam negeri. Harga minyak dunia yang melemah memberikan indikasi melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia dan menurunkan ekspektasi pendapatan emiten tambang seiring melonjaknya harga minyak dunia.

Indeks kemudian bergerak menguat selama dua hari berturut-turut yaitu Selasa dan Rabu, dengan kenaikan masing-masing 0,96% dan 0,21%. Kenaikan indeks yang melemah pada Rabu sebesar 0,21% mengindikasikan investor masih diliputi kekhawatiran terhadap koreksi harga minyak dunia menyusul munculnya perkembangan dari Japan Airlines yang mengajukan pailit

Indeks BISNIS-27 kembali terkoreksi pada Kamis sebesar 1,43% oleh aksi ambil untung investor merespon rencana kebijakan bank sentral China untuk membatasi kredit perbankan dengan menaikkan reserve requirement (Giro Wajib Minimum/GWM). Kebijakan tersebut ditujukan untuk menahan laju pertumbuhan ekonomi China yang dikhawatirkan akan overheating. Pertumbuhan ekonomi China yang melambat dikhawatirkan akan mempengaruhi tren positif lonjakan harga komoditas, terutama minyak dan batu bara.

Sentimen negatif juga berasal dari indeks DJIA yang ditutup melemah 1,14% pada perdagangan Rabu waktu setempat sebagai dampak dari kinerja negatif beberapa emiten seperti International Business Machines Corp (IBM), CSX Corp dan Morgan Stanley untuk periode kuartal IV/2009.

Di akhir pekan, tekanan pada indeks semakin bertambah oleh rencana Presiden AS Barack Obama untuk membatasi ekspansi institusi keuangan di AS yang tentunya akan mempengaruhi likuiditas perusahaan hedge fund. Dengan begitu, likuiditas yang mengalir di bursa komoditas seperti minyak dan emas akan berkurang. Di akhir pekan kemarin, indeks BISNIS-27 mengalami koreksi sebesar 1,28% membawa indeks ditutup di level 240,75.

Jumat, Januari 22, 2010

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 22 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 terhempas cukup kuat sepanjang perdagangan Kamis kemarin dan ditutup melemah 1,43% atau 3,53 poin ke level 243,87. Sentimen negatif indeks Dow Jones (DJIA) yang diikuti oleh koreksi indeks regional Asia Pasifik seperti Hang Seng dan STI Singapura, memicu tekanan koreksi indeks BISNIS-27. Indeks Hang Seng turun 1,99%, indeks STI Singapura turun 1,46%.

Indeks DJIA melemah 1,14% sebagai dampak dari kinerja negatif beberapa emiten seperti International Business Machines Corp (IBM), CSX Corp dan Morgan Stanley untuk periode kuartal IV/2009. Selain itu, penguatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang seperti euro dan yen memicu aksi ambil untung di bursa komoditas minyak dan emas yang menekan harga kedua komoditas tersebut. Sebagai dampaknya, saham Exxon Mobil Corp dan Newmont Mining Corp ikut terkoreksi dan menambah tekanan pada DJIA.

Di samping itu, koreksi indeks DJIA, Hang Seng dan STI Singapura, juga dipicu oleh rencana kebijakan bank sentral China untuk membatasi kredit perbankan dengan menaikkan reserve requirement (Giro Wajib Minimum/GWM). Kebijakan tersebut sebagai respon menahan laju pertumbuhan ekonomi China yang dikhawatirkan akan overheating.
Namun, oleh pelaku pasar global, kebijakan tersebut dinilai sebagai kebijakan yang kontra dengan pemulihan bursa saham yang selama ini ditopang dengan kenaikan harga komoditas seperti minyak dunia dan batu bara.

Pemulihan bursa saham emerging market dari krisis likuiditas 2008 lebih banyak didominasi oleh ekspektasi tingginya permintaan bahan bakar di China, setelah AS mengalami pengetatan likuiditas.

Beberapa sentimen negatif tersebut memicu aksi ambil untung di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan pelaku pasar di BEI memilih wait and see sejenak untuk melihat dampak dari kebijakan Bank Sentral China serta pergerakan harga minyak serta emas dunia.
Secara teknis, indeks BISNIS-27 sudah berada di areal oversold, sehingga cukup besar potensi untuk rebound di akhir pekan ini. Pergerakan indeks DJIA yang positif serta harga minyak dan emas yang positif akan menarik kembali dana investor masuk ke BEI.

Koreksi indeks kemarin, sebagian besar dipimpin oleh saham-saham pertambangan dan perbankan yang didominasi oleh aksi jual investor asing. Aksi ambil untung juga melanda saham ISAT yang kemarin mengalami koreksi 4,46% setelah sejak Kamis pekan lalu hingga awal pekan ini melonjak 19,58% karena isu pergantian direksi.

Saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan International Nickel Indonesia Tbk (INCO) turun 2,2% dan 2,65%. Saham Perbankan yaitu saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 3,47% dan 3,09%.

Kamis, Januari 21, 2010

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 21 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit


Indeks BISNIS-27 bergerak menguat di tengah kepungan koreksi saham-saham pertambangan dan indeks saham regional seperti Nikkei-225, Hang Seng, dan STI Singapura. Indeks BISNIS-27 Rabu kemarin ditutup menguat tipis 0,21% di level 247,4.

Sektor perbankan dan barang konsumsi menjadi penopang utama penguatan indeks kemarin, ditopang harapan laju inflasi yang terkendali seiring tekanan yang terus-menerus pada harga minyak dunia yang kemarin kembali turun 0,61% ke level US$78,7%. Saham Bank Danamon Tbk (BDMN) membukukan kenaikan tertinggi di antara konstituen BISNIS-27 diikuti oleh saham Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN). Saham BDMN naik 5,88% ke level Rp5.400 dan saham PNBN naik 5% ke level Rp840. Selain itu, saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,51% ke level Rp5.050 setelah kondisi harga berada di posisi oversold sehari sebelumnya.

Saham Unilever Indonesia Tbk (UNVR), Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan saham Gudang Garam Tbk (GGRM) serentak bergerak menguat. Saham UNVR naik 3,1% ke level Rp11.650, saham INDF naik 0,66% ke level Rp3.800 dan saham GGRM naik 0,62% ke level Rp24.200.

Sedangkan saham pertambangan diwarnai aksi jual jangka pendek, terimbas koreksi harga minyak dunia dan aksi ambil untung pelaku pasar, termasuk investor asing. Saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) terkoreksi 2,25% ke level Rp2.175, saham Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 1,01% ke level Rp1.970, saham Bayan Resources Tbk (BYAN) turun 0,88% ke level Rp5.600, saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) turun ke level Rp17.900 dan saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO) turun 0,66% ke level Rp3.775. Sedangkan saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 1,79% ke level Rp34.150 setelah mencapai posisi oversold sehari sebelumnya.

Aksi ambil untung terhadap saham pertambangan juga dipicu menguatnya dolar AS terhadap rupiah sejak awal pekan ini dan kemarin rupiah semakin merosot ke level Rp9.330 per US$.

Rabu, Januari 20, 2010

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 20 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 naik 0,96% mengukir kembali posisi tertingginya di level 246,89 pada penutupan perdagangan Selasa (19/1), terdorong oleh saham-saham yang berkorelasi dengan daya beli, khususnya saham-saham perbankan. Saham Bank Danamon Tbk membukukan pertumbuhan tertinggi diantara konstituen BISNIS-27 lainnya yaitu sebesar 5,15% ke level Rp5.100.

Sentimen harga minyak dunia yang melemah ke level US$78,35 per barel menjadi penguat saham-saham perbankan, selain faktor kinerja emiten perbankan pada 2009 yang diyakini akan positif ditopang oleh apresiasi rupiah terhadap dolar AS sepanjang 2009 sebesar 15,4%. Saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 3,8% ke level Rp8.200 dan saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,04% ke level Rp4.850. Selain saham perbankan, saham Gudang Garam Tbk (GGRM) naik 3% ke level Rp24.050, saham Unilever Indonesia Tbk (UNVR) naik 2,73% ke level Rp11.300 dan saham Astra Internasional Tbk (ASII) naik 0,69% ke level Rp11.300.

Merosotnya harga minyak dan sikap waspada investor yang menantikan laporan keuangan perusahaan-perusahaan di AS, menyusul berita negatif pengajuan pailit perusahaan penerbangan Jepang Japan Airlines, menjadikan saham-saham pertambangan dalam negeri kurang agresif dalam menopang indeks BISNIS-27 kemarin. Berita negatif dari Japan Airlines memberikan indikasi buruk mengenai perkembangan perbaikan ekonomi global.

Saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO) ditutup naik 2,01% ke level Rp3.800, sedangkan saham Adaro Energy Tbk (ADRO), Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan saham Bayan Resources Tbk (BYAN) ditutup tidak berubah dari posisi penutupan awal pekan ini. Saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) bahkan ditutup terkoreksi masing-masing sebesar 0,45% dan 0,28%.

Halangan terhadap kenaikan indeks kemarin juga berasal dari aksi profit taking investor atas saham Indosat Tbk (ISAT) yang telah 18,46% dalam tiga hari terakhir akibat isu pergantian direksi sebagai respon keinginan pelaku pasar agar Indosat Tbk tetap berada di posisi kedua dalam industri telekomunikasi di negeri ini. Kemarin, saham ISAT tertekan 6,03% ditutup di level Rp5.450.

Indeks BISNIS-27 saat ini menantikan pergerakan harga minyak dunia untuk kembali menuju level resistance di posisi US$81 per barel agar saham-saham pertambangan dapat kembali naik, dan di saat itu pergerakan saham-saham perbankan akan mengalami aksi ambil untung oleh investor jangka pendek yang memburu saham-saham pertambangan.

Selasa, Januari 19, 2010

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 19 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Di awal pekan ini, indeks BISNIS-27 terkoreksi tipis sebesar 0,09% ditutup di level 244,54 dengan penekan utama koreksi saham Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Aksi koreksi pada saham pertambangan menambah tekanan terhadap indeks di awal pekan.

Saham-saham pertambangan terkoreksi mengikuti harga minyak dunia yang bergerak melemah ke level US$77,95 per barel serta harga emas yang melemah ke level US$1.130 per ounce. Koreksi harga minyak dan emas mencerminkan prospek perbaikan ekonomi 2010 yang belum menunjukkan tanda-tanda positif. Hal tersebut terlihat dari indeks Dow Jones (DJIA) dan indeks regional Asia Pasifik seperti Hang Seng dan Nikkei-225 yang bergerak melemah. Indeks DJIA pada penutupan perdagangan akhir pekan kemarin ditutup melemah 0,94% ke posisi 10.609,65, indeks Hang Seng kemarin ditutup turun 0,9% ke level 21.460,01, indeks Nikkei-225 ditutup turun 1,16% ke level 10.855,08.

Perkembangan tersebut memicu aksi jual saham-saham jangka panjang seperti saham batu bara dan emiten nikel. Saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) terkoreksi sebesar 1,46% dan saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO) turun 1,32%. Saham Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) turun 2,61% dan saham TLKM turun 1,05%,

Di sisi lain, saham perbankan bergerak positif menahan koreksi indeks BISNIS-27. Saham Bank Danamon Tbk (BDMN) naik 2,11%, saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 2,02%, saham Bank Niaga Tbk (BNGA) naik 1,39%, saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,28%, dan saham Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,03%.

Saham Indosat Tbk (ISAT) naik 6,42% ke level Rp5.800 tertopang oleh isu pergantian direksi. Saham ISAT melonjak 14,85% sejak akhir pekan lalu.

Senin, Januari 18, 2010

Ulasan indeks BISNIS-27 Sepekan edisi 18 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 bergerak selama sepekan kemarin dengan kenaikan sebesar 1,36% ditutup di level 244,75 pada Jumat (15/1). Indeks sempat menyentuh level tertingginya di posisi 246,11 pada Selasa (12/1), tetapi segera diikuti koreksi sehari kemudian.

Sentimen positif dari pergerakan indeks Dow Jones (DJIA) dan indeks regional Asia Pasifik seperti Hang Seng, Nikkei-225, dan STI Singapura memperkuat minat beli investor terhadap saham-saham konstituen BISNIS-27 pada pekan kemarin.

Tren penguatan rupiah terhadap dolar AS dan sikap Bank Indonesia yang lebih memilih untuk membiarkan apresiasi rupiah saat ini, diharapkan akan menjaga kestabilan inflasi dalam negeri terutama dari ancaman kenaikan biaya impor (imported inflation). Selanjutnya Bank Indonesia akan tetap menjaga BI rate tetap di level 6,5% hingga akhir triwulan I/2010.

Dari luar negeri, harga minyak dunia bergerak melemah ke level di bawah US$80 per barel tepatnya US$79,06 per barel di akhir pekan kemarin. Melemahnya harga minyak dunia menambah sentimen positif terhadap kestabilan daya beli dalam negeri, sehingga proses perbaikan daya beli yang salah satunya ditopang oleh penurunan suku bunga kredit perbankan, akan berjalan semakin cepat. Dengan begitu, kinerja emiten di bursa saham Indonesia diharapkan masih mendapat penopang dari daya beli dalam negeri.

Harga emas dunia bergerak berlawanan dengan harga minyak dunia, harga emas mencapai US$1.141 per ounce pada akhir pekan kemarin dan mengindikasikan bahwa pelaku pasar global cenderung memlih emas untuk investasi lindung nilai (hedging) dibandingkan dengan minyak, karena mengkhawatirkan daya beli emerging market yang masih rentan terhadap lonjakan harga minyak dunia. Tren kenaikan harga emas juga dipandang sebagai indikator positif akan membaiknya ekonomi dunia pada tahun ini yang akan meningkatkan inflasi global.

Oleh karena itu, minat beli terhadap saham-saham konstituen BISNIS-27 tetap terjaga hingga pekan kemarin, meskipun mengalami koreksi tajam pada Selasa (12/1) sebesar 1,13%.

Saham-saham konstituen BISNIS-27 yang membukukan return tertinggi sepanjang pekan kemarin di antaranya United Tractors Tbk (UNTR) sebesar 12,5%, Indosat Tbk (ISAT) sebesar 11,22%, Lippo Karawaci Tbk (LPKR) sebesar 10,0%, Gudang Garam Tbk (GGRM) sebesar 6,09%, Astra Internasional Tbk (ASII) sebesar 5,23%, Bank Danamon Tbk (BDMN) sebesar 4,97%, Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sebesar 4,75%, Indika Energy Tbk (INDY) sebesar 3,03%, Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 2,06%, dan Semen Gresik Tbk (SMGR) sebesar 1,96%.

Jumat, Januari 15, 2010

Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 15 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 bergerak berbalik arah dari koreksi Rabu sehari sebelumnya sebesar 1,13%. Pada perdagangan kemarin, indeks BISNIS-27 menguat 0,31% ke level 244,07 diperkuat oleh saham-saham sektor pertambangan.

Aksi beli saham-saham sektor pertambangan dipicu oleh koreksi jangka pendek sejak awal pekan ini terhadap saham-saham tersebut, sehingga berada di posisi oversold. Sebelumnya koreksi pada saham-saham pertambangan dipicu oleh aksi ambil untung investor jangka pendek.

Kemarin, motif beli investor kembali muncul setelah indeks Dow Jones (DJIA) bergerak positif sehari sebelumnya, diikuti oleh pergerakan positif indeks regional seperti STI Singapura dan Nikkei-225. Indeks STI Singapura naik 0,73% dan indeks Nikkei-225 naik 1,61%. Selain itu, harga emas menguat 0,18% ke level US$1.138 per ounce. Saham Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 4,59%, saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 1,1%, dan saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 3,05%.

Di sisi lain, harga minyak dunia berada di bawah level US$80 tepatnya US$79,95 per barel memberikan sentimen positif terhadap potensi pelambatan laju inflasi global maupun di dalam negeri. Hal tersebut sekaligus akan menjaga BI rate tetap stabil di level 6,5% seperti saat ini. Pelaku pasar pun berharap perbankan dalam negeri akan melanjutkan program penurunan suku bunga kredit agar kegiatan ekonomi serta perputaran uang berjalan stabil.

Saham perbankan bergerak positif, di antaranya saham Bank Danamon Tbk (BDMN) yang naik 1,58%, saham Bank CIMB-Niaga Tbk (BNGA) naik 1,39%, dan saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 0,52%.

Kamis, Januari 14, 2010

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 14 Januari 2010

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 14 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Sentimen negatif mendera pergerakan indeks BISNIS-27 pada hari ketiga perdagangan pekan ini, Rabu (13/1) dengan koreksi sebesar 1,13% dan indeks ditutup di level 243,32.

Sentimen negatif berasal dari keputusan China untuk menaikkan Giro Wajib Minimum, menjadi pemicu sentimen koreksi bursa saham dan harga minyak dunia. Kenaikan GWM ditujukan untuk menahan laju kredit, namun dikhawatirkan bisa menghambat laju pemulihan ekonomi global.

Penurunan harga minyak berlanjut ke level US$80 per barel dan indeks DJIA sehari sebelumnya ditutup melemah sebesar 0,34%. Indeks regional Asia Pasifik seperti Hang Seng, Nikkei-225, dan STI Singapura bergerak melemah mengikuti koreksi DJIA dan memberikan sentimen cukup besar bagi minat jual investor jangka pendek di bursa dalam negeri. Indeks regional Asia Pasifik seperti Hang Seng turun cukup signifikan sebesar 2,59%, indeks Nikkei-225 turun 1,32%, dan indeks STI Singapura turun 0,95%.

Sebanyak 17 saham konstituen BISNIS-27 mengalami koreksi, sembilan saham tidak berubah dari posisi penutupan sehari sebelumnya, dan satu saham yaitu Bayan Resources Tbk (Tbk)bergerak positif sebesar 0,9%. Saham pertambangan menjadi penekan utama indeks BISNIS-27 kemarin.

Selain itu, pengangguran di AS sebesar 10% (85.000 orang) pada Desember 2009 atau lebih besar daripada proyeksi ekonom serta penurunan tajam penyaluran kredit di Jepang pada Desember 2009 sebesar 1,2% ke level terendah dalam 4 tahun terakhir, menjadi faktor pemicu turunnya harga minyak dunia.

Kondisi tersebut memunculkan asumsi negatif di kalangan pelaku pasar mengenai pemulihan ekonomi global yang belum terwujud sebagai hasil dari program stimulus. Investor pun merealisasikan gain jangka pendek untuk menghindari penurunan lebih besar.

Rabu, Januari 13, 2010

Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 13 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Saham bank menjadi pendongkrak utama kenaikan indeks BISNIS-27 pada perdagangan kemarin, sebaliknya saham batu bara dan pertambangan lainnya bergerak melemah menahan laju kenaikan indeks BISNIS-27. Indeks BISNIS-27 ditutup menguat 1,18% dan kembali mencapai level tertingginya yaitu 246,11.

Saham perbankan terdongkrak oleh sentimen positif tren penguatan rupiah terhadap dolar AS yang berpeluang menuju level di bawah Rp9.000/US$. Tren apresiasi rupiah diharapkan dapat memacu permintaan kredit konsumsi oleh masyarakat dan berdampak positif bagi pendapatan bunga perbankan.

Apresiasi rupiah juga akan menjaga laju inflasi dari naiknya biaya impor ((imported inflation), sehingga dapat menjaga BI rate di posisi saat ini 6,5% hingga triwulan I/2010.

Aksi ambil untung masih berlanjut atas saham-saham komoditas terutama saham-saham batu bara seperti Adaro Energy Tbk (ADRO) dan Bayan Resources Tbk (BYAN). Saham ADRO turun 1,01% dan BYAN turun 0,89%. Saham tambang lainnya juga terkoreksi seperti, saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO) yang turun 0,63% dan saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) turun 0,28%. Koreksi ini dipicu oleh pembalikan arah harga minyak dunia yang saat ini turun ke level US$81,91 per barel.

Pengangguran di AS sebesar 10% pada Desember 2009 atau lebih besar daripada proyeksi ekonom serta penurunan tajam penyaluran kredit di Jepang pada Desember 2009 sebesar 1,2% ke level terendah dalam 4 tahun terakhir, menjadi faktor pemicu turunnya harga minyak dunia. Kedua data tersebut memberikan gambaran aktivitas ekonomi dunia yang belum menguat dan kebutuhan minyak untuk industri yang belum ada tanda-tanda mengalami peningkatan permintaan.

Di sisi lain, harga emas dunia semakin menguat ke level US$1.155,8 per ounce yang ditopang berpindah dana dari bursa komoditas minyak ke emas, sebagai alternatif investasi lindung nilai. Di dalam negeri, harga emas batangan berpeluang mencapai level Rp400.000 per gram bila harga emas dunia dapat kembali menyentuh level Rp1.200 per ounce. Hal tersebut mengalihkan minat investasi investor bursa saham jangka pendek, untuk sejenak mengkoleksi emas batangan.

Selasa, Januari 12, 2010

Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 12 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Di awal pekan kedua tahun ini, indeks BISNIS-27 kembali mencatat level terbaru yang membawa indeks menyentuh tingkat imbal hasil mendekati 100% sejak mulai diperdagangkan 27 Januari 2009 lalu. Pada pedagangan kemarin, indeks ditutup di level 243,25 atau naik 0,74% dari posisi penutupan akhir pekan kemarin, Jumat (8/1). Indeks membukukan pertumbuhan sebesar 99,53% sejak diluncurkan di awal tahun lalu.

Kenaikan indeks ditopang aksi beli selektif yang dipengaruhi ekspektasi kinerja positif emiten-emiten sepanjang 2009. Saham TLKM menjadi salah satu emiten yang diharapkan akan membukukan pertumbuhan yang positif selama 2009 karena adanya penguatan rupiah terhadap dolar AS. Ekspektasi kinerja yang positif juga menopang kenaikan BBCA pada perdagangan kemarin.

Selain saham BBCA dan TLKM, saham Astra Internasional Tbk (ASII), saham Gudang Garam Tbk (GGRM), Lippo Karawaci Tbk (LPKR) serta konstituen indeks BISNIS-27 dari sektor semen yaitu Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) dan Semen Gresik Tbk (SMGR) bergerak positif oleh harapan investor terhadap kinerja 2009.

Di samping ekspektasi kinerja 2009 yang positif, minat beli juga dipengaruhi pergerakan positif indeks Dow Jones (DJIA) dan indeks regional Asia Pasifik seperti Hang Seng, Nikkei-225 dan STI Singapura. Positifnya indeks DJIA akan berdampak naiknya capital inflow dolar AS ke emerging market termasuk Indonesia dan juga Singapura yang akan berada dalam tren bullish oleh arus dana tersebut. Mata uang lokal seperti rupiah akan melanjutkan penguatan, sehingga menambah potensi naiknya indeks BISNIS-27.

Indeks DJIA menguat 0,11%. Indeks Nikkei-225 menguat 1,09%, indeks Hang Seng menguat 0,51%, dan indeks STI Singapura menguat 0,37%.

Pada perdagangan kemarin, rupiah menguat 0,8% ke level 9.145 per dolar AS dibandingkan penutupan pekan lalu di level 9.220 per dolar AS. Rupiah bahkan sempat menguat tajam ke 9.130 per dolar AS.

Di sisi lain, aksi ambil untung melanda saham-saham komoditas termasuk emiten batu bara, seperti Astra Agro Lestari Tbk (AALI), Aneka Tambang Tbk (ANTM), International Nickel Tbk (INCO) dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA).

Senin, Januari 11, 2010

Ulasan indeks BISNIS-27 Sepekan edisi 11 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Indeks BISNIS-27 membukukan kinerja cukup baik pada pekan pertama 2010 ini dengan kenaikan sepekan sebesar 2,42% ditutup di level 241,46, pada Jumat (8/1). Saham-saham pertambangan menjadi penggerak utama kenaikan indeks mengikuti sentimen positif harga minyak dunia yang berhasil mencapai level US$82,35 per barel atau tertinggi dalam satu bulan terakhir.

Beberapa faktor penggerak indeks BISNIS-27 di pekan pertama 2010 ini diantaranya adalah tren harga minyak dunia yang positif, mendorong investor untuk mengkoleksi saham-saham tambang dalam negeri, saham batu bara Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 13,29% ke level Rp1.960, saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 6,09% ke level Rp18.300, saham Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 2,67% ke level Rp32.650. Selain saham batu bara, saham CPO Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik 10,99% ke level Rp25.250.

Selain harga minyak dunia, penguatan indeks selama sepekan kemarin juga dipengaruhi lonjakan harga emas dunia yang memberikan sentimen positif pada saham Aneka Tambang Tbk (ANTM). Saham ANTM naik 6,82% ke level Rp2.350 mengikuti penguatan harga emas dunia sebesar 3,5% sejak awal tahun ini ke posisi US$1.123 per ounce.

Di sisi lain, indeks mengalami koreksi 1,22% dalam dua hari berturut-turut yaitu pada Rabu dan Kamis disebabkan aksi jual pada saham-saham perbankan. Investor melepas saham-saham perbankan setelah mendapat kepastian dari keputusan Bank Indonesia untuk level BI rate yang dijaga stabil di level 6,5% atau kelima kalinya sejak Agustus 2009. Sebelumnya, investor mengantisipasi berita positif tersebut dengan mengakumulasi saham-saham perbankan yang dipicu oleh laju inflasi 2009 yang terendah sepanjang sejarah Indonesia yaitu 2,78%.

Penguatan indeks BISNIS-27 juga dipengaruhi oleh pergerakan indeks regional Asia Pasifik yang positif di awal tahun ini. Selama sepekan, indeks Hang Seng menguat 1,94%, indeks Nikkei-225 menguat 2,39%, dan indeks STI Singapura menguat 0,87%.

Jumat, Januari 08, 2010

Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 8 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Koreksi indeks kembali terjadi pada perdagangan hari keempat tahun ini, Kamis (7/1) membawa indeks BISNIS-27 ke level 239,59 melemah tipis 0,85% dari posisi penutupan Rabu sehari sebelumnya. Indeks telah terkoreksi 1,21% dalam dua hari terakhir dari posisi tertingginya 242,53 pada Selasa (5/1) lalu.

Tekanan indeks masih didominasi oleh saham-saham perbankan yang dipicu oleh aksi ambil untung pelaku pasar setelah BI rate dipastikan tetap stabil oleh pengumuman Bank Indonesia pada Rabu kemarin. Sebelumnya, kenaikan saham-saham perbankan merupakan lonjakan jangka pendek yang dipicu oleh laju inflasi 2009 yang berada di level terendah sepanjang sejarah yaitu 2,78% dan ekspektasi BI rate akan dijaga pada level 6,5% atau kelima kalinya sejak Agustus 2009 lalu.

Beberapa saham komoditas terlihat menahan koreksi indeks dari saham-saham perbankan. Saham komoditas CPO seperti Astra Agro Lestari Tbk (AALI), saham batu bara Adaro Energy Tbk (ADRO) dan saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) bergerak menguat lebih dari 2% pada perdagangan kemarin. Saham AALI naik 3,94% ke level Rp25.050, saham ADRO naik 2,22% ke level Rp1.840, dan saham ANTM naik 2,17% ke level Rp2.350. Kenaikan tersebut juga diikuti oleh pergerakan saham tambang lainnya seperti International Nickel Indonesia Tbk (INCO) yang naik 0,63% ke level Rp3.975 dan saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) yang naik 0,27% ke level Rp18.250.

Harga minyak dunia yang menembus level US$82 per barel dan harga emas dunia yang telah mencapai level US$1.131 per ounce memunculkan minat investor untuk melakukan hedging investasi ke saham-saham komoditas. Di sisi lain, ancaman meningkatnya laju inflasi dalam negeri di tahun ini sebagai dampak dari membaiknya ekonomi dunia akan mempengaruhi posisi BI rate yang tentunya akan kembali naik dan mempengaruhi suku bunga kredit dan NPL (Non Performing Loan) perbankan yang berpotensi meningkat, sehingga akan menarik alokasi dana lebih banyak untuk mengantisipasi NPL tersebut. Saham perbankan dinilai menjadi lebih berisiko oleh pelaku pasar. Pada perdagangan kemarin, saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 1,56% ke level Rp4.725 dan saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 1,29% ke level Rp7.650.

Minimnya sentimen positif untuk saham-saham yang berkorelasi positif dengan daya beli domestik turut menambah tekanan pada indeks BISNIS-27. Saham Astra Internasional Tbk (ASII) turun 3,12% ke level Rp34.200, saham Gudang Garam Tbk (GGRM) turun 1,88% ke level Rp20.900, saham Unilever Indonesia Tbk (UNVR) turun 1,77% ke level Rp11.100, dan saham Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) turun 2,63% ke level Rp9.250.

Kamis, Januari 07, 2010

Derita ketinggalan angkot di pancuran 7…

Awalnya gw berlibur ke purwokerto niatnya cm pngn refreshing, menenangkan pikiran..berlibur di rmh mbah gw yang sangat tenang rumahnya..bawaannya klo di rmh mbah gw tuh, males bgt n pngn tdr aja hehe

Gw rencananya brkt kamis tgl 31 dec, tiket kereta juga udah beli, tiket balik juga udah dipesenin dari purwokerto..wahh pokoknya gw tinggal jalan ajalah, ternyata hari minggunya (27/12) pas gw lg main ke rmh indra, anak2 lg pd kumpul di rmh supri sebelah rmh indra, jadilah kita pada ngumpul n ngobrolin mlm thn baru mau kemana.. gw blg gw mau ke purwokerto..lgsg mereka serentak mau ikut..yaa udah gw makin seneng liburan gw ke rmh mbah gw makin rame..

Jadilah agenda utama kita ke purwokerto adalah baturaden. Kita sampai sana kamis sore atau tgl 31 sore, sekitar jam 9 mlm kita bergerak ke alun2 purwokerto jalan kaki dari jalan sekolah teknik (rumah mbah gw) ke alun2.. sembari foto2 lewat tugu dpn bank Indonesia. Sampai di alun2 orang udah rame bgt, mobil2 kena macet.. kita sempet pngn balik lg ke rmh, terus mau lewatin mlm thn baru di rmh aja ngobrol di teras..tp niat itu urung karena kita nemuin lesehan yang oke juga lokasinya, nongkrong lah kita di situ sambil awalnya pesen wedang jahe eh merembet pesen mi goreng..hehehe

Selesai makan, kita mau bergerak pulang, tp karena udah jam 23.50 tanggung klo pulang mending ke alun2 lagi aja dan lewatin pergantian tahun 00.00WIB di alun2.. dan Alhamdulillah kesampaian juga.. puas merekam fireworks, kita pulang..lgsg tidur..

Keesokan harinya, Jumat (1/1) kita pesen tiket bis pagi2, buat yg belum punya tiket pulang.. supri n indra yg pergi ke terminal, dapetlah tiket bis yg dibutuhin trus lanjut sholat jumat… abis jumatan sekitar jam stg 2 baru deh kita bergerak ke baturaden jalan kaki dulu ke perempatan lampu merah ayam bangkong (deket warung soto ayam bangkong)

Pas mau brkt, kita dapet angkot yg agak freak..nungguin kita di perempatan..mpe tega nurunin penumpangnya buat ngangkut kita yg berenam, risih juga kita ditungguin gitu..akhirnya kita jalan lah ke alfamart sekalian “melarikan diri” dari kenek n supir angkot itu.. dan berhasil.. kita belanja di alfamart, trus gak lama ada angkot yg emg kosong dan gak neko2..nungguin kita, tp masalahnya skrg ada di kita. Si jefa n inul belanjanya lama bgt, pdhl si pipit yg cewe aja udah selesai dari td..ampunn dah..ternyta klo mereka di lepas belanja bs ngabisin waktu lebih dari cewe..pdhl yg dibeli minuman botolan aja ama snack.. ckckckck..parahhh..

Sampainya di baturaden, kita mulai lah mengeksplor dan berpetualang, sampai kita mengalami suatu peristiwa yg gw juga ga tau nih harus ngomong apa.. tp bener2 bikin liburan kmrn jd sangat berkesan…

But alrite gw coba ceritakan..

Sebenernya sih ga ada sesuatu yg istimewa di awal gw berangkat ke baturaden, kecuali gw emg udah ke sana bbrp kali sebelumnya, gw ngerasa biasa ajan niatnya yahh nikmatin udara pegunungan deh.. selain gw, temen kita satu lagi si supri (mpay) juga sebelumnya emg pernah ke situ.

Tapi…itu sebelumnya… sebelum gw n frens ngerasain pengalaman yg tak terlupakan ketika mau pulang dari pancuran 7.

Saat itu waktu udah deket magrib, kita masih aja di pancuran 7, masih shoot video, foto, ada si mpay n jefa yg lg bersihin badan, baru ketika gw duduk di taman..gw nyadar ternyata emg tinggal kita sendiri.. Cuma di situ suasana masih terang, ga keliatan klo itu udah magrib..makanya kita masih enjoy bgt.

Begitu kita keluar dari pancuran 7, ada sedikit ragu sih apa angkot masih ada apa ngga ya..Cuma gw masih optimis kyknya angkot masih ada deh..oke kita akhirnya terus mendaki anak tangga untuk keluar dari pancuran 7.. nah, pas udah mau deket pintu keluar tiba2 ada orang kasih tau klo angkot udah gak ada.. oo..oww.. tp gw masih optimis paling nti ada lah satu angkot yg baik hati nyamperin kita di pintu masuk. Gw juga mikir, masa sih org penjaga loket lupa ama kita yg udah nitip angkot untuk pulang.

Ternyata pas nympe pintu keluar, di sana udah ada jefa n inu duluan, mereka jg bilang klo angkot udh ga ada..gw juga liat ke sekeliling parkiran udah sepi bgt.. seperti ga pernah ada tanda kehidupan. Gw lgsg ngeh dgn kenyataan itu, gw gak pernah ngebayangin klo mesti jalan kaki pulang dari pancuran 7 pas magrib2 begitu plus ujan rintik2.. mana langkah udah cape bgt.. yg ada dipikiran gw saat itu cuma satu, harus pulang.. tp ga tau mau lewat jalan mana.. jalan yg td brkt gak kepikiran karena setapak lewat hutan mana udah makin gelap.. ada lagi jalan aspal mulus biasa dilewatin mobil, tp kita ga tau arah jalan itu kemana dan apa benar itu jalan ke arah keluar baturaden?soalnya arah jalannya itu membelakangi lokasi wisata. Kita dihinggapi kebingungan. Gw sempet ngikutin langkah anak2 melewati jalan aspal itu dan gw tau knp mereka ga mau milih jalan setapak krn lewat hutan gelap dan bisa tersesat. Tp jalan aspal juga kita ga tau itu ke arah mana..

Saat itu gw juga bingung mau pilih jalan mana..gw rasanya berat bgt klo lewat jalan aspal yg kita ga tau arahnya, risiko kesasar lebih tinggi klo lewat jalan itu, sedangkan jalan setapak lewat hutan kita udah pernah lewatin meskipun makin gelap dan ada risiko kesasar juga.. tp gw liat kea rah kota itu searah dgn jalan setapak, jadi gw pikir knp harus menempuh jalan aspal yang berlawanan arah dgn posisi kota? Akhirnya gw putar arah ke jalan setapak, tp sebelumnya gw ajak jefa nyatet nmr telp kantor baturaden yg di pasang pohon, di mulut jalan setapak itu, udah selesai nyatet.. perasaan gw makin kuat utk lewat jalan setapak didukung juga ama jefa, akhirnya gw berteriak agak keras ke mereka yg masih ada di jalan aspal untuk ke posisi gw n jefa.. begitu anak2 udah komplit lgsg gw jalan n kita semua bergerak, gw jalan agak cepet balapan ama gelap..krn klo makin gelap makin ga jelas jalannya.. gw jalan cepet sambil tetep teriak yg gw laluin apa2 aja biar di belakang gw bisa aware dan hati2.. terus lampu senter di hp, gw nyalain, well..alhamdulillah hp E63 gw ada senternya.. terang bgt.. gw seneng bgt pny hp ini, gak nyesel gw milih hp ini dibandingkan blackberry bold wkwkwkwk…

Alhamdulillah sepanjang jalan gw ga melihat atau merasakan pengalaman mistis seperti yg temen2 gw rasain atau lihat, mgkn karena pikiran gw fokus cuma satu yaitu PULANG atau juga karena posisi gw paling depan sekaligus sebagai penunjuk jalan, jdnya yg ada di pikiran gw cuma nyari jalan aja meraba2 jalan, tangga/undakan.. cari langkah yg pas biar yg di belakang bisa prepare duluan klo tiba2 ada turunan undakan yang tajam dan licin.. entahlah..

Tp ada satu tempat yg feeling gw mengatakan kyknya kita punya risiko bakal “dikerjain” yaitu di deket jembatan gantung, yg udah rusak parah… dr pas dtg lewat daerah itu juga perasaan gw emg ga enak..serem bgt.. dan pas pulangnya itu, jalan di depan gw emg hampir tersamar.. antara belok kiri atau kanan dua2nya mirip!! Hampir ga bisa keliatan bedanya karena ketutup rumput..pdhl waktu dtg ga ada rumput di setiap undakan atau jalan, termasuk di lokasi itu yg ada cuma dipinggirnya aja.. tp akhirnya gw ngikutin perasaan gw n terpaksa melakukan sedikit gambling dgn pertimbangan, klo emg itu jalan yg bener pasti bahannya batu kali yang keras berundak, klo bukan begitu berarti jalan yg satu lagi, Alhamdulillah pas sekali nyoba lgsg bener..gw ambil kiri dan melanjutkan perjalanan…

Akhirnya sampailah kita di kolam teratai, kolam yang-baru tau kemudian klo itu angker-saat itu airnya tenang, sunyi, hmm..bener2 ga nyangka klo di situ bbrp waktu sebelumnya pernah ada dua org meninggal yg satu baru ketemu brp hari kemudian setelah terangkat naik dari dasar kolam.. pdhl kolamnya kecil, diameter sekitar 4 meter, di atasnya bunga teratai yg hampir menutupi seluruh permukaan kolam..

Selanjutnya kita turun lagi ke lokasi pemandian air hangat pancuran tiga, udah ada bbrp org yg baru dtg, tp gak negur kita, kyknya mereka mau bertapa deh.. kita berhenti sebentar di situ krn si pipit kena pacet kakinya..tp gak lama kita lanjut lagi dan ujan makin deras, hp harus dilindungi biar gak mati..tp hp gw gak punya plastic atau apapun buat nutupin akhirnya gw dekep aja ke dada gw dibalik jaket tp senternya tetep keluar.. sekitar 100 meter kemudian sebelum turun tangga, kita sampai di pendopo krn hujan makin deras makanya gw putuskan untuk berhenti dulu sebentar..liat ke sekeliling jalan mana lagi yang mesti ditempuh.. saat itu posisi kita udah di taman deket dengan kantor pengelola, tp karena gelap dan hujan lebat kita cuma bisa liat samar2 aja ke arah jalan keluar. Dan kondisi jalan keluarnya itu byk cabang.. dan di tengah2nya ada kali yang cukup lebar sekitar 15 meter dengan batu2 yg gueedee bgt..airnya cukup deres.. kita bisa aja turun ke kali itu buat nyebrang sperti pas siangnya kita nyebrang, tp saat itu kan kondisi jauh beda, air deres bgt, batu2nya pasti licin bgt.. akhirnya kita ga lama di pendopo itu, kita lgsg bergerak lagi menembus hujan dan mencari jalan tidak lewat sungai dan Alhamdulillah nemuin jembatan kecil.. sampailah kita di pintu keluar baturaden.. Alhamdulillah..

Oia, di pendopo itu ternyata ada peristiwa mistis juga yg gw baru tau kemudian, dari pipit n mpay.. mereka melihat sosok berjaket putih yg menambah jumlah kta mjd tujuh orang!!.. hiyyy..sereeemmm…

Sesampainya di terminal baturaden..hujan makin gede sih,..Cuma kita seneng bgt Alhamdulillah udah selamat,

Well, gitu deh para pembaca yg budiman.. sepenggal kisah liburan di baturaden..

So, Selamat liburan di manapun kalian berada dan berkunjung, tapi tetep berhati2 dan banyak berzikir..” you never know what you’ll have wherever and whenever you are”
Ulasan Indeks BISNIS-27 edisi 7 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Koreksi saham perbankan memimpin penurunan indeks BISNIS-27 pada perdagangan Rabu kemarin, sekaligus tercatat sebagai penurunan pertama indeks pada tahun ini. indeks bergerak ke level 241,63 atau melemah tipis 0,37% dari posisi penutupan sehari sebelumnya, Selasa (6/1).

Pengumuman Bank Indonesia untuk level BI rate awal Januari ini sebesar 6,5% atau tetap di posisi yang sama untuk kelima kalinya sejak Agustus 2009 lalu, menjadi pemicu aksi jual investor jangka pendek terhadap saham perbankan, yang sebelumnya bergerak menguat oleh laju inflasi 2009 yang rendah dan ekspektasi level BI rate yang terjaga. Saat ini, investor akan lebih fokus pada laporan keuangan 2009 emiten perbankan sebagai pemicu kenaikan harga saham perbankan selanjutnya.

Saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 2,94% ke level Rp4.950, saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 1,54% ke level Rp4.800, dan saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 1,27% ke level Rp7.750. selain saham perbankan, tekanan pada indeks juga berasal dari aksi profit taking saham CPO seperti Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang melemah 0,41% kemarin. Sejak perdagangan awal pekan ini atau awal tahun ini, saham AALI bergerak menguat 6,4% oleh ekspektasi kenaikan harga CPO di Bursa Malaysia mengikuti lonjakan harga minyak yang telah mencapai level US$81,77 per barel atau meningkat 10,5% dalam sepekan terakhir sejak dua pekan terakhir.

Di sisi lain, laju pelemahan indeks BISNIS-27 oleh saham perbankan berhasil ditahan oleh kenaikan harga saham-saham pertambangan batu bara mengikuti sentimen positif dari pergerakan harga minyak dunia yang kemarin telah mencapai US$81,77 per barel. Saham International Nickel Indonesia Tbk (INCO) naik 3,27% ke level Rp3.950, saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 2,25% ke level Rp18.200, saham Bayan Resources Tbk (BYAN) naik 0,87% ke level Rp5.800 dan saham Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 0,56% ke level Rp1.800.

Kenaikan harga komoditas utama lainnya yaitu emas yang berada dalam tren bullish sejak awal pekan ini menambah keyakinan pelaku pasar untuk mengkoleksi saham-saham pertambangan yang dipicu oleh optimisme pemulihan ekonomi global 2010 dan diikuti meningkatnya minat beli emas untuk lindung nilai oleh pelaku pasar.

Laju inflasi 2009 yang cukup rendah serta BI rate di awal tahun ini yang berhasil dijaga tetap stabil di level 6,5% diharapkan dapat menjaga pemulihan daya beli domestik. Hal tersebut yang menjaga penguatan rupiah ke level Rp9.275 per US$ atau menguat 1,4% dari posisi penutupan akhir tahun 2009 Rp9.403 per US$.

Rabu, Januari 06, 2010

Ulasan indeks BISNIS-27 edisi 6 Januari 2010
Oleh Harry Setiadi Utomo, Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit

Sentimen laju inflasi 2009 yang sangat terkendali dan sentimen harga minyak dunia yang bergerak menguat ke level US$81 per barel menjaga minat beli investor atas saham-saham konstituen BISNIS-27 pada perdagangan hari kedua tahun ini. indeks BISNIS-27 berhasil ditutup di level 242,53 atau menguat 0,88% dari posisi penutupan sehari sebelumnya. Beberapa saham tambang batu bara seperti Adaro Energy Tbk (ADRO) dan Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) melanjutkan kenaikan masing-masing sebesar 2,29 dan 3,9%.

Pergerakan harga minyak dunia yang mencapai US$81 per barel dilihat sebagai optimisme pelaku pasar global terhadap pemulihan ekonomi dunia pada 2010, selain kenaikan tersebut memang disebabkan meningkatnya kebutuhan bahan bakar untuk keperluan musim dingin di AS dan negara lainnya yang mengalami musim yang sama. Naiknya harga minyak akan mendorong kenaikan di beberapa komoditas seperti CPO dan juga emas yang dijadikan instrumen lindung nilai atau hedging. Harga emas dunia melonjak 3,6% dalam dua hari terakhir mencapai level US1.124,7 per ounce.

Minat beli investor juga dipengaruhi optimisme laporan keuangan konstituen BISNIS-27 sepanjang 2009 yang akan memberikan hasil positif dengan penguatan rupiah sepanjang 2009 dan juga BI rate dan laju inflasi yang menurun.

Saham perbankan dan barang konsumsi menjadi penggerak utama kenaikan indeks BISNIS-27 pada perdagangan Selasa kemarin, ditopang sentimen laju inflasi 2009 yang sangat rendah yaitu 2,78%, sehingga diharapkan akan menjaga BI rate di level saat ini 6,5% untuk periode Januari 2010, yang akan diumumkan pekan ini.

Saham Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) naik 5,26% ke level Rp800, saham Unilever Indonesia Tbk (UNVR) naik 3,17% ke level Rp11.400, saham Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) naik 2,04% ke level Rp3.750, saham Astra Internasional Tbk (ASII) naik 0,57% ke level Rp35.500.

Kenaikan indeks BISNIS-27 kemarin sebesar 0,88%, tidak sebesar Senin sebelumnya yang sebesar 1,97%. Hal ini menunjukkan sikap investor yang masih berhati-hati dengan posisi harga minyak dunia yang telah berada di level US$81 per barel atau cukup tinggi dan dapat memicu kenaikan BBM subsidi di dalam negeri. Level US$80 per barel merupakan level resistance harga minyak selama 2 bulan terakhir, yang diimbangi dengan tren bullish harga emas selama Oktober hingga Desember 2009 lalu. Kondisi tersebut menandakan bahwa harga minyak dunia masih sulit mencapai level US$85 per barel pada triwulan I/2010, mempertimbangkan daya beli emerging market sebagai penopang utama pemulihan ekonomi global dari krisis likuiditas 2008.

Bila harga minyak kembali melemah di bawah level US$80 per barel, akan memicu aksi jual saham-saham pertambangan dan komoditas seperti batu bara dan CPO. Di sisi lain, saham perbankan dan barang konsumsi akan berada dalam tren positif seiring harga minyak yang melemah.

Di sisi lain, harga emas masih berpeluang naik menembus level resistance yaitu US$1.300 per ounce dalam triwulan I/2010 yang didorong oleh motif lindung nilai para pelaku pasar global.